Epilog

2.2K 92 48
                                    

saya petik setangkai kembang callistephus chinensis berwarna lembayung, bunga cantik namun tak berbau. Saya sematkan beberapa tangkai bunga ini di sebuah ikatan yang menawan, saya bawa bunga ini untuk seorang wanita. Berharap dia akan menyukainya.. saya susuri jalanan dengan langkah cepat agar sampai segera bunga ini kepada dia yang kudamba, tapi ...
ternyata bunga ini tak akan sampai kepadanya....

aku pulang dengan kecewa. setangkai mawar di sebuah vas pualam terindah di rumahku nampak layu, belum lama kutaruh setangkai bunga kondang itu. Tapi mawar yang cantik yang selalu diagunggkan seluruh dunia memang begitu cepat mengering dan mati, tidak sebanding dengan namanya yang terkenang abadi. Aku ambil mawar layu itu, dan menyimpanya untuk diingat selalu.

Saya gantikan isian vas pualam itu dengan bunga ini, bunga yang tidak harum, tidak juga semua orang mengenalnya,namun bunga yang mirip dengan bunga kertas yang biasa tumbuh liar di pekarangan ini lebih lama terjaga dari pada mawar. Bunga ini cantik, dengan cara sederhana, namun bisa lebih lama hidup dalam vas, dari pada mawar dengan keelokan bunganya namun sangat cepat layu dan mengering.

Saya lebih menyukai callistephus chinensis, dari pada mawar, bukan berarti mawar tidak kusuka, mawar tetap akan kusuka dan selalu begitu namun bunga kertas ini yang akhirnya terpilih, untuk menghias vas pualam ini lebih lama”

Untuk istriku, dan yang pernah menjadi istriku
-Yogyakarta 2016-
----
Saya adalah Rizal paling tidak dalam cerita ini, kalian tidak mengenalku? Jangan begitu.. bahkan kalian sudah mengenalku sangat baik, sampai tau rahasia yang paling dalam dihidupku.. kalian sudah berhasil menyentuh titik sensitif yang menjadi tolak balik kenapa saya hidup dan untuk apa saya hidup.. kalian sudah mengenalku dari kecil hingga saya yang sekarang,kurang apa lagi kalian tau setiap inci dari hidupku?
Tidak usah mencari dimana saya ,siapa saya,dan bagaimana rupa saya. karena seperti kata sahabat saya Ridwan, dunia tidak perlu mengenal saya.
Jika kalian berusaha mencariku mungkin kalian akan kecewa, karena semua yang ditulis disini sudah dibuat serba mungkin dengan samaran nama, tempat, bahkan waktu, kalian tidak perlu melakukanya, karena begitu kalian selesai membaca tulisan ini sungguh kalian sudah mengenalku sangat dalam dan sangat dekat... sampai kalian tidak menyadarinya

Untuk semua yang membaca ini, 100 Tahun Setelah Aku Mati bukanlah cerita yang dibuat untuk membuat bulu roma kalian berdiri, atau juga untuk membuat kalian terkagum dengan penggambaran penokohan yang ditulis oleh teman saya WN ini,. Lebih jauh lagi sebenarnya 100 tahun setelah aku mati memiliki arti yang kosong sekaligus isi.
dimana sebenarnya walaupun tidak ada 100 tahun setelah aku mati sekalipun tidak akan terjadi hal apapun.. kosong, tapi juga 100 tahun setelah aku mati berisi muatan dari kekosongan yang mengenai sebuah pertanyaan..” apa yang menjadi pilihan kalian?”

apa pilihan kalian ketika satu kenyataan pahit menimpa kalian?
Menyerah?, kalah?, atau berusaha tanpa lelah?
Pertanyaan itu akan berujung pada jawaban “terserah kalian”

“hidup adalah pilihan” kalau tidak salah kalimat ini pernah digaungkan oleh seorang filsuf di masa lalu.

Tuhan selalu membuat 2 pilihan kepada kalian, masing-masing pilihan mengandung konsekuensi sendiri, dan hukum sebab akibat akan berlaku dengan setiap pilihan yang diambil.
Tapi setelah semua yang saya lewati, saya selalu memilih satu pilihan sama di bagian akhir peristiwa
Yaitu “percaya pada sang Khaliq” entah apa rencana-Nya, tapi setelah saya imani itu, semua menjadi indah pada akhirnya..

Sama seperti sari yang percaya padaku, bahwa 100 tahun setelah kematianya adalah bentuk kepercayaan, bahwa pilihanku untuk menghadapi dan menjalani takdir tidaklah salah ,serta saya mampu melewatinya..

Peristiwa 100 Tahun Setelah Aku mati bisa terjadi tidak hanya padaku, ini bisa terjadi pada semua orang, siapapun itu.. saya ulangi lagi, ini bisa terjadi pada siapapun itu, termasuk kalian yang sudah tamat membaca ini.
Sekarang tinggal kalian yang membuat pilihan sendiri, menyerah?, kalah? Atau berjuang tanpa lelah?
Terserah kalian teman, terserah kalian...
---
Cerita ini penuh khayal, penuh hal tabu yang tidak biasa kalian dengar,aneh, tidak nyata, tidak mungkin,penuh pro kontra dan sebagainya, tapi tentunya kalian yang sudah paham esensi cerita ini, dan yang sudah bersedia mengosongkan gelas untuk duduk rendah bersama, maka kalian akan paham bahwa suatu yang tidak mungkin sebenarnya serba mungkin, bukan bagaimana kita mengungkap tabir misteri, tapi tentang bagaimana kita menjalani misteri itu dan setelah semua terlewati kita akan sadar, gunung tinggi pun terasa datar saat ada dipuncaknya..
Dan jika presepsi WN tidak dapat sampai kepada kalian, kami berdua minta maaf. Seperti yang mungkin tertulis di cerita, baik saya dan WN tidak bisa mencokel mata kami untuk memperlihatkan apa yang kami lihat. Jika memang sulit dipercaya dan ini dianggap fiktif atau apapun, akan saya kembalikan kepada pembaca esensi dari cerita ini yaitu semua kembali ke pilihanmu, percaya atau tidak itu terserah kamu. Kami tidak bisa buktikan apapun, karena memang tidak ada yang bisa kami buktikan. Foto saya, Risa, dan semua yang ada di tulisan ini juga tidak akan menjadikan bukti bahwa saya sudah lalui semua hal itu, maka saya mohon jangan tanyakan lagi tentang itu..

Tidak bisa saya bayangkan jika risa mantan istri yang sudah meninggal fotonya tersebar dari gadget ke gadget dan jadi bahan diskusi, candaan dan sebagainya,tentunya itu sangat menyakitkan bagi saya.. terlebih jika suatu saat ada orang yang mengenal saya dan tiba2 menodong dengan permintaan meminta foto kenangan kami yang akan membuat lubang ini terbuka kembali. Begitu banyak rahasia dan jangan beralasan itu semua untuk mengenalku, karena sungguh.. temanku, kalian sudah mengenal saya sangat dekat setelah menamatkan cerita ini, mengingat pun sudah cukup berat, dan WN sudah menulisnya dengan penggambaran yang cukup membuat saya tidak mau makan seharian jika saya baca lagi, itulah alasan saat pertengahan cerita saya sudah tidak mau membaca ini, begitu juga dengan novel yang akan terbit besok.

Tapi, tenang saja,,kamu tetap temanku, mungkin saja ada yang belum paham, sama seperti Tuhan yang tidak akan menghukum ketidaktahuan umatnya, saya juga bisa maklum dengan begitu tingginya rasa cinta kalian terhadap keluarga saya.

Terimakasih untuk Tuhan, Ibuk, Bapak, Risa,Sari, Abimanyu, istriku tercinta, dan WN yang sudah kurang ajar menulis kalimat ini dengan begitu rapik, hingga banyak orang menangis,kamu sahabat yang kuanggap adik, walaupun terbatasnya waktu untuk kita bersapa dan bertemu.
90 % atau mungkin lebih, tulisan ini dibuat oleh otak dan jari pemuda sok tau dan tengil ini, perlu kalian ketahui kalau saya hanya menulis awal cerita, itupun dengan bantuan WN, karena saya tidak mepunyai banyak pilihan kata sebagus WN, sehingga penulisanya akan berbeda jika kalian bandingkan dengan tulisan WN,semoga saya bisa bertemu orang kurang ajar ini di waktu dekat, segera setelah adik abimanyu lahir..

Mungkin akan saya namai dia, dengan nama “Rizal” seperti nama yang kalian kenal sebagai saya.

Terimakasih pembaca, harapan, salam serta doa kalian sudah tersampaikan kepada saya.
Sekali lagi hanya terimakasih yang saya ucapkan.. semoga kita menjadi orang yang bisa
“ Ngluruk tanpo bolo, menang tanpo ngasorake, sekti tanpo aji-aji, sugih tanpo Bondho”
Cerita ini akan diabadikan dalam bentuk buku, kita doakan bersama agar segera terealisasi. Dan ini saya persembahkan untuk kalian yang tidak mau menyerah, menolak kalah, dan yang setia berjuang tanpa lelah!.
Salam dari orang yang sedang mengejar mimpinya.

Salam Terbaik
Rizal

100 Tahun setelah aku matiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang