Pernahkan kalian bertanya dalam hati? Tentang alasan kenapa kita terlahir? Kenapa kita menjalani kehidupan ini?, untuk alasan apa Tuhan meniupkan ruh kepada raga kita hingga kita menjadi manusia seperti ini? Kenapa Tuhan memberikan takdir yang menjadikan kita menjalani hidup seperti yang sekarang sedang kita jalani? Dan Kenapa juga tuhan memberikan kita jalan hidup yang berbeda untuk masing2 individu?, kenapa ada orang yang hidupnya penuh suka tapi ada orang lain yang hidupnya penuh duka? Pernahkah kalian bertanya tentang itu?
Begitu juga saya yang bertanya,kenapa tuhan ‘memberikan saya tambahan indra disaat teman saya yang lain bisa menikmati ke normalan dengan 5 indra mereka. apa tujuanya? Beberapa waktu setelah dewi menanyakan itu malah membuat saya terganggu.
Saya berpikir dan mencoba mencari jawaban apa yang paling pas untuk menjawabnya.
Sampai saya berhenti pada sebuah kesimpulan yang sederhana..“Tuhan tidak memberi alasan untuk pemberian takdirnya, tapi tuhan memberikan alasan untuk kita menjalani takdirnya dengan ikhlas”
Lantas apa alasanya? Tentu agar kita menjalani kodrat kita sebagai seorang “hamba”,sebagai pesuruh Tuhan,yang menerima segala apa yang dikaruniakan-Nya. Tuhan akan memberikan takdir sesuai dengan apa yang mampu dan apa yang bisa kita jalani, sesuai dengan tanggung jawab yang mampu kita pertanggung jawabkan. dan tuhan sudah memberikan berbagai jalan untuk kita menjalani takdir kita..
Kita tidak akan mendapat takdir menjadi sorang yang besar tanpa berbuat besar, kita hanya akan mendapat bagian kecil dengan aksi yang kecil pula, karenaTuhan akan memberikan tanggung jawab besar kepada orang yang mampu melaksanakanya.
Maka lahirlah sebuah kalimat“Tuhan tidak akan menguji manusia diluar batas kemampuanya” saya rasa sedikit demi sedikit seiring dengan kedewasaan saya, saya mulai faham...
Faham jika Tuhan memberikan jalan tersendiri untuk saya menjalani takdir-Nyakala itu adalah musim dingin, saya sudah menjalani ibadah puasa dengan lancar di tanah suku aborigin ini,tidak terlalu berat sebenarnya karena selain sudah terbiasa di Melbourne waktu berpuasanya relatif singkat, walaupun tidak berselisih jauh dengan waktu berpuasa di Indonesia.
Lebaran disini juga tidak seramai Idul Fitri di tanah kelahiran, biasanya saya dan kawan akan menuju kota monash, dimana di kota itu banyak warga Indonesia yang menetap. Itu sedikit mengobati rinduku, dengan suasana yang dibuat semirip mungkin seperti perayaan lebaran dirumah oleh komunitas Indonesia disana. Setaun sekali paling tidak saya bisa menikmati ketupat dan opor ayam, kalau beruntung saya akan mendapati menu2 jawa seperti sambel krecek dsb. saya cukup krasan di Ausie walaupun disini harus menahan rindu dengan seseorang...Risa, siapa lagi kalau bukan dengan dia.. Cinta pertama,tidak berlebihan jika saya menyebut risa sebagai Cinta pertama saya.
Kami masih rutin berkomunikasi, kami bertukar kabar via teks dan via suara, jika mendengar suaranya diujung telefon kadang membuat pikiran saya melayang, membayangkan bagaimana dia sekarang. Setiap ada kesempatan kami bertukar foto melalui email. Dan setiap saya mendapat kiriman foto darinya semakin bertambah pula rasa kangen ini...“aku pengen pulang nduk” kataku kepada risa, saat kami sedang ngobrol via telfon..
“kelarin dulu studinya mas, baru balik sini” risa menyikapi perkataanku dengan bijak
“yahh masih 2 tahun lagi nduk, itu juga belom spesialisnya”
“hihi, ya ditahaan kangenya.. 2 taun doang”
“2 tahun tu lama ndukk”
“hihi.. iya mas,mo gimana lagi juga mas. Padahal aku libur luamaa lho mas, kira2 ngabisin libur sama siapa ya “
“Gak usah mulai deh nduk”
“hehe maaf mas, udah dulu yuk.. mahal kan tarifnya, mas jaga diri ya”
KAMU SEDANG MEMBACA
100 Tahun setelah aku mati
Horror"Kita hidup di dunia yang sama dengan mereka, kita hanya berbeda dimensi dengan mereka, percayalah.. mungkin mereka ada disampingmu sekarang" By: WN kulon.kali (KASKUS)