DUA PULUH TUJUH -Harapanku kembali ada.

4.3K 188 10
                                    


❝ Orang yang benci sama keturunan Rasulullah  ﷺ, walaupun ia mengaku cinta Rasulullah ﷺ seribu kali, tetap saja Rasulullah ﷺ tidak mencintainya. ❞

*Al Habib Taufiq Bin Abdul Qodir Assegaf*

۞اللّٰهُمَّ صَـلِّ وَسَلِّـمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحمَّـدٍ نُوْرِكَ السَّارِيْ وَمَدَدِكَ الْجَارِيْ وَاجْمَعْنِيْ بِهِ فِيْ كُلِّ اَطْوَارِيْ وَعَلٰى آلِه وَصَحْبِهِ يَا نُوْرُ۞

🌻🌻🌻

Tiga bulan berlalu, antara Hydar dan Silviana sama sekali tak berhubungan baik telfon maupun chat. Semua panggilan dan chat dari Hydar tak pernah ditanggapi oleh Silviana, ia sudah bulat tekad untuk mengakhiri semuanya. Sebenarnya Silviana tak sanggup, tapi akan lebih tak sanggup lagi jika ia harus selalu memendam rasa sakit.

Hari ini juga jadwal kontrol kandungan silviana, kurang lebih usia kandungannya sudah 6 bulan. Pagi pagi sekali ia sudah siap, biasa nya akan diantar uminya tapi karena umi ada urusan jadi Silviana berangkat sendirian dengan naik Taksi.

Selama diperjalanan ia hanya akan melihat pemandangan luar sambil sesekali mengelus perutnya yang mulai membesar. Untung saja hamilnya kali ini sangat dimudahkan Allaah tanpa mual yang berlebih, dan Silviana sama sekali tak merasa ngidam. Silviana sangat bersyukur akan itu.

Tak terasa taksi yang ditumpanginya sudah sampai, setelah membayar Silviana turun dan masuk kedalam untuk mengambil antrian. Antrian kali ini tidak begitu ramai jadi Silviana tak harus menunggu lama. Setelah meambil nomor antrian ia duduk sambil membaca buku.

Saat nomor antriannya sudah dipanggil Silviana bergegas berjalan kedalam ia tak sengaja bersisihan dengan mama Hydar dan seorang perempuan.

“Assalamu'alaikum ma” sapa Silviana sambil menjulurkan tangannya.

“Eh ketemu lagi ya kita, saya kira saya gak bakal ketemu kamu lagi.”

Silviana diam mendengar perkataan mama Hydar, ia sudah biasa dianggap tidak ada.

“Alhamdulillah ma, Allaah masih ngasih Ivi umur sampai hari ini. Mama gimana kabarnya?”

“Baik, bahkan sangat baik karena sebentar lagi saya akan menjadi nenek.”

Senyum terlihat jelas dari sorot mata Silviana, walau keberadaan nya tak dianggap. Setidaknya anak yang ada didalam perutnya masih diingat oleh mama Hydar itu sudah lebih dari cukup.

“Kenapa kamu tertawa sendiri, hah?”

“Ivi bahagia ma, setidaknya mama masih mau mengakui cucu mama yang ada dalam rahim ivi.”

“Hahaha, Kamu sangat percaya diri!”

Dahi Silviana berkerut masih tak paham apa maksud dari perkataan mama Hydar.“Maksud mama apa?”

“Kamu benar benar bodoh! Kamu kira saya mengganggap anakmu itu cucu saya begitu?” Silviana mengangguk.

“Sedetikpun saya tidak pernah menganggap anakmu itu adalah cucu saya. Yang saya anggap cucu saya itu, anak dalam perut Jessie.” Jelas mama Hydar sambil memegang perut wanita yang sedari tadi diam.

Kamulah TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang