Saya menulis 2 lembar surat izin, yang pertama untuk tempat kerja risa dan tempat saya melaksanakan koas,
"nduk, aku ngantar surat ijin dulu, sama ambil perlengkapan, kamu gappa sendirian nunggu abi?" tanya saya kepada risa,
"iya gapapa mas, bajunya abi sama bajuku tolong sekalian mas"
Saya mengangguk, dan pamit kepada risa dan seperti biasa dia meraih tanganku dan mengecupnya.."mas, hati2 jangan ngebut kayak semalem" pesan risa kepada saya..
Saya memberikan senyum dan mencium istri saya ini kemudian berjalan pergi.
Disalam mobil saya memikirkan kejadian itu, kejadian kenapa semua ini menimpa abi anaku. Dan kemunculan sari yang memberitahu akan adanya bahaya jika saya tidak hati2, sosok genderuwo itu bukan sembarang jin, kadang jin yang berilmu tinggi karena memang kanuraganya yang besar dia mampu menyamarkan kehadiranya, bisa disebut semakin tua dia akan semakin sakti dan semakin halus, mungkin terlalu halus bahkan untuk dirasakan Dewi, sahabatku yang memiliki tingkat kepekaan yang melebihi saya.. jika saja saya tau hal ini akan terjadi tentunya saya akan memilih langsung berduel dengan makhluk itu, bukan Cuma menggertaknya seperti semalam..Pukul 8 pagi, jalanan tidak terlalu sibuk, dan saya dapat melaju dengan lancar dan tidak terburu2, walau pikiran saya tetap melayang kepada abi, saya adalah tipe orangtua protektif yang selalu mekhawatirkan anaknya, semua karena rasa cintaku yang teramat sangat kepadanya, saya tidak tega melihat tangan mungil itu harus rela ditusuk dengan jarum yang mengalirkan obat kedalam tubuhnya, saya tidak tega melihat anak saya yang masih balita harus menanggung sakit seperti itu,dan saya tidak rela jika kelak anaku menanggung dan mengalami apa yang dirasakan bapaknya,bahkan diumurnya yang belum genap satu tahun abi sudah mendapatkan cobaan pertamanya, dan disini saya mempertanyakan kepada Tuhan, ada apa denganmu Tuhan?, tidak cukupkah semua yang sudah kau ujikan kepadaku?, begitu pertanyaan yang terlintas di otak dan hati saya, dan sesaat kemudian kalimat itu berganti dengan kalimat istighfar "astaghfirullah", tidak semestinya saya mempertanyakan hal yang menyudutkan Tuhan seperti itu, gumam saya bicara sendiri,
180, adalah detik lampu merah yang harus saya tunggu untuk saya dapat berjalan lagi, saya memainkan jari di perseneleng, dan malah ikut menghitung mundur detik lampu merah yang membuat saya tidak sabaran, dan begitu lampu itu berubah hijau saya langsung menginjak gas dan melaju dengan kecapat sedang untuk akhirnya sampai ke tempat kerja risa dan tempat koasku.Saya sudah selesai mengantar kedua surat itu, dan sudah berada didepan rumah, lingkungan kiri kanan rumahku juga terlihat sepi, wajar, karena ini adalah jam kerja, saya merogoh saku untuk mengambil kunci rumah, dan melangkah masuk..
Dan segera saja, beberapa saat setelah saya melewati pintu itu saya merasakan hawa.. hawa singup,
Hawa dingin yang panas, dan hawa panas yang dingin.. atau bagaimana, saya bingung menjelaskanya.. waspada adalah hal pertama yang saya lakukan, saya menoleh kesekeliling, melihat apakah ada hal mencurigakan dari aktivitas astral disini, rumahku selalu bersih dari mereka, tapi sepertinya hari ini ada pendatang, saya melangkah hati2, sambil meningkatkan kepekaan indra saya, mencoba merasakan getaran yang lebih halus yang dihasilkan dari aktivitas mereka, saya berjalan melewati sekat rumah yang membatasi ruang tamu dengan ruang tengah, dan dipojokan ruangan saya melihat sosok menjijikan... sebuah kepala yang melayang, kepala itu tidak memiliki badan, sosok kepala laki2 yang melet, wajahnya penuh codet,sebelah matanya sobek dan melelehkan darah kental yang menetes ke lantai, yang memuakan dari sosok itu adalah dibagian leher nampak tulang belakang yang menjulur dan menjuntai kebawah, penampianya sangat mengenaskan dari pangkal leher itu saya dapat melihat tenggorokanya yang seperti terpotong, tulang yang menjuntai itu berwarna merah karena lumuran darah dan seperti ada potongan daging yang menempel, dengan senyum mengerikan, kepala itu menghadap kearah saya...
Saya sontak memasang pagar diri, dan lebih waspada kepada makhluk itu, dan begitu saya hendak merapal amalan, tiba muncul sosok lain..kali ini sosok wanita, kalian mungkin menggolongkanya kuntilanak, wajah seram dengan pakaian rombeng bernoda basah dari darah, bahkan saya dapat mencium bau anyir dan amis dari mereka, dia bergerak melayang kesamping sosok kepala itu, jari2 yang keriput dan hitam terlihat tidak lengkap dari kuntilanak itu, beberapa jarinya seolah hanya menggantung pada seutas daging tipis di telapak tanganya..
Saya geram sekali dengan dua makhluk yang sudah berani mengusik tempat tinggal saya,
"Bismillah...." belum selesai saya membaca amalan tiba2 dari belakang kedua makhluk itu,sesosok yang tidak terduga muncul, kali ini dengan wujud yang tak kalah mengerikan wujud manusia ituh yang bertelanjang dada, dengan wajah rata, tanpa hidung, mata, telinga, muut dan rambut, sosok itu muncul di depan pintu kamar saya..
Hawa negatif terasa memenuhi rumah saya, udara menjadi sesak, saya mengepalkan tangan, di jari tengah saya masih melingkar cicin batu fosil galih kelor yang memang hampir tidak pernah lepas dari tangan ini,
"apa mau kalian??" tanya saya yang berteriak lantang dalam bahasa batin
KAMU SEDANG MEMBACA
100 Tahun setelah aku mati
Horror"Kita hidup di dunia yang sama dengan mereka, kita hanya berbeda dimensi dengan mereka, percayalah.. mungkin mereka ada disampingmu sekarang" By: WN kulon.kali (KASKUS)