POV risa..
kringgggggg.
suara jam beker itu sangat nyaring dan benar2 membuat aku langsung terbangun dari tidurku yang tidak lama, alaram yang berbunyi mengartikan kalau jam sudah menunjukan pukul 4 pagi, semalaman aku tidak bisa tidur dengan nyenyak.
aku mengucek mata yang masih sangat terasa kantuk,aku mematikan alaram yang terus berdering itu. klek begitu bunyi tombol yang kupencet,
aku masih terduduk dikasur, biasanya kesadaranku belum pulih di beberapa menit awal setiap aku bangun pagi, tapi hari itu berbeda, aku menggenggam jam waker itu,
jam yang berbentuk tokoh kartun hello kitty, ini adalah salah satu benda favoritku, karena ini adalah hadiah ulang tahunku dari mas rizal tahun lalu.
"biar bisa bangun lebih pagi dari aku, masak cewek bangunya lebih siang dari cowoknya" begitu kata mas rizal saat aku membuka bungkus kado yang dia berikan,
dan hari ini juga adalah hari yang sangat khusus, kenapa? karena ini adalah hari dimana mas rizal harus pergi meinggalkanku untuk melanjutkan studynya di Australia.
saya tidak ingin sedetikpun waktu terbuang sia2 di hari terakhirku bersama mas rizal, laki-laki yang paling aku sayangi selain ayahku, mungkin tidak berlebihan aku menyebut rasa sayangku sebagai cinta.
pikiranku secara tidak sadar memaksaku mengingat saat awal bertemu dengan mas rizal, cupu, kuper, aneh, jutek, dan misterius, itulah kesan pertama saat aku bertemu denganya..
kami tidak sempat menghabiskan waktu bersama sebelum keberangkatan mas rizal, karena dia harus mengurus seabrek dokumen kepindahanya...
quality time terakhir kami adalah saat selesai mengurus visa dan imigrasinya sebulan lalu, kami menyempatkan berjalan2 disebuah tempat yang menurutku sangat romantis,
Waduk sermo, satu2ya waduk yang ada di jogja yang terletak di daerah paling barat provinsi DI Yogyakarta ini merupakan tempat terakhir dimana aku dan mas rizal bisa sedikit berpiknik bersama.
ingatanku kembali berputar ke masa lalu, saat awal kedekatanku dengan anak misterius itu, pendiam tapi cerdas, pemalu tapi berani, cuek tapi sangat perhatian dengan lingkunganya.
aku seperti tersedot ke pesonanya, entah sihir macam apa yang dia punya hingga aku merasa sangat tertarik mengenalnya lebih jauh kala itu,
dia benar2 unik, mungkin orang lain seperti dia lahir dalam perbandingan 1 : 1.000.000, tapi .... setiap kali aku mencoba mendekat aku merasa terbentur sesuatu.
seperti ada sebuah dinding tidak terlihat yang membuat aku segan.
sifatnya yang cuek dan jutek membuat dia tidak menyadari banyak cewek yang menaruh hati kepadanya, karena selain dia bisa dikatakan ganteng dengan postur tubuh yang tinggi besar, dia juga punya banyak bakat,
dia adalah atlet silat, dia jago basket, bermusik pun dia bisa, dia juga si juara kelas karena dia sangat pintar. kalau dia tipe tukang pamer kayak cowok pada umumnya mungkin dia akan sangat populer,
tapi mas rizal enggak. dia memilih diam dan menutup diri, dia enggan membagi dunianya kepada orang lain, sorot matanya tajam dan fokus saat melihat sesuatu,
beberapa kali kesempatan kami saling berpandangan, dan matanya yang tajam benar menusuk hatiku..
bingung.. hal yang aku rasakan saat ada getaran2 aneh itu, bertahun2 aku mencoba dekat denganya untuk lebih tau tentangnya, tapi aku tidak pernah cukup dekat denganya..
aku kemudian memilih diam dan melihatnya dari jauh dengan jarak yang sebisa mungkin ku pangkas agar bisa lebih dekat denganya..
ada keasikan tersendiri selama aku memperhatikan tingkahnya yang menurutku lucu dan aneh, dia terlihat kikuk di saat di keramaian tapi dengan sekejab dia dapat menguasai keadaan,
dia pendiam bahkan tidak akan berbicara kalau tidak diajak terlebih dulu, tapi sekali bicara, suaranya tegas dan jelas, argumen2 yang dia ucapkan selalu tepat dan terkesan cerdas.
dulu aku bertanya2 terus dalam hati "apa aku suka dia?", sikapnya dingin tapi dia bisa menjadi sosok yang sangat perhatian...
rizal rizal... kamu benar2 membuat segudang tanda tanya dibenaku...
tapi akhirnya aku tau, ada apa dibalik sikap dingin dan misteriusnya..
masa lalunya... yaaa masa lalunya yang membuat dia seperti ini, dia anak indigo yang ditinggal meninggal kedua orangtuanya secara tragis, dia jadi kurang bisa bergaul karena trauma dikucilkan saat masih kecil.
keadaan memaksanya untuk mandiri dan lebih kuat dari sebelumnya, kupikir setelah hasrat mengenal pribadi mas rizal sudah bisa aku penuhi akan membuat aku tidak begitu tertarik lagi denganya,
dan ternyata aku salah, aku semakin dibuat jatuh hati, jika dulu aku cuma kepo, sekarang aku jadi ingin terus bersamanya, atau sekedar menemaninya...
dan demi apapun aku bersyukur mas rizal juga mempunyai perasaan yang sama denganku, terhitung hampir 3 tahun aku bahagia bersamanya, sosok pelindungku,
dia benar2 menjagaku dengan sabar dan telaten, bahkan saat aku kecelakaan dan harus mendapat perawatan lama, mas rizal tidak pernah meninggalkanku,
"mas, aku bersyukur punya kamu" gumamku sambil beranjak dari kasur dan bersiap untuk menuju rumah mas rizal..
...
...
...
"assalamualaikum" aku mengucapkan salam didepan pintu bercat putih itu,
"walaikumushahlam" suaranya terdengar berat, mungkin itu om bowo.
om bowo :"ohhh cah ayu, monggo silahkan masuk "
aku masuk mengikuti om bowo dari belakang,
aku :"eh ya om ...."
om bowo :"diatas, dikamarnya kamu susul aja, bapakmu jadi ikut gak nok?"
om bowo seperti tau yang ada dipikiranku, beliau memanggilku denok. sebuah kata panggilan seorang perempuan yang dianggap masih kecil..
aku :"hehe om tau aja, iya om ayah bentar lagi nyusul kok, aku tak keatas dulu ya om"
aku melihat anak pendiam itu sedang sibuk memilih barang untuk dibawa,,
tubuhnya membelakangiku, dia belum menyadari aku sudah dibelakangnya, dia bertambah kekar karena rajin olah raga, berbeda sekali dengan dulu waktu pertama masuk sma,
dia masih seperti anak kurus yang sangat jangkung.
"mas" aku memanggilnya mas, sebuah kata panggilan sayangku padanya.
dia menoleh kearahku, seperti biasa dia tidak bicara, dia hanya tersenyum.. senyuman itu bahkan sampai sekarang selalu membuat dadaku bergejolak.
dia memainkan tanganya, mengisyaratkan agar aku menghampirinya...
aku menyalaminya dan mencium tanganya, semenjak resmi denganya aku memang membiasakan mencium tanganya, sekedar mengimbangi sikap dewasanya.
dia mengelus rambutku pelan, tiap dia melakukan hal sederhana itu dia selalu berhasil membuatku tersipu..
beberapa hal ringan kami obrolkan pagi itu, aku tidak henti2nya mengomentari barang yang dibawanya,
mataku memandang sekeliling kamar ini, dan perhatianku tertuju pada sebuah foto yang ada di sudut meja belajar mas rizal.
aku mengajaknya menilik foto kenangan itu..
"aku inget kok" kalau gak salah cuma itu yang dia ucapkan, dia memandang foto kami berdua sambil tersenyum, entah apa yang ada dipikiranya saat itu..
kami salang berbagi pendapat tentang kehidupanya disana,
"kamu harus sabar nunggu aku balik kesini, jangan punya cowok lagi disini" begitu pesanya kepadaku,
dia kembali ke kesibukanya menata barang2nya setelah aku goda dengan kata2ku..
berat, itulah yang akurasakan, melepasnya pergi selama bertahun2 benar2 membuatku seperti kehilangan sepotong bagian dari diriku,
aku melirik kearah cermin kecil didekat figura foto itu, aku sudah sangat berkaca2 menahan air mata yang hampir tidak terbendung mengingat beberapa jam lagi akan berpisah lama dengan mas rizal.
"5 tahun mas? apa selama itu?" aku memeluk lmas rizal, aku sudah tidak bisa menahan lagi emosiku yang meluap2.
air mataku meluncur deras, aku ingin sekali menahanya agar tetap disini bersamaku, tapi apa daya, dia memang harus pergi. masa depanya lebih penting dari egoku..
mas rizal selalu berhasil menenangkanku, itu adalah salah satu kelebihanya, apapun kondisiku dia selalu bisa membuat aku lebih tenang..
dia mencium keningku dan berkata
"kalau kamu nunggu 5 tahun untuk aku balik ke kamu, aku juga nunggu 5 tahun untuk bisa pulang kekamu"
KAMU SEDANG MEMBACA
100 Tahun setelah aku mati
Horror"Kita hidup di dunia yang sama dengan mereka, kita hanya berbeda dimensi dengan mereka, percayalah.. mungkin mereka ada disampingmu sekarang" By: WN kulon.kali (KASKUS)