"Wah, sepertinya aku masuk disaat yang salah.."
"Tae?!" sontak kedua pemuda yang sedang berpelukan dengan salah satunya memegang pipi yang lain saling menjauhi satu sama lain.
"Ternyata kalian...?" Taehyung menaikkan alisnya menatap kedua pemuda tersebut. Niatnya ingin menggoda namun rupanya tak direspon baik oleh mereka.
Mereka malah menatap Taehyung sendu tanpa berkata apa-apa, diikuti wajah yang berpaling enggan menatap Taehyung.
Taehyung menghela nafas kasar. Emosinya yang sedari tadi ia tahan sedikit meluap. Tidak, Ia tidak boleh emosi.
"Ada apa?"
Minho maupun Bogum diam, membiarkan pertanyaan Taehyung terjawab oleh keheningan. Taehyung kembali mengeluarkan suaranya, "Mengapa diam?"
Diam. Hening. Membuat Taehyung menghela nafas kasar, "Luka di daerah lambung. Penggumpalan darah yang jika tidak segera dioperasi akan semakin parah. BEGITU SAJA APA KALIAN TIDAK BISA MENGATAKANNYA?!"
"APANYA YANG BEGITU SAJA, BRENGSEK! KAMI SANGAT MENGKHAWATIRKANMU! aku tak sanggup mengatakannya, Tae. Kau---adikku, aku tak ingin kau sedih..."
Bogum jatuh terduduk dengan wajah berurai air mata. Minho dibelakang pun tak jauh beda. Taehyung mengernyit pelan, hatinya perih sekali mendengar itu.
Taehyung mengulurkan tangannya yang tak terlilit infus untuk meraih Bogum. "Maafkan aku, hyung. Aku memang anak tak tahu diri yang selalu menyusahkan kalian berdua. Mianhae.. aku pun tak tahu cara menghentikan ini semua."
"Ani.. kau sangat berharga bagi kami. Kau tidak menyusahkan!" tegas Bogum memeluk erat Taehyung diikuti oleh Minho setelahnya.
"Tae.. kau harus sembuh. Kumohon, demi kami."
"Pasti, hyung. Lakukan operasi secepatnya." ucap Taehyung sembari menatap para hyung-nya dengan lugas. Minho dan Bogum menganga, "Benarkah?"
Mereka tak menyangka Taehyung akan setuju secepat ini. Minho yang tak menyia-nyiakan kesempatan pun langsung berdiri untuk mempersiapkan operasi secepatnya, "Aku harus mereservasi ruangan dulu. Kalian bersantai saja dulu."
Bogum pun mengangguk. Beberapa menit berlalu dengan keheningan. Bogum memainkan sebuah pulpen dimeja dokter Minho. Sedangkan Taehyung hanya terduduk diam.
Tiba-tiba Bogum berdiri dengan sedikit rusuh, "Taehyung!"
Taehyung sontak menaikkan alisnya, "Ada apa?"
Bogum menghampiri Taehyung dengan cepat, "Kau harus makan! Ini gila! bagaimana aku bisa lupa kau belum makan sejak kemarin?!" ia menarik Taehyung dengan cepat. Namun belum sempat ia melangkah, pergerakannya ditahan oleh Taehyung.
"Hyung, ini rumah sakit." Bogum menaikkan alisnya heran lalu kembali menarik Taehyung, "Lalu mengapa? ayo cepat bagaimana jika kau sakit?!"
Taehyung menahan tangan Bogum, "Aku memang sakit. Aku adalah pasien." Bogum berdecak kesal, ada apa dengan Taehyung? daritadi ia berbicara aneh, memperlambat gerakannya saja.
"Jangan berbicara seperti itu! Kau pasti akan sembuh! Kau mau sembuh, bukan? ayo makan!" tangannya kembali menarik Taehyung untuk mengajaknya makan.
Taehyung menghela nafas kesal. Dalam hati ia mengumpati otak hyungnya yang terkadang lambat seperti saat ini. Ia menahan tangan Bogum untuk kesekian kalinya.
"Ini rumah sakit. Aku pasien. Sudah tentu aku diberi makan, hyung. Aku juga dibantu para suster mengganti baju sakit itu. Tadinya aku juga ingin melepas infus ini, tapi tidak diperbolehkan. Yasudah.."
Bogum terdiam memikirkan ucapan Taehyung, "Jinjja? baguslah jika kau sudah makan! Dan kau juga tidak boleh melepas infusnya! kau ingin kekurangan nutrisi, huh?"
Taehyung memasang muka datar ketika Bogum kembali berubah menjadi ahjumma cerewet yang tak berhenti berbicara.
"Mengapa kau mengganti pakaian rumah sakit menjadi kaos seperti ini?" Bogum juga baru sadar jika Taehyung memakai pakaian yang berbeda.
"Tak nyaman." balas Taehyung singkat. Bogum mengangguk maklum, Taehyung memang selalu melakukan apa yang ia ingin lakukan. Dan, itu susah untuk ditentang.
Taehyung berdeham pelan, "Hyung, apakah Jungkook dirawat disini?"
Bogum mengalihkan pandangannya kearah Taehyung sembari berpikir, "Molla, apakah dia sakit?"
Taehyung mengangguk, kemudian beranjak dari duduknya. "Aku ingin keluar."
Bogum dengan cepat memaksa Taehyung untuk duduk, "Andwae! kau masih sakit! Bagaimana jika terjadi apa-apa?!"
Taehyung menepis tangan Bogum yang berada di bahunya, "Hyung, percaya padaku. Aku hanya ingin keluar sebentar saja."
Bogum menatap Taehyung cemas, ia takut jika adiknya bertemu dengan Jimin, ataupun yang lainnya. Ia tak ingin Taehyung terluka, namun tatapan memohon Taehyung membuat Bogum kembali berfikir.
"Aku akan baik-baik saja. Hubungi aku jika ada apa-apa. Aku pergi, hyung." Taehyung menepuk bahu Bogum pelan lalu beranjak keluar ruangan.
***
Taehyung mengusap punggung tangannya. Mencabut infus ternyata cukup sakit untuk membuat dirinya meringis pelan. Kini a berjalan menuju meja resepsionis secara perlahan.
"Permisi."
"Ya, tuan? Ada yang bisa saya bantu?"
"Bisa kau tunjukkan letak kamar pasien bernama Jeon Jungkook?"
"Ah, ne. Tunggu sebentar," Taehyung mengetuk meja resepsionis berulang kali, menunggu sang resepsionis mencarikan data kamar adiknya di komputer.
"Mohon maaf, tuan. Tapi keluarga dari Jeon Jungkook-ssi meminta pihak rumah sakit untuk menjaga privasi mereka." ia berkata sembari menatap Taehyung tak enak hati.
Taehyung menghela nafas lelah, "Aku---temannya. Hanya ingin berkunjung."
Sang resepsionis memasang wajah bersalahnya, "Mohon maaf, tapi permintaan pasien selalu diutamakan."
Taehyung menggertakan giginya, ia sedikit emosi saat ini. Ia menatap intens sang resepsionis, "Nona, aku dan Jungkook teman dekat. Aku baru sampai sini beberapa saat lalu dan ingin bertemu sapa. Mengapa kau membuat ini terasa lebih rumit?"
Sang lawan bicara menunduk tah menahu apa yang harus harus ia lakukan. Sejenak ia menghela nafas, mata pasrahnya bergerak kearah Taehyung,"Baiklah, tuan. Kamar VIP nomor 7."
Taehyung mengulas senyum tipis, "Kamsahamnida." Dalam hati ia berbisik lirih,
Saat ini akan kucoba membuat keadaan membaik, walau nantinya akan sangat sulit karena dia akan menghancurkanku 'tuk kesekian kalinya, di balik topeng itu.
***
Hi, guys! sebelumnya, makasi udah mau baca karya aku yang masih acak-acakan gini.
Bingung sama ceritanya?Sebenernya niat aku sih nyelipin konflik gitu, tapi blm mau aku reveal di awal cerita. Jadinya kayak bolong2 gini ya ceritanya?
Hehe, maaf deh. Aku bakal selesain book ini dulu, baru aku revisi. Jadi, mian kalo misalnya kalian bingung sama salah satu part soalnya ada konflik yang masih blm muncul.
Segitu dulu deh dari aku, minta vote-nya boleh dong. 😏
-tatachim, pacar Taehyung yang berusaha membuat ff sad brothership tp nyatanya susah.
KAMU SEDANG MEMBACA
deepest [kth]
FanfictionSeharusnya tidak akan terasa sakit, sama sekali tidak bagi seorang Kim Taehyung yang nampaknya hanya tahu bagaimana cara menjadi brengsek di hadapan member grupnya. Seharusnya tidak akan terasa menyakitkan, karena walau orang-orang tak pernah tahu...