Hari jumat sore merupakan hari yang teramat sibuk tapi santai, weekend banyak dimanfaatkan kaum muda Melbourne untuk sekedar hangout dengan sejolinya, saya tengah berjalan sendirian sejak pagi tadi,menghabiskan sisa hari2 terakhirku disini. entahlah kenapa saya ingin sekedar berjalan2 sendirian, padahal saya sangat enggan dengan namanya kesendirian tapi kebiasaan lama kadang membuat kita kangen untuk mengulanginya.. iya kan? Saya ingat di masa kecil saya saya sering bahkan selalu jalan sendirian sepulang sekolah, menyusuri padang ilalang seorang diri karena tidak ada yang mau untuk sekedar berjalan denganku, jalanan setapak di sepanjang persawahan adalah rute yang paling saya senangi, kenapa? Karena tempatnya sunyi dan sepi…
Well… sebenarnya saya tidak benar2 sendirian, saya selalu dibarengi dengan seorang kawan yang bisa dikatakan hampir abadi.. Sari.. tentunya kalian mengenal sari, entahlah apakah sari pantas disebut “seseorang”, karena pada dasarnya sari hanya qharin dari sari yang pernah hidup di masa lalu, aneh sekali masa itu, manusia yang harusnya jadi bangsaku malah menjauhiku, justru makhluk yang bukan manusia malah menjadi kawan baiku. Itulah kenapa saya memilih jalan sepi setiap pulang sekolah, agar saya bisa bermain dengan sari tanpa dianggap gila oleh orang2. Saya melewati jalan kampung di pinggiran semarang, menyebrang parit kecil dan berhenti di semacam padang ilalang, disana saya biasa bermain, ngobrol dan berkeluh kesah kepada sari tentang betapa menyebalkanya sikap orang2 kepadaku. Dulu saya membenci mereka yang menjauhiku, tapi entahlah ketika saya bersama dengan sari kebencian itu menguap begitu saja.
Sangat berbeda dengan sekarang dimana saya sudah mempunyai banyak teman, sangat jarang rasanya saya merasa kesepian karena tidak ada orang disampingku.
Saya duduk di sebuah kursi panjang di trotoar, udara mulai bertambah dingin dengan angin yang mulai berdesir, dinginya serasa menembus kulit. Saya merogoh saku mantelku dan memakai sarung tangan, tidak lupa kupluk bulu domba itu saya benamkan lebih dalam agar lebih rapat melindungi telingaku dari rasa dingin.
Saya asik membaca pesan singkat yang tertera di hp, pesan dari Indonesia, tentunya kalian tau siapa dia.. bahkan dalam pesan teks sekalipun dia tetap jenaka dan menyenangkan seperti biasa.. tidak terasa cukup lama saya asik chating dengan dia, sampai waktu sudah semakin malam dan suasana semakin gelap, seorang bapak2 duduk disampingku dan bertanya “sedang menunggu seseorang nak?” tanyanya dengan ramah..
“ahh, tidak pak, saya hanya menikmati Susana ini” jawab saya dengan sopan..
Bapak2 yang mungkin berumur 50an tahun itu hanya membalas dengan senyum sambil berdiri Karenna bis yang menjempunya sudah terlihat, dia menganggukan kepalanya tanda permisi..
saya memandangi bapak2 yang sudah masuk kedalam bis yang sudah melaju perlahan itu,
malam itu purnama terlihat penuh, jalanan masih ramai dengan lalu lalang kendaran dan orang2 yang berjalan kaki, saya hanya duduk terdiam menikmati waktu sambi sesekali membalas senyum gadis penjual bunga yang membawa daganganya dengan keranjang kecil di lenganya, dia tampak berdiri di pinggir jalan sambil menoleh ke kanan dan kiri..
gadis manis itu menjajakan bunga mawar yang sudah dihias sedemikian rupa hingga terlihat lebih cantik, saya taksir umurnya sekitar 17 tahun, mungkin dia berjualan bunga unuk tugas sekolah atau acara amal saya tidak tau, gadis dengan rok berwarna hitam sebatas lutut itu menghampiriku dan menanyaiku..
“apa kamu sedang menunggu seseorang?” pertanyaan yang sama seperti yang ditanyakan bapak tadi,
“tidak, apa saya terlihat sedang menunggu seseorang?” jawab saya dengan sopan kepada gadis yang terlihat oriental itu, mungkin dia adalah blasteran dari kulit putih eropa dengan orang asia, yang membuatnya terlihat unik namun cantik.
“boleh aku ikut duduk?”
Saya tersenyum dan memberikan anggukan sambil memberikan sela ruang agar gadis itu duduk disamping saya..
“Marry, aku marry dan kamu tuan….”
“oh, Markus.. disini saya biasa dipanggil mark” saya memperkenalakn diri pada gadis yang mengajak saya berkenalan itu.
“katakana padaku mark, dari mana kamu berasal, aku kira kamu bukan berasal dari sini” mary bertanya sekaligus menebak.
“yaa.. disini saya hanya untuk kuliah, saya berasal dari Indonesia”
“wahh.. apakah kamu dari bali?” tanyanya dengan antusias
“bukan, saya dari Yogyakarta, apa kamu pernah mendengar nama itu?”
Marry mengerutkan dahinya, mungkin dia belum pernah mendengar nama Yogyakarta sebelumnya..
“aku yakin pernah mendengar nama kota itu, tapi aku tidak yakin itu dimana, apakah itu tempat dimana masih ada seorang sultan yang memerintah?” tanyanya lagi, gadis ini cukup cerewet ternyata. Tapi dia cukup berwawasan karena tau bahwa jogja masih memiliki sultan yang memerintah sebagai gubernur.
Saya hanya mengangguk pelan sambil menengadah ke melihat purnama yang terlihat berpendar indah..
“keren” ucapnya sambil membenahi susunan bunga di keranjangnya..
“mark, senang berkenalan denganmu. Aku harus pulang sekarang” ucapnya sambil berdiri dan menyodorkan setangkai mawar putih kepadaku.
Saya menerima setangkai mawar itu
“berapa harganya mary?” tanyaku sambil merogoh saku untuk mengeluarkan dompet.
“aa.. tidak.. tidak.. aku tidak memintamu untuk membelinya mark, aku memberinya untukmu, aku disini tidak untuk berjualan, aku hanya berdiri disini sepanjang hari untuk memberikan bunga2 ini kepada oran yang mau menerimanya, kamu sudah cukup baik mau menerimanya, sepanjang hari aku disni dan baru kamu yang mau menerimanya, jadi tidak usah ” ucapnya, dia tersenyum dan memberikan anggukan pertanda dia permisi..
Saya memegang mawar itu dan sejenak berpikir mengenai kucapan mary, aneh juga untuk ukuran gadis jaman sekarang memberikan bunga seharian kepada orang, anehnya lagi dia berkata baru saya yang mau menerimanya.. memang apa salahnya hingga tidak ada yang mau menerima setangkai bunga dari gadis cantik..
Serrrrr… dan tiba2 ada hawa aneh muncul …
Bulu kuduk saya tiba2 merinding sekali, dibarengi dengan rasa dingin yang hinggap di leher bagian belakang saya, saya merasa kepekaan indra saya meningkat dengan sendirinya, mawar yang saya pegang itu … mawar itu … aneh sekali tiba mawar itu layu dan mengering dengan sangat cepat, sangat tidak masuk akal batinku dalam hati.. angin bertiup dan tiupan angin membuat kelopak bunga yang kering dengan aneh itu terbang,
saya melihat ptongan kelopak bunga kering yang terbang diangkat angin itu melayang kearah dimana tadi marry berjalan meninggalkanku.
Ya.. kejadian aneh kembali menimpaku teman…
Saya memang tidak banyak menceritakan pengalaman bertemu “mereka” selama di Melbourne, karena saking banyaknya, setiap hari saya bertemu makhluk tak kasat mata disini, tapi malam itu terjadi keunikan saat saya bertemu dengan salah satu dari “mereka”, sosok yang mengaku bernama Marry
KAMU SEDANG MEMBACA
100 Tahun setelah aku mati
Korku"Kita hidup di dunia yang sama dengan mereka, kita hanya berbeda dimensi dengan mereka, percayalah.. mungkin mereka ada disampingmu sekarang" By: WN kulon.kali (KASKUS)