Part 20

2.5K 79 2
                                    

Saya masih termangu dengan mata yang hampir menangis, saya mematung didepan tirai dan melihat seorang yang sangat kukenal, Risa, dia sedang diberikan pertolongan oleh beberapa dokter, dia tidak sadarkan diri, saya melihat kasur tempat risa ditidurkan penuh dengan darah, saya melihat tubuhnya juga penuh dengan luka..
entah berapa menit saya berdiam diri disana, kakiku terasa lemas tapi kaku, seseorang dengan seragam hijau menariku..
"mas, pasien harus mendapat perawatan, kondisinya mengkhawatirkan, mohon beri ruang, pasien akan kami pndah keruan icu, saya tidak berkata apapun, saya melangkah mundur, dan melihat risa yang dibawa pergi dengan tergesa2 oleh tim medis..
"apakah semua orang yang kusayangi akan kau ambil ya Rabb?" tanyaku dalam hatii..
"tidakkk, Risa dia Risa dia tidak akan meninggalkanku semudah ini ya dia akan selamat, Ya rabb tolong berikan dia hidup" pikiran buruku coba kugant dengan prasangka yang lebih baik.. saya terduduk disebuah kursi, saya menyenderkan kepalaku pada sebuang plang besi yang entah apa fungsinya,..
Trauma itu kembali saat melihat keadaan risa... rasa sesak didada yang baru sekitar sebulan saya alami kini memenuhi dadaku dan membuatku seolah sulit bernafas, saya sangat takut saat kematian sangat dekat dengan orang terdekatku...
"jangan pergi, kamu yang bilang tidak akan meninggalkanku"
.

"nak rizal" suara om hamzah ayahanda risa membuyarkan lamunanku.
Saya :"om....."
pak hamzah :"jangan berpikiran buruk ya nak, om juga khawatir, sekarang risa sedang dirawat intensif, kamu tenang dulu" kata2 ayah risa ini tidak dapat menyembunyikan rasa takut dan khawatirnya, tampak beliau juga sangat gelisah sama sepertiku..
saya memperhatikan pak hamzah sedang menelfon seseorang...
saya kembali melamun..
"risa tepati janjimu untuk tidak akan meninggalkanku"
.
1jam berselang dari pertama saya tiba disini, waktu yang harusnya tidak lama itu terasa sangat menyiksaku, setiap seorang dokter atau perawat keluar dari sebuah ruangan saya langsung menanyainya tak peduli apakah dia dokter atau perawat yang menangani risa atau bukan.
saya melirik om bowo yang juga sama gelisahnya denganku, tampaknya beliau sedang menelfon ibunya risa..
Saya melihat seorang dokter diambang pintu ruangan. dia menganggukan kepala kepadaku, seperti langsung paham saya menyenggol om hamzah untuk menengok dokter itu, kami buru2 mendekatinya..
"dari pemeriksaan kami ini kurang baik pak, Putri bapak mengalami koma karena pendarahan dan benturan yang sangat keras" ujar dokter itu kepada om hamzah..
Pak hamzah :"lalu sekarang apa yang bisa saya lakukan pak?"
Dokter :"kami menyarankan perawatan yang intensif, dan oprasi. tulang tangan dan kaki pputri bapak patah, 2 tulang rusuknya juga patah, dan benturan di bagian kepala belakang membuat radang di otaknya, sungguh sebuah mukjizat putri bapak bisa selamat saat ini, tapi tidak boleh lengah, terus berdoa agar keadaan putri bapak cepat stabil, agar kami bisa melakukan tindakan medis lainya"
ekspresi wajah om hamzah terlihat cemas, beliau menelfoon seseorang, entah siapa..
saya hanya termangu dengan omosi yang bercampur aduk, pikiranku masih melayang tentang keadaan risa..
"riss... jika kamu sehat kembali ris, apapun keadaanmu besok, aku bersumpah tidak akan membiarkanmu seperti ini lagi " saya membatin, saya berjalan mendekati om hamzah yang berada diluar pintu, beliau terduduk lesu... beberapa anggota kepolisian juga ada disampingnya...
Pak hamzah :"nak rizal, trimakasih sudah datang, sekarang kamu pulang saja, kamu besok tetap harus sekolah, biar saya yang jaga risa sampe ibunya bsk pulang kesini"
Saya :"egak om, saya akan tinggal dulu disini, saya cuma ingin memastikan risa selamat, saya akan berangkat sekolah pagi2 dan setiap pulang sekolah saya aka kesini"
Pak hamzah :"terimakasih nak rizal"
Saya :"om, risa akan baik-baik saja kan om?"
Pak hamzah :"kita berdoa saja nak rizal"
.
saya terduduk lemas, dengan tangan yang mengepal kuat, saya ingin menangis, tapi saya tahan,,,
bahkan pikiran akan kehilangan risa pun tak pernah terlintas sebelumnya, sampai saat ini.. dimana sekarang risa terbaring dan sedang berjuang antara hidup dan matinya....
saya membayangkan bagaimana keadaanku tanpa risa, risa itu adalah orang yang selalu ada buatku, saat bapak saya dulu dinyatakan hilang risa datang dengan membawa harapan bapak akan selamat, tapi takdir berkata lainn saat bapak harus meninggal, tpi kemudian risa datang lagi dan membawa harapan kalau aku tidak benar2 sendirian, karena ada dia, ada risa yang membuatku merasa tidak sebatangkara, tapi..... kalau risa juga ditakdirkan pergi apakah harapan lain masih ada?, apakah akan ada harapan baru?, atau apakah hanya akan ada keputus asaan dan kesepian ?
"cepat bangun anak bawel, cepet bangun, dan cerewetlah seperti biasa, cubiti aku sesukamu kalo kamu bangun" gumamku dalam hati...
.
.
Semalaman saya tidak bisa tidur, saya hanya bisa melihat ke awang2, memikirkan banyak hal yang sudah saya lalui dengan risa, ahhhhhh... saya malah frustasi.. seperti de javu, jangan lagi.. cukup sudah orang yang kusayangi harus mati dengan tragis, jangan ada lagi ya rabb, jika engkau menginginkan nyawa, maka tukarlah nyawa risa denganku, biarkan dia hidup..
...
....
saya beranjak dari kursi panjang yang kugunakan tiduran, melihat beberapa keluarga pasien ruang icu lain,, tadi baru saja saya mendengar ada kabar bahwa seorang ibu muda meninggal saat melahirkan putra keduanya, yang tragisnya anak yang dilahirkanya ikut meninggal... saya melihat keseberang ruangan, tampak seorang bapak sedang menunggui anaknya yang mungkin masih berusia 3 tahun yan tidur beralaskan sarung di sebuah kursi ruang tunggu, saya yakin itu adalah suami dan anak dari ibu yang meninggal saat melahirkan barusan.. kenapa saya bisa tau?? karena saya melihat arwah seorang perempuan dengan wajah tersenyum sedih berada didekat mereka... arwah itu tampak membelai kepala bapak itu sambil menangis dan tersenyum dalam waktu yang sama.. dan sepersekian detik kemudian dia menghilang, pergi ke alam kubur pastinya, meninggalkan dunia yang fana, meninggalkan suami dan putranya yang masih sangat kecil..
apakah ini yang dulu dimaksud sari, mungkin sesaat setelah kematian orangtuaku dulu mereka juga mengunjungiku juga... pengalaman ini sangat mengerikan dan menyentuh betapa seseorang tidak akan bisa melawan takdir, saya mendoakan arwah wanita itu agar bisa mendapat tempat yang layak di alam kubur.... saya menoleh kekiri dan kanan, memastikan tidak ada arwah yang baru dicabut dari raganya, terutama saya ingin memastikan arwah risa masih berada di raganya yang tertidur.
saya tidak henti2nya berdoa, malam itu untaian dzikir juga terucap pelan dari mulutku,.
.
saya melangkah keluar, ruangan dan melihat om hamzah duduk dengan kepala menunduk, tampak dimulutnya ada sebatang rokok filter persis seperti milik almarhum bapak dulu...
"om" tampaknya teguranku membuyarkan lamunan beliau.
Pak hamzah :"ya nak rizal, belu tidur juga?"
saya menggeleng, saya melirik ke jam tangan saya jam 3 pagi.. artinya saya hampir tidak tidur hari ini....
Saya :"om.. setelah risa sehat apakah saya boleh terus bersama risa?. saya akan menjaganya, saya akan menjadi penyemangatnya, seperti risa yang selalu menjadi penyemangat saya. bolehkah?"
.
Pak hamzah :"tentu saja boleh, jaga risa, dia anak semata wayang saya, untuk saat ini berteman saja dulu kalian masih terlalu muda"
Saya :"pasti pak" jawabku dengan yakin..
waktu berjalan terus dan saya habiskan dengan mengobrol dengan om hamzah, beliau menceritakan kronologi kejadian itu,
.
.
entah berapa lama saya berbincang dengan om hamzah, sampai adzan subuh berkumandang. saya dan om hamzah menuju mushala di kompleks rs...
"kamu akan berangka sekolah nak rizal??" tanya om hamzah di serambi mushala setelah selesai shalat.
saya hanya mengangguk..
Pak hamzah :"yaa jangan sampe bolos ya, tolong bawakan surat keterangan ini untuk izin sekolah risa ya",
Saya :"iya om, dan bolehkah saya minta tolong juga??."
pak hamzah :"apa itu nak rizal?"
saya :"kalau boleh saya pinjam motornya pak, semalam saya kesini naik mobil, nekat karena motor saya ngadat, sekarang saya gak berani naik mobil"
Pak hamzah :"wahh nekat juga kamu, ini pake motor saya, motor supra warna hitam ya, ini kartu parkirnya diujung sana, kamu cocokan nomor platnya"
Saya :"makasih om, kunci mobil saya ada sama satpam ya om," ujarku sambil berlalu dan berpamitan..
.
sepanjang jalan pulang pikiranku kosong, saya hanya melamun sepanjang jalan apalagi hal yang kulamunkan selain risa..
saya sampai rumah dan bersiap berangkat sekolah, sudah hampir 3 minggu saya tidak sekolah, sudah banyak sekali pelajaran yang kutinggalkan, saya mengecek dompet.. tinggal hanya ada selembar uang 20ribu.. hanya tinggal ini uangku satu2nya..
saya tiba disekolah dengan lesu, seperti semangat belajarku sudah luntur, belum banyak atau mungkin belum ada yang tau tentang keadaan risa, banyak yang menyambutku dengan sapaan dan ucapan berbela sungkawa untuk meninggalnya bapak, guru2ku juga demikian beliau2 juga menyampaikan bela sungkawa dan dukungan buatku..
jam 07.15 dan pelajaran jam pertama akan segera dimulai, saya duduk bersama irawan, surat izin risa sudah saya sampaikan kepada guru piket karena saya memang tidak sekelas dengan risa...
hari itu sangat menjemukan buatku, sama sekali materi yang diberikan guru tidak dapat masuk keotakku, didalam otakhu hanya ada risa... risaaa... risaa... begitu terus yang ada diotaku,,
saat jam istirahat saya diserbu anak2 kelas lain, mereka berebutan menayakan keadaan risa, nampaknya mereka sudah tau risa mendapat musibah..
"sekarang risa koma, dia dirawat di RS.Sardjito" kataku pelan, saya tidak menanggapi pertanyaan yang tidak terlalu penting, saya hanya menjawab seadaanya..
"risa kecelakaan di jalan solo" ujarku juga pelan..
"resee" gumamku dalam hati, saya meninggalkan mejaku meninggalkan krumunan teman2ku yang lain saya duduk disebuah bangku panjang yang berada di koridor samping kelasku yang tampakya sepi dari gangguan.
"zallll" saya menoleh, ternyata itu susi..
Saya : "kenapa sih sus??" tanyaku dengan nada tinggi.. saya merasa sedang tidak ingin diganggu, rasanya jengah.. ditambah rasa kantuk yang membuatku semakin tidak bisa berkonsentrasi.
Susi :"kamu yang sabar ya", susi ikut duduk disampingku, saya masih menghiraukan kehadiranya.. pikiran saya masih penuh, dan belum bisa diisi apapun..
susi :"zall" susi memanggil lagi...
saya :"hemm" saya menjawab dengan malas
dan sebuah jeweran menarik daun telingaku
saya :"susss! apaa2an sih?, kalo cuma mau ganggu sono ganggu yang lain" ucapku setengah berteriak.
susi :"udah belum sewotnya?, aku tau kamu lg gak karuan, tapi inget temen risa bukan cuma kamu aja, aku dan temen2 lain juga pengen tau keadaanya" suara susi sangat lembut, tanpa ada penekanan di kalimatnya, kata-kata halus itu membuat saya sedikit bersabar.
saya :"maaf sus, pikiranku lagi ruwet, aku khawatir banget sama keadaan risa" ujarku dengan sedikit lebih halus.
Susi :"akupun demikian zal, tolong ya zal, kasi tau aku aja nanti temen2 lain biar aku yang kasi tau, biar kamu gak terganggu. aku tau kok kamu gak suka terlalu banyak omong" susi melakukan pendekatan dengan kalimat yang masuk akal, itu membuat saya sedikit melunak.
Saya kemudian memberitahu susi tentang keadaan risa, bagaimana kejadian itu sampai menimpa risa, di kamar mana risa dirawat dan sebagainya.
susi :"makasih ya zal"
saya :"iya sus" jawabku singkat, saya berdiri dan ingin mencari tempat lain tapi sedetik kemudian tangan susi menariku
dan memaksaku untuk duduk lagi...
Saya :"ada apa lagi sih sus??" tanyaku yang kali ini dengan nada lebih tinggi, saya mulai muak ditanya2 terus.
Susi :"duduk sini dulu" kata susi sambil merogoh kantong kresek yang dibawanya
saya :"ada apa lagi?" tanyaku yang mulai kesel.
susi :"minum dulu, ini.. aku juga bawa bekal roti bakar sama selai, kamu temenku kan?, temenin aku bentaran ya"
susi mengatakan kata teman, sampai sekarang saya masih sensitif dengan kata "teman" ya karena dulu predikat "teman" sangat sulit kudapatkan, tapi sekarang saya sudah diakui sebagai teman oleh banyak orang, lalu saya memilih duduk seperti yang diminta susi.
Susi :"minum dulu" kata susi dengan tersenyum manis.
saya menerima teh botol itu dan meminumnya lewat sedotan, saya melirik kearah susi, ya susi juga termasuk kembang sekolahan, dia banyak disukai karena selain cantik dan tubuhnya yang berisi dia juga berprestasi dalam bidang seni, seperti menggambar, bernyanyi dan tari klasik...
"ahhh enak juga" batinku, memang semenjak tadi malam tenggorokanku belum kemasukan makan dan minum, mungkin emosiku juga dipengaruhi asupan gizi yang kurang...
Susi :"lebih enakan zal?" tanya susi dengan lembut
Saya :"iya sus makasih ya"
susi :"kamu belum makan juga kan?, semalem kamu gak tidur kan?" tanya susi menyelidik.
saya :"kok kamu tau?" jawabku sambil menerima roti pemberian susi.
Susi :"keliatan banget zal, zal kamu boleh cuek, tapi jangan cuek sama keadaanmu sendiri ya" susi menatapku dengan mata yang sayu.. suaranya terdengar sedikit bergetar...
saya :"iya sus, makasih ya"
susi tersenyum dengan sangat manis..
wajah susi ini cantik, bisa dikategorikan selevel seperti risa, wajahnya tirus tapi tidak terkesan kurus, bibirnya tipis dengan hidung yang mancung seperti risa, mungkin yang membuat dia menarik adalah rambut yang agak kemerahan dan bergelombang dibagian bawah, mungkin dia memang oriental, saya juga gak tau,,
susi :"zall"
saya :"iya sus gimana?" suaraku terdengar aneh karena mulutku dipenuhi roti.
Susi :"seberapa penting risa buat kamu zal?"
saya berusaha menelan roti yang belum terkunyah dimulutku bulat2 dan minum banyak2 untuk memudahkan makanan itu masuk keperutku,
Saya :"ahhhh... Risa ya.. entah sus, dia yang paling mengerti aku sus, dia yang paling mengenalku, dia yang pertama mengakuiku. dia serba pertama di fase hidupku yang baru sus, dia yang membawa aku ke sebuah warna baru dihidupku, dia penyemangatku, wajar kayaknya kalo aku sampe sebegini khawatirnya sama dia, karena aku merasa cuma dia yang bisa mengerti dan memahamiku..dia satu2nya yang membuat aku merasa enggak sebatangkara sus"
Susi :"dan apa kamu suka sama risa??"
Saya hanya diam, berpikir sebentar kira2 jawaban seperti apa yang akan kukatakan.
saya :"mungkin bisa dibilang gitu sus"
susi :"Risa benar2 beruntung ya mengenalmu lebih dulu"
saya :"aku yang benar2 beruntung mengenalnya dulu" saya membalik kata2 susi..
Susi :"andai aku mengenalmu zal" jawabnya sambik tertunduk.
Saya :"bukanya kamu udan kenal aku sus?"
Susi :"maksudku andai aku megenalmu lebih dulu dan lebih cepat dari risa"
setelah kata2 itu susi berdiri dan menuju kelasnya baru beberapa langkah dia membalikan badanya kearahku dan berkata.
"zal, kamu yang semangat ya,nanti aku jenguk risa juga, Risa pasti sembuh, dan kalau dia udah sembuh suruh dia jaga kamu baik2, kalo enggak dia harus hati2 sama aku"
saya hanya terheran2 dengan sikap anehnya itu..
.
kringg.. suara bel pulang sekolah berbunyi nyaring dan panjang.
"rizal!" irawan memanggilku dari kejauhan, saya sudah berlari menuju parkiran motor, "nanti aja wannnn lagi urgent ini!" teriaku dari ujung koridor..
saya pacu motor milik bapak risa ini dengan kecepatan penuh, saya ingin tau keadaan risa sekarang..
"risss, kamu harus udah bangun ya, paling enggak melek aja, pas aku uda nyampe aku pengen liat kamu bangun" gumamku dengan penuh harap..
saya sudah sampai didepan ruangan dimana risa dirawat, kemana om hamzah kok gak ada, saya melihat dari jendela kaca pintu risa masih blm sadarkan diri, seluruh badanya seperti diperban ditambah gips di tangan dan kakinya. sedih sekali saya melihatnya risa si energik kali ini hanya tertidur di kasur ruang icu..
boleh gak ya saya masuk, saya mencoba membuka pintu ruangan itu.
"mas ini siapa ya?" saya kaget, dari belakang ada seorang ibu2 yang menepuk pundaku..
"ehh maaf buk, saya temenya risa pasien yang dirawat disini" ujarku sopan.
"siapa namamu?" ibu itu kembali bertanya.
"saya rizal bu, teman satu sekolahanya risa" jawabku sambil mnyalami dan mencium tangan ibu itu..
"ohhh jadi ini yang namanya nak rizal "
"saya ibunya risa, nama saya Ndari" kata ibuu itu yang ternyata beliau adalah ibunya risa..
saya :"ohhh maaf tante, saya gak tau sebelumnya"
Bu Ndari :"iya gapapa, kamu juga belum pernah ketemu saya kan sebelumnya?"
Saya :"iya bu" jawabku pelan.
Bu Ndari :"mau njenguk risa kan?, yaudah ayo masuk, tapi harus seteril dulu ya, lapor dulu sama petugasnya" jawab tante ndari,
tante ndari ini juga cantik, diusianya yang mungkin sudah kepala empat tapi wajah dan tubuhnya masih terlihat muda dan segar, dan mungkin risa mewarisi bakat cantik dari ibunya ini.
saya mencuci tangan, dan melepas sepatu, saya diharuskan memakai baju yang berwarna hijau dengan penutup kepala, ini aturan jika ingin menjenguk pasien ruang icu.
.

wajah risa masih terlihat cantik seperti biasa, meskipun sebuah selang dan sesuatu yang bening menutupi mulut dan hidungnya itu tidak mengurangi nilai kecantikanya dimataku.
tubuh yang penuh perban itu dan mata yang masih tertutup rapat membuatku bersedih, kenapa hal buruk malah terjadi pada seorang yg sebaik risa..
sosok periang dan ramah, seorang cewek yang digilai banyak cowok karena selain cantik pribadinya yang santun, dan sederhana akan membuat semua cowok yang mengenalnya jatuh cinta. hanya cowok gila yang menyia2kan risa..
dan mungkin saya adalah orang gila itu, saya menyia2kan perasaan risa.. mungkin betul yang dikatakan banyak orang, kamu baru akan mengerti pentingnya seseorang setelah kamu kehilangan orang itu..
saya tidak ingin jadi orang gila yang menyia2kan perempuan sebaik risa, "risa, kamu harus tetap bersamaku ya" gumamku dalam hati.
tak terasa setitik air mata jatuh dari mataku, saya buru2 mengelapnya, saya sedang memperhatikan wajah risa dari dekat.. wajah yang dihiasi beberapa luka gores, wajah yang selama tiga setengah tahun ini menemaniku dengan ikhlas, saya masih memperhatikan wajah risa, saya melihat telinganya, telinga yang selalu mendengarkan setiap cerita dan keluh kesahku dengan seksama, saya melihat matanya yang terpejam, mata yang selalu memperhatikanku, melihatku dan memberiku perasaan aneh saat matanya bertatapan denganku, ssaya melihat bibirnya yang tersumpal beberapa selang, bibir itu selalu menyapaku setiap hari, menasihatiku dengan kata2 yang baik, menyindirku dengan kata2 yang biasanya gak pernah saya mengerti, bibir itu selalu mengucapkan kata dukungan untuku, kata-kata indah yang selalu menjadi penyemangatku,
tapi sekarang telinga,mata dan bibir itu tidak bisa meresponku seperti biasa...
posisi seperti ini membuatku merasa tidak enak,seorang yang paling peduli denganku, seorang yang menyayangiku dengan iklas sedang berada pada masa kritis di hidupnya, dan saya hanya bisa melihatnya tanpa bisa berbuat apapun..
"risa, heh comel, tolong bangun yaa, jangan tidur mulu, kita banyak agenda berdua kan?, minggu depan kan kita mau masak bareng, inget gak kamu yang maksa buat belajarbareng terus, ayo bangun biar kita bisa belajar bareng lagi" saya mengucapkan kata2 itu dengan pelan ditelinga risa, sebuah tindakan mubadzir, tapi saya ingin mengatakan itu..
.
sebuah tepukan dipundak mengaggetkanku, ternyata ibunya risa, saya sampai lupa kalau diruangan ini juga ada ibunya risa, saya buru2 mengelap wajahku yng sedikit basah oleh air mata.
Bu Ndari :"risa udah melewai masa kritis nak rizal, sekarang kondisinya sudah setabil, dan sebentar lagi kalau kondisinya membaik akan langsung oprasi" tante ndari seperti mengerti dengan perasaanku saaat ini, kata2 beliau tadi benar2 membuatku lega.
"alhamdulillah" ucapku dengan penuh syukur, harapan itu masih ada, harapan untuk terus bersama risa, harapan bahwa saya dan risa tidak akan pernah meninggalkan dan ditinggalkan..
"ris, segeralah sehat, supaya aku bisa menepati janjiku"

100 Tahun setelah aku matiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang