TIGA PULUH TIGA - Rafa Afnan.

4.6K 167 5
                                    

Hari ini tepat 7 hari setelah kepergian Mama Hydar, selama 7 hari itu juga Silviana sering berkunjung kerumah Hydar untuk menemani Jessie yang masih begitu terpuruk.

Tapi, hari ini Silviana merasakan perutnya tidak enak. Rasanya sakit sekali, Silviana berpikir bahwa magh nya kambuh. Akhirnya dia memutuskan untuk sarapan lebih awal dari keluarganya, Silviana tidak ingin sakit dan membiarkan Jessie sedih sendirian.

Umi yang baru saja masuk kedapur heran melihat Silviana yang sudah makan dipagi buta ini, tidak biasanya.

“Nak, tumben udah makan jam segini? Kenapa?” Tanya Umi sambil duduk dikursi samping Silviana.

“Em, ini mi kayaknya magh Ivi kambuh soalnya kemarin telah makan. Maaf ya mi duluin umi abi makan nya.” jawab Silviana sambil membereskan piring bekas dirinya makan.

“Yaudah enggak apa apa, makanya lain kali jangan sampai telat makan, Kasian anakmu.”

“Iya mi..., Egh. Ya Allaah.” saat Silviana berdiri sakit diperutnya semakin terasa, kini rasanya seperti melilit.

“Vi, kamu kenapa Nak?”

Silviana menggeleng. “ Enggak tau ini mi, perut Ivi makin sakit.”

“Kamu sih suka lalai sama kesehatan sendiri jadi gini kan. Ayok Umi bantu jalan kekamar biar Umi panggil Bidan yang ada didekat rumah kita, kasian Kan kamu sama anakmu Kalo sakit gini.” Umi meraih pergelangan tangan Silviana untuk dipapah ke dalam kamar.

Setelah membawa masuk kedalam kamar, Umi berjalan keluar cepat untuk memanggil Bidan.

***

Akhirnya Bidan yang dipanggil Umi kerumah datang untuk memeriksa Kesehatan Silviana.

“Bu Silviana ngerasain sakit ini mulai kapan?” Tanya Bidan itu sambil memeriksa.

“Malam tadi sih bu, tapi terasa sakitnya pagi ini. Magh saya kambuh ya bu bidan?”

Bu Bidan itu menggeleng sambil tersenyum. “Ini kontraksi yang alami saat Ibu hamil akan melahirkan, untung Umi Aminah cepat manggil saya kesini. Ibu Silviana harus dibawa kerumah sakit mi, soalnya sudah mulai pembukaan. Takutnya ga bisa lahir normal jadi langsung bisa di operasi.

Silviana yang mendengar sesekali meringis saat Bu Bidan berkata dia akan melahirkan.

“Ya Allaah Bu, saya kira anak saya beneran sakit magh. Makasih ya Bu bantuannya.”

“Ya sudah saya pamit pulang dulu ya bu, semoga bu Silviana dilancarkan lahirannya.”

Umi mengangguk dan ikut dibelakang Bidan itu untuk mengantar kedepan.

Setelah mengantar kedepan, Umi kembali masuk kekamar Silviana.

“Maafin Umi ya tadi marahin kamu Nak, Umi juga ga tau Kalo itu kontraksi. Umi udah lupa, udah sekarang kamu ganti baju Kita cepet kerumah sakit.”

Silviana hanya mengangguk sambil menahan Rasa nyeri diperutnya.

Setelah selesai berganti pakaian Silviana membawa tas perlengkapan bersalin yang sudah ia siapkan jauh jauh hari.

Kamulah TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang