pohon itu berdiri kokoh di tepian sungai, saya mengamatinya dan bertanya...
“Kembalikan bunga itu!”
Tapi pohon itu berkata “tidak”...
pohon itu berdiri kokoh di tepian sungai, saya mengamatinya dan bertanya...
“Kembalikan bunga itu!”
Tapi pohon itu berkata “tidak”...
Saya marah dengan pohon, saya yang gusar hanya duduk di lindungan naunganya.
Bunga indah itu kini tiada lagi.
Saya menengadah namun tidak ada bunga seindah yang jatuh tadi.
Kumpulan bunga di dahanya tiada menarik hati buatku.
Saya hiraukan silir angin, gemricik air yang menenangkan,serta warna pelangi dan senja jingga yang memanja.
Saya tersadar ketika satu bunga waru sengaja dijatuhkan pohon ke kepalaku, aku melihat bunga yang berbeda dari yang pertama, namun sangat indah bagiku.
Kutimang bunga itu untuk kubawa pulang saat bunga lain tiba2 terjatuh diatas aliran, dia bunga yang sama persis indahnya dengan bunga pertama, dan bunga iterakhir itu hanyut bersama air dan segala sesalku yang menguap.
-Yogyakarta, Maret 2015-
****
Sari sudah pergi, dan saya malah tidak kuasa menahan tangis, sekucur tubuh saya semuanya bergetar hebat saat sari menampakan wujudnya, saat dia menuakan wujudnya dari anak kecil menjadi seolah dia yang dewasa, yang terlihat sama persis dengan Risa, saya tidak tau kenapa bisa seperti itu, seolah sari yang melambai didepan pintu tadi adalah risa yang sedang pamit untuk pergi selamanya, saya menutup wajah dengan tangan, secepat mungkin saya lap linangan air mata itu, sambil berharap akan ada suara yang mengejutkanku dari belakang yang menegurku dengan kalimat
“jangan pake tangan, dasar cowok jorok”
Tapi sayang, suara bentakan yang saya rindukan itu tidak muncul jua, saya berharap ada yang mencubitku lagi, karena saya rindu ketika lengan dan perut saya membiru akibat cubitan itu,saya rindu tawa lucunya, saya rindu komentar2nya terhadap hal yang sepele, saya rindu bagaimana dia bisa menjadi wanita yang cerdas sekaligus konyol, bagiamana dia bisa menjadi wanitaku yang lembut namun tegas diwaktu yang sama, saya merindukan bagaimana cara dia mencintai saya dan mencintai abima, saya benar2 merindukanya.... dan mencintai semua yang ada padanya...Saya atur nafas yang tersengal karena tangisan saya itu... saya menyadari sudah 1,5 tahun saya kehilanganya, saya sudah ikhlas tapi tetap saja rasa rindu ini masih menyiksa saya, rasa rindu ini membuat saya khilaf dan sejenak melupakan hukum ketiadaan kekekalan selain Allah,
Teringat betul bagimana jatuhnya mental saya waktu itu, saat setelah pemakaman risa, ketika saya hanya bisa meratapi semuanya, bahkan dewi dan suaminya yang bernama anwar yang dulu masih menjadi pengantin baru rela menginap berhari2 demi untuk menemaniku yang sudah seperti orang gila,sebisa mungkin mereka menguatkankku, begitu juga mertuaku yang malah lebih bisa menghadapi kenyataan, bahwa anak mereka kini sudah tiada lagi, putri semata wayang mereka yang menjadi kebanggaan keluarga sudah hilang, saya ingat semua temanku,kerabatku seperti om bowo dan keluarga, bahkan kyai datang dan memberikan penghormatan terakhir untuk risa,dan dukungan moral kepadaku..
Setiap malam setelah kejadian itu ketika saya tidur memeluk abima saya memejamkan mata dan berdoa semoga hal buruk tadi hanya mimpi buruk yang sering kualami, tapi begitu membuka mata dipagi hari...
Begitu bangun... saya sadar bahwa yang saya alami adalah nyata... kenyataan bahwa tidak ada orang lain disamping abima selain saya!. Bahkan saya sering menangis di menit pertama saya bangun,saat melihat kasur lebar ini hanya diisi saya dan abima, tanpa ada ibunya lagi disampingnya...Saya pandangi foto keluarga yang masih sengaja kupasang didinding, dan benar2 membuat periih hati ini, pikiran saya melayang lagi kejadian itu, saat saya meletakan kepalanya di pangkuan saya, berharap masih ada nafas, detak jantung, dan denyut nadi di tubuhnya,tapi...dia sudah pergi untuk selamanya, saya menguggat Tuhan waktu itu, saya mohon untuk mengembalikan risa, kembalikan nyawanya Tuhan!!!, bawa dia kembali kedunia!! Teriakan saya akan membuat orang yang mendengarnya ikut merasakan sesak yang saya rasakan in, sangat sesak... saya merasa tidak ada guna saya jadi dokter jika nyawa istri saya sendiri bahkan tidak bisa kutolong. Saya sudah gagal teman....saya sudah gagal....
KAMU SEDANG MEMBACA
100 Tahun setelah aku mati
Horror"Kita hidup di dunia yang sama dengan mereka, kita hanya berbeda dimensi dengan mereka, percayalah.. mungkin mereka ada disampingmu sekarang" By: WN kulon.kali (KASKUS)