Part 28

2K 74 4
                                    

"ini dibawa gak mas?" suara risa membuat perhatianku teralih
saya :"ohhh.. iya dong, itu nanti dimasukin ke tas selempang aja aja jangan dimasukin tas ransel nanti rusak"
saya melihat ke mainan robot2an yang dibawa risa.
mainan itu adalah kado ulang tahunku yang diberikan risa tahun lalu.
risa tersenyum sambil menimang-nimang mainan itu.
risa :"aneh ya, aku ngasih mainan buat kamu, kayak bocah aja  "
saya :"hadiah yang kamu kasih tepat kok, aku suka  "
saya membelai rambutnya pelan sambil tersenyum..
hari itu adalah minggu pertama bulan agustus 2006.
3 bulan setelah gempa yang menghancurkan kotaku, dan beberapa minggu setelah kejadian itu adalah pengumuman kelulusanku,
"alhamdulillah" itulah kata ucap syukurku, Allah benar-benar menepati firman Man jadda wa jadda-Nya,
saya lulus dengan predikat juara umum, bahkan saya masuk 10 besar peringkat nasional dalam hal perolehan nilai UAN,
artinya saya berhak mendapatkan beasiswa itu.
dan semenjak pengumuman itu banyak sekali hal yang harus saya urus, terkait dengan administrasi dan seabrek dokumen yang harus saya tandatangani.
saya juga harus bolak-balik jakarta-jogja untuk bertemu dengan kemendiknas. ya karena memang hanya 10 orang yang mendapat kesempatan beasiswa ini
dan beasiswa itu ditangani langsung oleh kemendiknas pusat dan dinas terkait yang mungkin sekarang lebih dikenal sebagai Dikti.
tak terasa 3 bulan sudah waktu terakhir saya dijogja sudah saya habiskan. setidaknya saya sudah sedikit lega karena rumahku sudah selesai direnovasi oleh om bowo.
dan tak terasa ini adalah hari terakhirku berada di kota tercintaku...
minggu pagi, saya sedang packing barang bawaan saya dibantu dengan risa.
saya masih memandangi wajah cantiknya, wajah ini yang selama hampir 6 tahun sudah menemani suka dukaku,
cukup berat berpisah dengan anak ini, semoga saya bisa bertahan tanpa risa disana..
"mingkem mas, jelek ahhh"kata risa sambil mencubit perutku.
saya :"ganteng gini kok dibilang jelek :P"
risa :"iya gantengg... tapi mingkem duluuu "
saya tertawa melihat mimik wajahnya
risa :"mas..."
saya :"iya?"
risa :"yakin harus berangkat sekarang?"
saya :"iya nduk, maaf ya udah ga ada waktu lagi"
saya kembali membelai rambutnya.
risa mengangguk pelan..
risa :"kalo aja ada sisa waktu sehari buat kita ngabisin waktu bareng mas"
saya :"aku juga berharap gitu, tolong ngerti yaaa"
risa tersenyum dan berjalan sambil menggandengku dan duduk di meja belajar yang ada di sudut kamarku...
Risa :"inget gak mas?" kata risa sambil menunjuk fotoku dan risa yang saya bingkai di atas meja belajarku.
saya :"inget dongg" saya tersenyum melihat pose konyol kami yang tercetak pada foto itu..
risa :"janji yaaa mas besok bakal balik lagi ke aku"
saya :"ada syaratnya "
risa :"apa syaratnya mas?"
saya :"kamu harus sabar nunggu aku balik kesini, jangan punya cowok lagi disini"
saya tertawa pelan sambil menjitak kepalanya pelan..
risa :"kalooo itu sih tergantung yaa :P"
saya :"tergantung apaan??"
risa :"tergantung yang ngedeketin aku cakep apa enggak "
saya :"hihhh.. ni anak"
saya mengacak2 rambut panjangnya, kemudian berlalu dan kembali mengemasi barang2ku.
risa :"cieeee, udah tua masih aja ngambekan :P " anak ini masih saja menggodaku
saya :"auuk ahh gelap" ucapku pura2 cuek...
risa menghampiriku dan menutup mataku dari belakang..
sambil bernyanyi2 menggodaku
saya :"apasihhhh ngeganggu aja" kataku dengan sedikit sewot..
risa tidak menjawab, dia malah diam.. saya menunggunya mengatakan sesuatu,
tapi dia hanya diam. malah yang terdengar adalah isak tangis..
saya melepaskan tanganya dari wajahku kemudian saya berdiri dan berbalik kearahnya..
saya :"nduk, kenapa??"
risa tidak menjawab, dia hanya menangis sambil berusaha menyembunyikan sesuatu..
saya :"ndukk" saya berusaha mendapat perhatianya, dan...
brugggg...
dia menabraku, kemudian memeluku sangat kencang..
risa :"5 tahun mas?? apa selama itu?"
suara risa terdengar bergetar karena tangisnya.. saya tidak menjawab,
saya hanya membalas pelukanya sambil menepuk punggungnya pelan.
risa :"mas.. kamu harus janji ya jaga diri disana, aku bakalan kangen banget mas, aku gak pernah ngebayangin pisah
selama itu mas, 5 tahun.. itu waktu yang lama banget mas"
saya :"aku janji... aku janji.." saya berbicara pelan ditelinganya
risa :"mass.. jadi orang hebat ya besok.. jangan males makan disana, jaga kebersihan jangan jorok lagi, calon dokter kok jorok,
kamu harus bisa lulus cepet ya mas, aku bakal nunggu kamu sampe kamu pulang mas... "
saya tertegun mendengar permintaan risa, ternyata sebegitu beratnya melepasku selama 5 tahun untuk pergi sekolah..
dalam pelukanya saya menangkap getaran2 aneh, saya merasakan perasaan yang sama anehnya, seperti ada perasaan yang berat
untuk meninggalkanya...
saya melepaskan pelukanya, dan menatap lekat2 wajahnya.
saya menyeka air matanya dengan jempolku.
cuppp..
saya mengecup keningnya.. saya menahan bibir saya tetap dikeningnya untuk beberapa waktu,
saya berusaha mengingat momen ini sebelum berpisah selama beberapa tahun dengan risa..
saya melapaskan kecupanku, dan menatapnya sekali lagi..
saya meremas kedua lenganya, dan berbicara di telinganya..
"kalau kamu menunggu 5 tahun untuk aku balik ke kamu, aku juga nunggu 5 tahun untuk bisa pulang kekamu"
risa mengangguk pelan, dan mendongak keatas, melihat ke wajahku..
"kita harus sama2 kuat nunggu ya mas  "
risa melihatku dengan senyuman yang sangat saya sukai, senyuman yang selama 6 tahun ini selalu memberi perhatian kepadaku..
Risa :"kamu tambah tinggi aja mas, padahal aku udah termasuk jangkung lohh" risa berusaha mengalihkan pembicaraan kami..
saya :"makanya besok kalo udah sehat olahraga lagi ya "
saya dan risa melanjutkan packing barang2ku, dan ternyata cukup banyak barang bawaanku yang harus kubawa, satu ransel besar ditambah 2 koper, dan tas selempang..
saya :"ahhhh kelaaarrrrr" saya merentangkan tanganku untuk menghilangkan rasa pegal..
risa :"turun yok mas.. masih nanti sore kan berangkatnya?"
saya :"iya.. ayokkk" jawabku sambil mengganden risa turun ke lantai bawah..
"udah selesai le??" om bowo menegurku dari lantai bawah, beliau sedang duduk2 santai beserta istri beliau dan om hamzah, ayahnya risa.
om hamzah secara tidak terduga juga menyempatkan diri untuk datang sekaligus ikut mengantarkanku berangkat nanti sore..
om hamzah :" sini ngeteh2 dulu le, ris buatin teh dulu sana "
risa mengangguk sambil menuju dapur membantu tanteku yang sedang membuat camilan..
om hamzah ini memang sangat perhatian denganku,saya sudah dianggap keluarganya sendiri.
om hamzah : "gimana persiapanmu?, udah beres semua?"
saya :"sudah om"
om hamzah :"ya bagus lahhh, saya salut sama kamu"
saya :"makasih om" jawabku dengan kalem
om bowo :"yawes sekarang nyantai dulu yaa, sambil nunggu pisang gorengnya mateng"
om bowo dan om hamzah ternyata sudah lama saling kenal, om bowo adalah yang melatih almarhum bapak dan om hamzah agar bisa masuk sebagai anggota TNI dan Polri,
dimasa muda mereka dulu.
obrolan kami mengalir dan beberapa kali saya dibuat terbahak2 dengan cerita dari om hamzah dan om bowo.
tapi waktu terus berputar, dan jam menunjukan pukul 14.00, artinya saya harus segera berangkat ke bandara..
saya harus menjalan masa karantina selama seminggu di Jakarta,
saya berjalan menuju kamar untuk mengambil barang2ku...
saya memandang kamarku, sebentar lag akan kosong dalam waktu yang lamaaaa,
kamar ini menemaniku selama 3 tahun hidup yatim piatu, cukup banyak kenangan yang terlukis di kamar ini...
"kenapa mas?, bakal ngerasa kangen ya sama kamar ini?" risa berbicara disampingku.
saya mengangguk sambil tersenyum.. dan menutup kamar tidurku...
kami semua berangkat dengan satu mobil menggunakan mobil ayahnya risa,
tadak butuh waktu lama kami sudah sampai di bandara adi sucipto,
saya harus menunggu beberapa lama untuk dapat berangkat, dan waktu yang tidak lama itu saya manfaatkan untuk ngobrol dengan risa,
seperti tidak ingin menyia-nyiakan waktu, risa membicarakan apa yang dia ingin bicarakan, dia juga mewanti-wantiku
dengan segudang nasihatnya yang jujur sebagian besar saya lupa apa isi nasihatnya,
tapi secara garis besar dia memintaku untuk jaga diri, jaga kesehatan, jangan nakal. dan terus hubungi dia jika ada waktu.
.
.
dan pesawat yang saya tunggu sudah siap.. saya menggenggam tali tas selempang saya kuat2.
"om, tante.. saya pamit dulu.. doakan saya nggih.. supaya lancar disana"
saya mencium tangan om dan tanteku, saya juga berpamitan sambil mencium tangan om hamzah.
seperti biasa, beliau2 selalu memberikan nasihat yang berguna kepadaku, saya sangat senang memiliki keluarga seperti om bowo,
beliau sangat perhatian kepadaku, saya juga sangat senang mengenal om hamzah yang sudah seperti keluargaku sendiri..
saya menggandeng tangan risa dan berjalan sedikit menjauh dari om, dan tanteku..
seperti mengerti om bowo, tante sri dan om hamzah mengalihkan pandangan dari kami, mungkin beliau2 paham ini adalah kesempatan terakhirku dengan risa berbicara secara langsung.
"kayaknya udah saatnya nduk" saya membelai pipinya.
risa tersenyum, tapi dengan setetes air mata yang jatuh dari matanya..
"aku udah omong semuanya, uda gak ada yang bisa aku omongin sama kamu mas,
aku percaya sama kamu, dan berjanjilah kembali ya mas"
saya :"aku akan inget dan aku janji ndukkk", saya merogoh saku dan mengeluarkan kotak berbentuk hati,
saya mengeluarkan isinya, sebuah kalung perak bermata batu zamrud milik almarhum ibuku..
saya :"tolong jaga ini ya..  pakai ini terus, supaya kamu inget aku terus "
risa menundukan kepalanya, agar saya mudah memakaikan kalung itu, risa tampak terisak dan air matanya semakin deras..
dia mengeluarkan sesuatu dari sakunya, sebuah gelang kulit bertuliskan namaku dan namanya..
risa :"mas juga tolong jaga ini, pakai ini terus supaya mas inget aku terus"
saya memandangi risa lagi, saya ingin meng capture momen terakhir ini jika bisa..
tak terasa setitik air mata meluncur dari mataku, saya buru-buru mengelapnya.
"jangan pake tangan, dasar cowok jorok" risa mengelap sedikit air mataku dengan sapu tangan yang masih sama sejak kami pertama bertemu,
"ini dibawa mas " ujarnya pelan"
risa memasukan sapu tangan itu kedalam tas selempangku, saya melihatnya masih menunduk dan saya pegang dagunga, saya gerakan agar sedikit menengadah dan...
cupppp... saya mengecup bibir tipis risa..
risa seperti membeku, entah berapa detik bibir kami bersentuhan, saya menghiraukan rasa malu mecium risa di tempat umum, saya merasa ini adalah saat yang tepat memberikan
itu kepada risa.. risa tersenyum dengan sangat manis, dann.. dari announcer sudah mengumumkan sebentar lagi pesawat yang saya tumpangi akan segera berangkat.
saya sekali lagi berpamitan kepada om bowo, om hamzah, tante sri, dan risa..
saya melambaikan tangan kepada mereka,
ada sedikit kesedihan meninggalkan kota ini, dan sejuta isinya..
"terimakasih semuanya"
"risa, tunggu aku"
saya bergumam pelan....
kini saya sudah duduk di kursi pesawat yang akan mengantarku kejakarta, selama seminggu saya akan dijakarta mengikuti program karantina dan selanjutnya saya akan terbang ke Australia.
yaa.. a, saya mendapat beasiswa di jurusan kedokteran University of Melbourne .

100 Tahun setelah aku matiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang