"Senandung angin yang membelai lembut helaian rambutmu, seakan takdir mistis yang memoles senyum di pangkal rasa Sang Aphrodite di ujung Cor Meum"
-------------------------------Naila POV
Gue menatap Rafa tajam ketika ia melontarkan kata-kata itu, bukannya tak senang tapi sungguh sangat senang. Bodoh sekali kalo gue nggak tahu cewek yang dia maksud, jujur saja gue tahu kalo itu gue. Bukannya terlalu percaya diri, tapi sungguh terlihat jelas dari matanya dan air muka yang berubah dari pucat ke berseri dengan senyuman hangat yang tergurat indah di wajahnya yang putih bersih.
Tapi terkadang gue ngerasa sangat nista, seorang cewek kayak gue yang penuh kepalsuan rasanya terlalu beruntung memiliki seseorang seperti dia yang menyukai gue. Dan di hari ini ketika Noel tidak memilih gue pun, di benak gue ada tersungging rasa senang. Ya, gue senang karena sahabat gue itu mendapatkan yang lebih baik ketimbang gue. Mungkin terdengar mengada-ada, tapi itu benar!
Hanya saja ada yang mengganjal di benak gue dari dulu, pertanyaan yang selalu ingin gue ajuin pada seseorang, tapi nggak pernah gue temukan orang yang cocok untuk menjadi tempat pengutaraan pertanyaan gue itu. Gue nggak ingin dari sudut pandang orang lain yang bukan objeknya, gue ingin menanyakan langsung pada objeknya, tapi pertanyaan yang lain pun timbul yaitu "apakah pantas?" rasanya nggak etis kalo tiba-tiba gue nanya sama cowok kayak gini : "Bang, kenapa sih cowok nggak mau terus terang ke cewek yang dia suka? Kenapa nggak mau to the point aja , ya langsung bilang kalau suka ya suka kalau nggak ya nggak! Bukan digantungin dengan segala bentuk kata-kata dan tingkah yang sulit untuk ditebak, bukan juga puisi-puisi gombalan yang cuma ngebuat ngelayang kayak layangan yang awal-awalnya dibelai oleh angin terus meninggi hingga terbang di angkasa tapi lama kelamaan ketika angin sudah bosan ia akan pergi dan membiarkan sang layangan itu jatuh. Dan itu malah cuma nyisain rasa sakit!"
Dan itu juga yang gue rasain ke Rafa, yah walau emang gue tahu dia pengen gue bahagia. Tapi caranya salah, kalo lo pengen lihat gebetan lo bahagia ketika udah ada sinyal positif harusnya lo perjuangin bukannya ninggalin, bego amat sih!
Sekarang semuanya malah terasa lucu, raut wajah Rafa yang masam tadinya itu berubah berseri-seri ketika gue bilang Noel mau nembak Elsa.
"Hahaha..." tiba-tiba gue terbahak memecah suasana hening yang hangat itu.
Rafa ikut terkikik namun dihiasi wajah yang merengut heran.
"Kenapa lo ketawa?"
"Nggak lo lucu banget hahaha..."
"Hmm lucu? Apaan sih Ila..."
"Ila? Sejak kapan nama gue berubah jadi Ila?"
"Sejak sekarang, sejak hati gue berbunga-bunga..." goda Rafa
"Ih, apaan sih? Kok lo jadi tambah puitis nggak jelas gitu?" ucap gue memicingkan mata gue.
"Gue tarik perkataan gue semalem, lo masih tetep jadi kacung gue..." ucap Rafa nyengir.
"Loh kok? Curang banget sih, nggak boleh gitu dong."
"Lagian menurut pasal 4, waktu berakhirnya kontrak kan ditentukan oleh pihak pertama jadi terserah gue dong kapan gue mau berhenti atau nggak. Terus lo juga belum ngelakuin pasal 3. Jadi pembatalan kemaren belum sah."
"Pasal 3?"
"Iya Ila, pihak kedua harus bersedia menjadi pasangan prom night pada acara ulang tahun sekolah. Dan itu tinggal tiga hari lagi, kan nanggung banget..."
"Emang yakin mau pasangan sama cewek kayak gue?"
"Emang lo cewek kayak apa?"
"Pembohong besar."
"Gue nggak peduli, lo ngelakuin itu semua karena ada alasannya Ila. Dan nggak ada manusia di dunia ini yang sempurna, ngelakuin kesalahan itu manusiawi. It's okay mungkin lo ngebohongin gue dengan wajah lo yang cupu itu, tapi itu lebih mending dari pada di luarnya cantik ternyata di dalamnya busuk. Lo juga mungkin ngebohongin nyokap lo buat main piano, tapi lo ngelakuin itu cuma buat ngobatin kerinduan lo sama bokap lo aja kan?" ucap Rafa menatap dalam mata gue.
"Dari mana lo tahu?"
"Noel..."
"Tapi tetep aja gue bohong Raf, gue penuh kepalsuan..." ucap gue menunduk lesu.
"Udah gue bilang, gue nggak peduli!"
Rafa kemudian mengambil Havanese kecilnya dari pangkuan gue dan memberikannya pada pak Narto untuk diberi makan. Cowok itu kemudian memberikan sebuah isyarat lambaian tangan ke arah gue, dan seketika itu juga membuat badan gue terbangun dan menuju ke arah Rafa layaknya sebuah hipnotis. Dia kemudian berjalan menyusuri rumahnya dengan gue yang mengekori, dan sampailah kita di depan sebuah ruangan.
"Yuk masuk..." ucap Rafa sambil membukakan pintu.
Gue pun cuma bisa ngangguk dan tanpa basa-basi langsung ngikutin Rafa ke ruangan yang bergaya klasik itu. Cowok itu kemudian bersandar di sebuah piano berwarna hitam pekat yang mengkilat, dan tentu saja membuat mata gue melebar takjub, tahulah gimana jika lo cinta sama sesuatu dan ngelihat sesuatu itu di depan lo, gue yakin lo bakalan jingkrak-jingkrak kegirangan kayak orang gila. Tapi gue nahan itu sekarang.
"Lo nggak perlu bohong apapun ke nyokap lo lagi sekarang, kalo lo cuma pengen main piano lo boleh sepuasnya main di sini." Ucap Rafa tersenyum.
Cowok itu kemudian mendekati gue, semakin ia mendekat entah gimana rasanya jantung gue mau copot. Ia kemudian memegang pundak gue, no the second kiss please... gumam gue yang juga membuat gue spontan ngenutup mata.
"Woi mbak ngapain merem?" tanya Rafa nyengir, gue juga jadinya cepet-cepet ngebuka mata dengan pipi gue yang memanas karena malu.
"Nggak, nggak kenapa-napa kok. Gue kelilipan..." ucap gue pura-pura mengucek mata.
"Ah lo ada-ada aja, sini..." ucap Rafa, ia kemudian mendorong gue ke arah piano dan mendudukkan gue di kursi tepat menghadap ke tuts-tuts piano yang berkilau itu.
"Lo boleh nyoba kok sekarang..." ucap Rafa, rasa girang gue nambah memuncak ketika dia bilang kayak gitu.
Tapi baru saja tangan gue mau nyentuh piano itu Rafa langsung menarik tangan kanan gue dan menggenggamnya sambil tersenyum.
"Asal lo mau jadi pasangan gue..."
Kata-kata yang terlontar dari mulutnya itu membuat gue shock, gue bener-bener bingung harus ngomong apa. Tapi tiba-tiba gue mematung dengan tubuh yang rasanya memanas seperti sedang terpanggang. Ini kah yang namanya debaran cinta? Uh, gumaman gue lebay banget. Tapi ini rasanya mirip kayak film Yunani yang pernah gue tonton yaitu tentang "Aphrodite dan Cor Meum" atau tentang "Cinta dan Hati". Akankah hati ini bergetar dan memunculkan cinta?
***
A/n:
Halo semuanya, terima kasih udah baca sampai akhir. Maaf banget aku baru bisa update sekarang padahal janjinya minggu lalu update ternyata nggak bisa 😢.
Tapi akhirnya sekarang aku bisa update untuk kalian...
Jadi nantikan terus ya...Part ini didedikasikan untuk @azrmta yang udah baca, vote, dan cerita ini. Thank you very much ya honey...
Untuk kalian yang pengen didedikasiin juga silahkan follow, baca, vote atau komen, ditunggu loh...
Kalau yang udah tunggu giliran aja ya...
Salam unyu
Intantien <3
P. S. : Bagaimana perasaan kalian ketika sedang jatuh cinta dan orang yang kalian cintai itu membalasnya? Berikan lima kata, dan harus berbeda dengan pengomentar lain. Yang terunik akan mendapat sebuah cerpen 😊
~5 Mei 2018~
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Detention
Teen FictionBerawal dari sebuah kecerobohan kita bisa mengalami sesuatu di luar dugaan. Berawal dari sebuah kesombongan kita bisa mengalami sesuatu di luar prediksi. Berawal dari sebuah keikhlasan kita bisa mengalami sesuatu yang luar biasa. Ketika hati lebih...