Part 52

1.5K 50 0
                                    

* Wajah kami semakin dan saat Risa memejamkan mata saya membisikan sesuatu yang secara tidak sadar tapi ikhlas dan tulus meluncur dari mulutku...
“Risa maukah kamu menikah denganku?” *

Dia masih tertegun, matanya terbuka lebar seolah masih belum percaya bahwa kalimat itu akan terucap sedini ini, kami berdua masih sama sama muda, dan masih polos dengan tantangan dunia, tapi disatu sisi risa sadar bahwa setiap ucapanku tidak pernah main2..
“mas ... kamu yakin?” ujarnya dengan nada suara sedikit bergetar..
“aku tidak punya alasan untuk tidak yakin nduk, beberapa waktu terakhir aku banyak mikir tentang apa sebenarnya yang pengen aku lakuin setelah aku selesai disini. Dulu aku punya dwilogi impian tentang hidupku yang harus tercapai, yang pertama aku pengen punya banyak teman, yang kedua aku pengen jadi Dokter, dan kamu nduk sudah bantu aku buat mewujudkan keduanya, tapi setelah aku mencapai keduanya apa yang mau aku lakuin? Dan keliatanya aku udah tau nduk, mungkin kamu adalah trilogi dihidupku.. maukah kamu nduk? Menjadi trilogi dan bagian dari season baru hidupku selepas disini??”
Risa tersenyum, raut wajah tidak percaya itu berubah menjadi mimik wajah yang melukiskan kelembutan, dia menggigit bibir bagian wajahnya sambil menatapku penuh arti. Entah apa yang ada dipikiranya. Permintaanku adalah bukanlah permintaan sepele,mungkin dia sedang berpikir antara ya atau tidak, setiap detik menunggu jawabanya membuat saya semakin berdebar-debar,
“aku percaya kamu akan bilang itu suatu saat nanti mas, aku Cuma gak percaya akan secepat ini.. dan yaa mas.. aku mau, aku tidak punya cukup alasan buat menolakmu
Ucapnya tegas tanpa keraguan, dia menyambut permintaanku dengan tangan terbuka. Risa adalah orang pertamayang menerimaku sebagai teman, dia juga orang yang pertama menerimaku menjadi kekasihnya, dan sekarang begitu kutanya apakah dia mau jadi istriku dia juga mau menerimanya.
Saya tersenyum.. saya menatap lekat2 wajah yang cantik tanpa cacat itu, dia mendekatkan dirinya lebih rapat kepadaku, seolah tau apa yang ingin saya lakukan dan cupp.. sebuah kecupan yang berbarengan dengan hilangnya sinar matahari yang tenggelam di lembah Yarra Valley , suasana berganti semakin gelap. Kelelawar mulai terbang keluar dari sarangnya, sinar matahari yang hilang berganti dengan lampu2 yang mulai menyala otomatis sepanjang jalan. Tapi suasana gelap tidak berlaku di hati kami, kami berjalan bergandengan untuk pulang, udara menjadi semakin dingin, risa mengambil 2 syal dari dalam tasnya dan memakaikan salah satunya kepadaku, malam itu purnama penuh, seolah semesta tidak membiarkan kami berjalan di kegelapan...
Saya memandang gadis disampingku, dia membalas tatapanya dengan senyuman yang sejak pagi tadi tersungging diwajahnya.. saya hampir tidak percaya bahwa yang saya lihat itu adalah calon istriku...

“Mas.. masih bisa pulang agak malem kan kita?”
Tanya Risa sambil menengadahkan kepalanya ke langit..
“bisa nduk.. transportasi disini tengah malem pun masih ada.. kenapa emang?”
“gak apapa sih mas.. pengen lebih lama aja bareng sama mas”
Risa berucap tanpa melihat kearahku, dia melepaskan gandengan tanganya dan berjalan menyisir rerumputan yang dipotong pendek itu..
Sekejab dia memeriksa rerumputan manila yang tersibak itu dan duduk diatasnya, kakinya ditekuk dan kedua tanganya melingkar memeluk lututnya, kembali kepalanya menengadah, dan kali ini di bawah terang bulan terlihat rona senyumnya yang semakin merekah. Dia sama sekali tidak menengok saya tapi lambaian tanganya mengisyaratkan agar saya segera menghampirinya..
Saya mendekati gadis cantik itu dan duduk bersimpuh didekatnya…
“mas.. ternyata malem ini cerah banget, rasanya bintang sama bulan deket banget dengan kita”
Ucapnya riang dengan dagu yang dia sandarkan ke lututnya.
“iya nduk, rasanya baru kali ini aku merhatiin” jawab saya sambil ikut menengadah menikmati sinar bintang yang berhamburan di langit Yarra Valley.
“mas tau legenda tentang bintang?”
“apa tentang mitologi Yunani tentang rasi bintang nduk?”
“ishh bukan.. mas ini orang mana sih?”
“orang Indonesia lah nduk”

“kalo orang Indonesia mungkin mas harus ganti nama2 kayak orion, Pleiades dan sebangsanya jadi Waluku, Respati dan lain-lain..”
“waluku? Respati?” tanyaku dengan mengulang nama yang masih asing ditelinga saya
“mas mas.. kamu ini harus belajar budaya, Orang Indonesia itu udah lama lho kenal dengan rasi bintang, gak kalah sama orang yunani.. aku lagi nyari rasi bintang yang paling kusuka mas disini.. tapi kayaknya gak ketemu nih” jawabnya dengan pandangan mata yang menerawang ke langit..
“apa itu nduk?”
“mas pernah denger Lintang Kartika?”
Lagi2 risa menggunakan nama yang asing ditelingaku, kata Kartika mungkin sering terdengar menjadi nama orang, saya sediri masih belum paham dengan kata lintang yang ada didepan kata Kartika, bintang kartika? Apakah itu semacam zodiak orang jawa?
Saya menggeleng mengisyarakatkan ketidaktahuan saya kepada risa.
Risa tersenyum telunjuknya bermain di jidatku sambil mengeluarkan tawa ejekanya yang tengil..
“tuing tuing,, ini kepala isinya apa sih mas?” ejeknya sambil terus menekan dahiku dengan ujung telunjuknya..
“kasih tau aja kenapa sih ndut “

100 Tahun setelah aku matiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang