10

98 15 0
                                        

"Kita selalu saja merasa memiliki sesuatu padahal sesuatu itu sejatinya bukanlah milik kita. Seperti aku yang merasa memiliki kamu, padahal rasa itu tidak nyata."

-Noel Arkanzie-

----------------------------------

Noel yang bersikeras itu berhasil membuat Naila menurut, dan bahkan membinarkan matanya lebih dari biasanya, bisa terlihat dari matanya yang membulat bulan penuh dan berkilau tertimpa cahaya. Pipinya merona secerah bunga sakura yang tumbuh di negeri matahari terbit. Gadis itu kemudian duduk semula di tempatnya sementara Sean hanya menatap bingung kedua manusia yang bertingkah aneh di depannya.

Noel tak tahu sikapnya yang sedemikian rupa malah membuat perasaan Naila semakin besar padanya, dan perasaan itu terus menerus bertumbuh. Sementara Noel sendiri bimbang akan perasaannya, ia telah 'menatap' ke arah Naila sejak dulu sekali namun beberapa kali ia memikirkan bahwa Naila tak akan pernah menatap ke arahnya, dan akan selalu menganggapnya sebagai teman. Walaupun Noel ingin menyampaikan perasaannya, tapi cowok itu terlalu takut dan ia berpikir semua perasaannya hanya akan merusak hubungan yang telah terjalin sekian lama.

Mereka berdua bagai dua ekor udang yang selalu berusaha untuk berjalan maju namun tak akan pernah sampai, walau jauh di ujung sana kedua insan ini merasakan hal yang sama namun lebih memilih untuk memendam hal itu. Cukup menunjukkannya dari tingkal laku saja.

Noel dengan langkahnya yang tegap berjalan ke arah kelas XI IPA 3 yang berada tepat di bawah kelasnya. Cowok itu berjalan ogah-ogahan, dan mulai mengetuk pintu kelas tersebut ketika kakinya telah menginjak lantai tepat di ambang pintu. Melihat Pak Arta, guru Kesenian yang sedang menerangkan materi tentang musik membuat Noel kemudian mengucapkan salam dan membungkuk sekilas sebelum mengutarakan tujuannya ke kelas itu.

"Iya silahkan..." ucap Pak Arta, tangannya membelai kumisnya yang cukup lebat hingga beberapa siswi terlihat bergidik kegelian.

Rafa kemudian berjalan perlahan dengan sedikit melompat-lompat dengan tubuh yang disangga sebuah tongkat. Ia kemudian menyerahkan tugas dari Pak Raden pada Noel dengan tatapan dingin menusuk.

"Kenapa bukan Sean atau Naila yang kesini?" tanya Rafa dingin.

"Ada yang pengen gue sampein ke lo..." ucap Noel membuat Rafa mengernyit.

"Apaan? Emang lo punya urusan sama gue?" tanya Rafa.

"Gue kasih tahu ke lo ya, jangan deket-deket sama Naila. Gue tahu lo tuh cuma cowok yang bakalan nyakitin hati cewek, percuma kalau cewek-cewek suka sama lo tapi lo nya nggak suka sama cewek karena lo suka sama cowok..." ucap Noel ketus.

Rafa menatap Noel dengan api amarah yang mulai membakar dirinya, "lo kira gue suka cowok? Kalo lo ngira gue kayak gitu, harusnya lo hati-hati dong. Gue bisa aja suka sama cowok ganteng kayak lo..." kata Rafa menunjukkan seringaiannya.

"Ih, ogah jijik gue..." sahut Noel bergidik.

"Emangnya kenapa kalo gue deket-deket sama Naila? Lo nggak suka? Atau lo punya rasa sama Naila?" tanya Rafa bertubi-tubi.

Noel terdiam sejenak, namun akhirnya ia membuka mulutnya. "Dia udah gue anggep sebagai adik gue sendiri, jadi lo jangan macem-macem sama dia..." ucap Noel sedikit tertunduk, tanpa melihat wajah Rafa ia langsung membalikkan badan dan melangkahkan kakinya menuju kelas.

Rafa mengembangkan sebuah senyuman, "bagus, tanpa gue berbuat apa-apa lo udah bersiap aja untuk mundur dari orang yang gue incer. Semoga terus kayak gitu, supaya nggak ada orang yang jadi penghalang gue sama Naila, cewek itu masih punya kontrak sama gue..." kata Rafa dalam hati.

***

Noel melangkah ke dalam kelas kelas sambil membawa selembar kertas yang berisi tugas dari Pak Raden, dan memberikannya pada Sean. Cowok itu dengan senang hati menerimanya, namun alih-alih langsung menyampaikan pada warga kelasnya, Sean malah melempar tugas itu pada Naila.

"Nih, sekarang lo tulis di papan tulis..." ucap Sean.

"Nggak lo umumin dulu sama temen-temen kalo tugasnya udah ada?" tanya Naila, Sean menggeleng, "lo yang ngumumin... kerjaan gue masih banyak." Jawab Sean.

"Udah deh, masalah ngumumin aja jadi ribet kayak gini. Biar gue aja yang ngumumin, lo kan sekertaris dan tugas lo tuh emang nulis. Jadi lo nulis aja..." kata Noel menyela.

"Lo emang selalu ada buat gue, makasih ya..." ucap Naila, Noel hanya melemparkan senyuman ringan dan kemudian memberikan gesture tubuh agar gadis itu segera melaksanakan tugasnya.

Naila sesekali menoleh ke arah Noel, cowok itu memang berwibawa sekali. Di kelas X dulu dia sempat menjadi ketua kelas, tapi di kelas XI ia memilih untuk tidak mencalonkan diri dengan alasan ingin bergabung di OSIS, dan ia berhasil menjadi wakil Ketua OSIS sekarang.

***

Rafa menilik jam tangan yang melingkar cantik di pergelangan tangannya. Pukul 14.30, dan beberapa detik lagi bel pulang akan berbunyi. Ia mulai menghitung dengan suara rendah, "satu, dua, tiga, empat, lim-"

Teeettt....

Bunyi bel panjang yang mengakhiri mata pelajaran hari ini akhirnya terdengar juga. Beberapa anak termasuk Rafa bersorak kegirangan, setelah Pak Arta keluar dari kelas semua siswa juga ikut berhamburan keluar. Rafa berusaha menggerakkan tongkatnya lebih cepat agar tubuhnya juga lebih cepat bergerak. Ia mulai menaiki tangga satu persatu, dengan tujuan untuk menemui pihak kedua yang bertanda tangan di kontrak.

Rafa tahu seharusnya ia tak bersusah payah begini hanya untuk bertemu dengan gadis culun itu, tapi entah mengapa hatinya lebih menguasai dirinya ketimbang otaknya. Tapi dengan tekad yang kuat, akhirnya Rafa berhasil sampai di depan kelas Naila, dan melihat cewek itu juga sedang bersiap-siap untuk pulang.

Tanpa memperhatikan sekitar Rafa langsung nyelonong masuk ke kelas Naila dan menghampiri gadis tersebut, tentu saja Naila terkejut.

"Lo pulang bareng gue sekarang..." ucap Rafa,

"Iya gue tahu, tapi lo ngapain ke sini? Cuma mau nyamperin gue aja?" Tanya Naila, namun matanya melirik ke arah lain, membuat Rafa mengikuti lirikannya. Rafa terdiam ketika melihat kumpulan gadis-gadis yang ternyata pernah ia tolaknya dulu. Dulu mereka selalu mengejar-ngejar Rafa dan bahkan membuat fandom untuk Rafa yang bernama Rafovers atau Rafa Lovers, bak artis-artis Korea yang mereka gemari.

Namun tatapan mereka ke arah Rafa sekarang sangat berbeda, mereka menatap Rafa lebih mengarah ke tatapan jijik ketimbang dendam. Dan Rafa sudah tahu penyebabnya, jadi hal itu sama sekali tidak membuatnya kaget.

"Eh, lo ngapain ke sini?" tiba-tiba Noel datang dan mendorong keras bahu Rafa, membuat cowok itu hilang keseimbangan dan jatuh terlentang di lantai.

"Noel!" pekik Naila, cekatan gadis itu langsung menolong Rafa.

"Eh, maksud lo apa pake dorong-dorong gue kayak gitu?" ucap Rafa penuh emosi.

"Iya No, lo kenapa?" imbuh Naila.

"Gue udah bilang sama lo buat jauhin Naila, terus ngapain lagi lo ke sini?" kata Noel tak memperdulikan pertanyaan Naila, cowok itu menatap Rafa sinis.

"Gue nggak ngerti lo kenapa No, udah Raf kita pergi aja..." ucap Naila, ia kemudian memapah Rafa dan meninggalkan Noel yang berdiri mematung sementara tangannya perlahan mengepal marah.

***

26 Desember 2017

Beautiful DetentionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang