“Brandon, lempar bola itu kemari!” teriaku pada brandon
Happ. Bola basket yang dilemparkan brandon saya terima dan langsung saya arahkan ke dalam ring yang berjarak sekitar 5 meter dari tempatku berdiri, tangan dewi tidak bisa menghalangi bola yang mengalir dan terarah ke dalam ring itu..“yeahhh.. masukk!!, skor tambahan untuk tim cool boy” teriak brandon girang sambil bergoyang2 di tengah lapangan basket di halaman rumahnya..
Saya memberikan tos kepada brandon, dan memberikan lambaian ejekan pada dewi yang sudah mandi peluh di bawah ring.
“kalian gak malu apa? Ngelawan cewek kok kroyokan gitu”gerutu dewi sambil menyeka keringat di dahinya.“ye kan kamu sendiri yang minta buat aku sama brandon jadi satu tim” ujarku sewot tak mau kalah,
“dewi, mark.. ini minuman kalian, jangan sampai tenggorokan kalian kering karena gelombang panas ini” teriak mrs. Pegy sambil membawa nampan berisi 3 gelas besar berisi limun.
“oh terimakasih pegy, anda paham sekali dengan hawa panas ini” teriak dewi sambil setengah berlari menghampiri mrs.pegy ibunya Brandon.
Mau tidak mau pertandingan tidak adil antara saya brandon dan dewi harus berhenti, saya dan brandon berjalan menghampiri dewi yang tengah menenggak minuman itu banyak2.
Ada yang kangen dengan brandon? Ya disinilah dia, brandon sudah benar2 ‘sembuh’ ,sekarang saya dan dewi juga serng mengunjungi brandon, karena brandon adalah anak yang istimewa, lebih istimewa dari kami.. karena dia bisa membuka-tutup mata batinya, dia bisa menggunakanya sesuka hatinya.. sebuah keunikan untuk orang yang unik seperti kami.
Setelah tragedi dengan daisy bbrapa tahun lalu brandon sudah tumbuh menjadi anak yang ceria dan aktif. Dia bahkan lebih cepat belajar dalam mengontrol “kelebihany” dari pada saya dulu.
“yakin kamu akan segera pergi dari sini mark?” tanya Brandon sambil memutar bola basket di jarinya.
“yaaa.. aku sudah selesai disini brandon, tinggal mengurus beberapa hal terkait administrasi dan aku harus pulang kenegaraku, dan kamu jangan lupa untuk datang keacara wisudaku besok”
“aku tidak bisa membayangkan apa yang aku lakukan jika tidak ada kamu mark, kamu tau aku kadang kesulitan dengan mataku yang aneh ini”ucapnya sambil membanting bola basket itu dan membuatnya terpantul tinggi..“aku sudah mengajarkan semua yang aku tau kepadamu brandon” jawabku sambil merangkul pundak anak yang semakin tinggi ini..
“yeah, tapi berjanjilah kalian untuk menghubungiku, ayahku berjanji jika nilaiku bagus saat aku masuk JHS dia akan mengajaku mengunjungi kalian di jakarta, berjanjilah mark, dewi kalian akan menemuiku disana”
Saya tersenyum sambil mengangguk, sedangkan dewi masih sibuk dengan limunya.
Dewi menaruh gelas yang hanya menyisakan es batu itu dan berkata
“aku akan menunggumu mark, kalau kamu sudah dewasa kabari aku ya, kamu akan jadi cowok yang ganteng besok” ucap dewi sambil menyibak dan mengacak2 rambut pirang brandon, brandon hanya bisa tersipu malu dengan sikap dewi..“Brandon, kamu hati2 disini, jangan bergaul dengan ‘mereka’ , apalagi dengan sejenis Daisy” pesan dewi kepada brandon..
“bertemanlah dengan manusia saja ya, banyak kok yang lebih asyik dari ‘mereka’ ” tambahku kepada brandon.
“berjanjilah kamu akan baik2 sja disini brandon” dewi berkata lembut sambil menggendong tas selempangnya.
“Insyallah” jawab brandon sambil mengangguk tanda memahami nasihat dari kami...
***
“zal, si brandon bakal baik2 aja kan kita tinggal?” tanya dewi kepadaku saat kami sedang berada di perjalanan pulang.
“kita doakan aja wi, kamu juga tau sendiri, orang sejenis kita punya jalan hidup yang gak mudah”
Tidak terasa sudah 5 tahun, ya sudah 5 tahun saya mengenyam studi disini.. dan sekarang tidak sampai satu purnama saya, dewi dan bbrapa teman yang berkuliah disini harus kembali mengabdi ke tanah air, saya sedang menyukai kata “mengabdi” entahlah mungkin saya terlalu terpengaruh dengan buku milik almarhumm husain, coretan tanganya membuatku berpikir dua kali untuk apa yang akan saya lakukan selepas dari sini, saya membaca buku itu tiap malam menelitinya dan bahkan dari buku itu pula saya mengangkat undergraduate thesis dan mengantarkan saya pada predikat lulus dengan memuaskan ini.
Saya dan dewi, sudah 5 tahun berteman kami sama2 tumbuh dewasa disini, Melbourne sudah melekat di hati kami bahkan kami sudah menganggapnya sebagai rumah kedua,
Selama di perjalanan kami melewati tempat2 yang dulu sering kami lewatkan bersama beberapa teman yang lain, seperti rumah makan padang di pinggiran kota monash milik uda samsul, Kedai kebab Turki milik tuan kharim yang selalu diburu lantaran murahnya, toko oleh2 nancy dimana dewi sering berdebat dengan pemilik tokonya demi mendapat diskon beberapa sen, dan banyak lagi kenangan dari tempat2 menyenangkan di melbourne, dan yang paling saya ingat tentunya adalah Yarra Valey ...
KAMU SEDANG MEMBACA
100 Tahun setelah aku mati
Horror"Kita hidup di dunia yang sama dengan mereka, kita hanya berbeda dimensi dengan mereka, percayalah.. mungkin mereka ada disampingmu sekarang" By: WN kulon.kali (KASKUS)