DUA PULUH DUA - Dia nafasku.

4.2K 211 11
                                    

Diriwayatkan dari (Mujahid) : Ibn Umar berkata,
"Rasulullah Saw memegang bahuku dan berkata, 'hiduplah di dunia ini seakan-akan kamu adalah orang asing atau sebagai pengembara'".
(perawi lain hadis ini menambahkan) : Ibn Umar berkata, "jika umurmu mencapai malam hari, maka jangan menanti pagi hari. dan jika umurmu mencapai pagi hari, maka jangan menanti malam hari. ambillah (waktu) sehatmu untuk sakitmu dan ambillah (masa) hidupmu untuk matimu"
[HR Bukhari]

🌻🌻🌻

Setelah kejadian pagi kemarin, Silviana sedikit syok dan lagi nyeri dipunggungnya masih terasa. Silviana berusaha menutupi semua dari Hydar, termasuk kandungannya.

Sebut saja Silviana egois, tapi sebenarnya saat pagi kemarin Ia ingin sekali memberitahu kabar bahagia itu kepada suaminya tapi dunianya seolah hancur ketika mama Hydar menyuruh Hydar menceraikan Silviana.

Ya, Mama Hydar atau mama Hema datang dari Inggris dengan jiwa yang tidak tenang. Ditambah kenyataan nya bahwa Hydar yang sudah memiliki istri.

Silviana POV.

Lamunan ku buyar ketika kembali ku dengar teriakan dari ibu mertua ku dan suara tegas milik suami ku.

"Stop ma!" Tegas Hydar. "Ini pilihan Hydar, sekarang Hydar sudah dewasa. Mama ga bisa ngatur semua tentang Hydar."

"Kamu masih kecil!" Terik Mama Hema. "Kalau kamu sudah besar, pasti kamu tau dan akan mengikuti perintah mama."

"CERAIKAN WANITA BERCADAR ITU!" Teriak mama Hema sambil melempar sesuatu yang menimbulkan bunyi bising.

Ku rasa Dada ku nyeri setelah mendengar kata cerai kembali terlontar dari bibir ibu mertuaku. Sebenarnya apa salahku?

"Hydar ga akan menceraikan Silviana ma."

"Jadi kamu milih wanita bercadar itu dari mama Hydar!"

"Iya ma, maaf karena dia sekarang nafas Hydar."

Tes..

Kini aku tak bisa menahan air mata ku, sungguh besar Cinta Hydar kepadaku.

Ku usap pelan air mataku. Di saat seperti ini harusnya aku tegar, aku tak boleh cengeng. Aku harus kuat seperti anak ku.

Brak!

Mama Hema membuka paksa kamar ku, aku berusaha tetap menampilkan senyum ketika mama Hema menatap sinis kearahku.

"Kau apa kan anak ku, hingga Ia berani menentang ucapanku?!" Tanya mama Hema sambil menarik ujung cadarku.

Aku menggeleng, takut jika mama Hema akan melukaiku.

"JAWAB!" Teriak mama Hema ditelingaku.

Aku terisak, sungguh baru Kali ini ada yang membentak diriku.

"Ivi ga apa apa in mas Hydar ma."

"BOHONG!" Setelah mengucap itu Mama Hema menarik cadarku hingga terlepas. "Kamu pasti melakukan hal yang tidak tidak, KATAKAN!" Gertak mama Hema dengan tangan yang sudah siap menampar pipiku.

Kamulah TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang