Author POV
Ketiga pemuda itu berjalan santai melewati koridor. Sekolah terlihat sepi karena semua penghuni telah memasuki kandangnya masing-masing. Bel masuk telah berbunyi sejak 30 menit yang lalu, namun ketiga badboys pentolan SMA Merpati ini malah ber-euforia.
"Guys, lo pada tau gak? Semalem gue udah ngabisin satu cewek, " Ucap Daniel dengan bangga.
"Lo merawanin cewek, Dan?" Tanya Fahqi tak percaya.
Daniel berjengit dan menggeleng kuat. "Kagak anjing! Gue masih punya iman kali buat tahan diri, " Katanya sambil tertawa diikuti Fahqi. "Gue udah berhasil mainin perasaan cewek lagi, " Sambungnya.
"Iman? Sejak kapan lo punya iman, heh? Lo kan berandalan kelas buaya. Udah jadi badboy ditambah gelar playboy, kayak gitu masih lo bilang punya iman?"
"Dih, seenggaknya gue gak merawanin cewek kali. Sebelum lu ngatain gue, mending ngaca dulu dah. Kalo gak ada kaca nih pake sepatu gue aja, " Daniel menyodorkan alas kakinya ke depan wajah Fahqi. Dengan segera, Fahqi menyingkirkan sepatu sialan itu dari wajahnya. "Tai, " Umpat Fahqi.
Berbeda dengan kedua temannya, Daren sama sekali tidak menghiraukan kedua sohibnya yang sedang tertawa lepas. Dia seperti disforia dalam euforia, pikirannya berkecamuk memikirkan berbagai hal, terutama perkataan Rafa beberapa waktu lalu yang membuatnya terguncang hebat.
"Dar, lu kenapa sih? Kesambet nenek mampir yak?" Tanya Fahqi dengan dahi berkerut.
"Lampir goblok!" Daniel menjitak pelan teman konyolnya itu.
Fahqi meringis kecil. "Awh! Maapin kek, typo barusan. "
Daniel memutar mata jengah, "Lo pikir bibir itu keyboard handphone? Pake acara typo segala, "
Fahqi mendelik sebal kearah Daniel lalu tatapannya beralih ke Daren, "Dar, lo kenapa dah? Ngelamun mulu, mikirin cewek ya?"
Daren hanya mengedikkan bahu sesaat. Langkah ketiga pemuda itu terhenti saat mendengar suara seperti petir di pagi buta.
"KALIAN BERTIGA! IKUT SAYA KE RUANG BK!"
Ketiga pemuda itu meneguk salivanya berat. Namun ekspresi mereka berubah santai kembali dan mengikuti langkah Bu Oca menuju ruang BK.
"Eh, Dar, Dan. Gue rasa kita pantes sebut ruangan ini sebagai rumah ketiga buat kita, yang pertama rumah masing-masing, yang kedua sekolah, yang ketiga ruang BK, " Fahqi membisiki kedua temannya itu.
Daniel tersenyum riang, "Bener juga kata lo, masih ada lagi, Bro. Yang keempat tempat club, yang kelima tempat balapan, yang keenam.... "
Ucapan Daniel terpotong saat Bu Oca dengan keras menggebrak meja di depan mereka. "KENAPA KALIAN BARU DATANG JAM SEGINI?!"
"Bu, jangan marah-marah kayak gitu, ibu mau keriput di muka ibu makin banyak? Cepet tua lho, " Celetuk Daren yang membuat kedua temannya tertawa ngakak.
"Nah bener, Bu. Jangan gebrak-gebrak meja sembarangan, kalo mejanya rusak gimana? Ibu mau ganti rugi?" Timpal Daniel sambil menahan tawanya yang hampir pecah.
Bu Oca semakin berang dengan tingkah tiga bocah dihadapannya ini. Matanya memerah dan mulutnya sudah siap meluncurkan lava panas, "KURANG AJAR! CEPAT KELILING LAPANGAN 50 KALI DAN BERSIHKAN RUANG KESENIAN!" Suara Bu Oca begitu menggelegar sampai-sampai membuat dua orang siswi di luar terlonjak kaget.
"Eh emak buset-buset!" Latah Vania mulai kambuh. "Hadeu, itu si Ibu kelewatan banget anjir! gue kan jadi kaget, "
Hanin memutar mata jengah, "Jangankan lo, jantung gue aja langsung lompat dari lantai 32, "

KAMU SEDANG MEMBACA
Three Bad Boys
Teen Fiction(BELUM DI REVISI, MAAF JIKA MASIH BANYAK KESALAHAN) Mungkin cerita ini gak sebagus Dear Nathan, gak sekeren My Ice Girl, gak semenarik Mariposa, gak semenakjubkan MeloDylan, gak se-amazing SIN, gak sebaik Darka, gak se-wow Artha, dan gak se-booming...