Cuma ngasih saran, sebaiknya baca part ini sambil dengerin lagu Perfect atau A Thousand Years biar suasana lebih hidup. Mwehehe.
Mohon maaf bila ada kesalahan, karena typo is manusiawi.
Selamat membaca!
***
Seorang gadis cantik tengah mematut dirinya sendiri di cermin. Ia dibalut royal dress berwarna biru muda dengan motif bunga-bunga cantik di bagian dada dan pinggang, serta rambut panjangnya yang ditata rapi dengan dihiasi flowercrown.
Berbeda dengan penampilannya, sikapnya terlihat murung. Sejak tadi ia hanya menatap kosong kearah cermin yang memperlihatkan betapa cantik dirinya. Ia tak menghiraukan pujian dari Dela, penata rias, yang sejak tadi hanya mengoceh memuji-muji dirinya.
"Lihat, karyaku indah sekali sampai membuat bidadari naik jabatan menjadi bidadari pangkat dua, " Teriaknya girang. "Baiklah, Nona. Ayo, saatnya turun kebawah, para tamu pasti sudah menunggumu, " Dela membawa Hanin keluar kamar.
Mata gadis itu berkaca-kaca saat ia berada di ujung anak tangga paling atas. Semua orang menatapnya kagum. Cih! Hanin justru muak dengan semua ini. Perlahan namun pasti, gadis itu melangkah turun dengan diiringi lagu Perfect-Ed Sheeran.
Gadis itu sempat tersentak ketika merasakan cairan bening keluar dari pelupuk matanya. Dengan cepat ia segera menghapusnya, namun usahanya sia-sia karena kini air matanya tak bisa diajak kompromi untuk berhenti.
Listening to our favorites song
When i saw you in that dress
Looking so beautiful
I don't deserve this
Darling, you look perfect tonightDaren yang diam-diam berdiri dibalik pilar gedung menatap Hanin dengan terkesima. Ia memejamkan matanya kemudian sembari meresapi tiap bait lirik lagu Perfect yang seolah menggambarkannya saat ini. Ada rasa nyeri ketika ia mengingat bahwa gadis itu bukan lagi miliknya. Dimana dulu ia sering menghabiskan waktu bersama gadis itu.
Hanin meremas dress-nya ketika matanya menangkap sesosok pemuda tampan bertuxedo putih yang tak lain adalah Daren. Tubuhnya melemas dan rasanya hendak ambruk jika saja Rafa tidak merengkuhnya kuat.
Rafa memapah Hanin sampai ke anak tangga paling bawah. Pemuda itu tersenyum lebar dan menggandeng Hanin. Daren yang melihat adegan itu berusaha untuk menahan emosinya yang kian memuncak. Ia menyeringai ketika mengingat rencana akan segera terlaksana.
Acara pun mulai berlangsung. Tak terasa, mereka kini memasuki acara inti yakni pertukaran cincin. Hanin memejamkan matanya ketika Rafa menggenggam tangannya. Air matanya melolos begitu saja dan merembes ke dalam dress cantiknya. Rasa sakit hatinya menjalar dan menusuk dirinya ketika Rafa berhasil menyematkan cincin pertunangannya.
Orang lain mungkin menganggap tangisannya adalah tangisan bahagia, namun tidak, ia sama sekali tak bahagia bahkan ia merasa tersiksa. Kini giliran dirinya yang harus menyematkan cincin pertunangan ke jari manis Rafa. Tangannya benar-benar gemetar, gadis itu berusaha menahan isak tangisnya agar tidak pecah.
Semua orang dikejutkan dengan layar yang tiba-tiba menampilkan beberapa foto. Semua menutup mulutnya tercengang ketika melihat beberapa foto yang menampilkan sosok Rafa yang tengah berciuman dengan seorang wanita di sebuah club, juga foto Rafa yang tengah meniduri wanita yang sama di sebuah kamar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Three Bad Boys
Teen Fiction(BELUM DI REVISI, MAAF JIKA MASIH BANYAK KESALAHAN) Mungkin cerita ini gak sebagus Dear Nathan, gak sekeren My Ice Girl, gak semenarik Mariposa, gak semenakjubkan MeloDylan, gak se-amazing SIN, gak sebaik Darka, gak se-wow Artha, dan gak se-booming...