Departure

5.3K 280 30
                                        

LEMBARAN-LEMBARAN kertas yang berserakan diatas meja belajar membuat Hanin merasa kepalanya hendak pecah. Tugas yang diberikan guru killer bernama Andre benar-benar membuatnya frustasi. Dengan ogah-ogahan gadis itu mengerjakan semua tugasnya.

Ia melirik arloji di tangannya, pukul 10 malam, artinya ia harus segera tidur sebelum mamanya marah-marah. Tetapi, tugas yang masih numpuk segudang bahkan lebih dari gudang penyimpanan petasan itu pun memaksanya untuk begadang.

"Sialan nih PR! Kagak bisa apa lo selesain masalah sendiri? Gue juga punya masalah sendiri kali, ngapain mesti ribet ngurusin masalah lo sih?!" Gadis itu memukul buku catatannya dengan sebuah pensil, lalu mengacak rambutnya frustasi.

Mendengar suara putrinya yang ternyata belum tidur membuat Yola beranjak dari kamarnya dan menghampiri gadis itu.

"Hanin, cepat tidur!"

Hanin memutar mata malas. "Dua jam lagi ma. "

"Kamu ini sedang apa sih? Sudah malam, cepat tidur!" Titah mamanya ngeyel.

"Aish, Hanin lagi ngerjain PR segudang jadi terpaksa begadang. "

Yola menghela napas, mengelus puncak kepala putrinya dengan sayang. "Jangan terlalu malam tidurnya ya. " Hanin hanya mengangguk mengiyakan.

Setelah memastikan mamanya keluar Hanin kembali berkutat dengan buku catatannya, mengerjakannya dengan Sistem Kebut Semalam atau SKS. Ia akhirnya bisa bernapas lega setelah semua tugasnya tuntas. Hanin berguling ke kasur dan menguap panjang, sejenak ia menatap jam yang menempel di dinding kamarnya.

"Semoga gue masih punya waktu. " Gumamnya kemudian beranjak tidur.

***

Daren mengemas barang-barang keperluannya ke dalam koper berukuran besar. Kembali mengeceknya, takut-takut ada yang ketinggalan. Setelah memastikan semua barangnya masuk ke dalam koper, ia memilih untuk duduk di tepi kasur dan menatap sekeliling. Daren memejamkan matanya, menghirup udara di ruangan itu untuk terakhir kalinya dan mencoba bernostalgia dengan kenangan-kenangan yang pernah ia lewati di kamar ini.

Saat merasa cukup, Daren memutuskan untuk berpindah ke kamar sebelah sambil menyeret kopernya. Ia memasuki kamar Ririn yang kini terlihat berbeda karena sudah ditempati Nabilla, adik tirinya. Namun, beberapa ornamen ruangan masih tetap sama dan terjaga.

Daren mengambil selembar foto mini keluarganya, menatapnya seraya tersenyum lalu menyimpannya ke dalam dompet. Pemuda itu kemudian merogoh ponselnya dari dalam saku dan mengirim pesan untuk seseorang.

Gue otw bandara sekarang.

Seorang gadis cantik berambut panjang cepat-cepat memakai sneakers miliknya setelah mendapat pesan dari Daren. Ia bergegas mengeluarkan motornya dari dalam garasi dan segera menuju bandara.

Hanin berdecak saat jalanan tiba-tiba macet karena sebuah truk pengangkut barang yang terguling dan menghalangi badan jalan. Hanin menggigiti kukunya gelisah. Sudah sepuluh menit ia masih terjebak di dalam kemacetan. Gadis itu mendesah saat menyadari Daren akan take off  30 menit lagi. Sialan.

Hanin akhirnya bisa bernapas lega setelah jalanan kembali lancar. Ia menambah kecepatan motornya dan menyalip beberapa kendaraan di depannya. Ia hanya butuh sepuluh menit lagi untuk sampai di bandara, sedangkan Daren akan take off tidak lama lagi.

Saat ia tiba, tanpa babibu lagi Hanin langsung berlari ke tempat keberangkatan. Ia memandang sekitar, tadi pemuda itu memberitahu keberadaannya, Hanin memekik senang saat ia berhasil menemukan pemuda itu.

Three Bad BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang