9

7.1K 780 41
                                    

"H---hyung?" anak lelaki berpipi tembam itu mencicit pelan kepada seorang anak lainnya yang sedang membelakangi dirinya.

"..." mata anak dengan pipi tembam itu berkaca-kaca ketika anak yang berada di hadapannya hanya diam, tak berniat menjawab. Jari mungilnya mencoba meraih tangan itu, walau ia tahu pasti akan ditepis.

"Mi--mianhae..." air mata menggenang di sudut matanya, sedikit meringis ketika tepisan kasar ia dapatkan. Anak yang berada didepannya tersenyum sinis, "Aku dulu bilang, aku memaafkanmu jika kau berhenti menjadi kesayangan eomma dan appa,"

"Tapi, kau tak menurutiku. Kau tetap selalu disayang oleh eomma dan appa-ku." yang lebih tua mendesis, matanya terlihat menahan emosi namun sedikit----sendu?

Seakan tak peduli, lawan bicaranya mencoba memeluk tubuh itu. "Hyung, Taetae sayang eomma dan appa!" ia berteriak keras kepada anak dihadapannya.

Apa maksud kakaknya? ia menyayangi mereka yang ia panggil eomma dan appa, lalu apakah salah jika ia mendapatkan balasan kasih sayang?

Anak yang dipanggil hyung itu menggeram kesal karena yang lebih kecil tak mengerti perkataannya. Ia melepas kasar tangan kecil yang memeluknya lalu mendorongnya kasar.

Yang lebih kecil pun jatuh terduduk. Ia menatap nanar kakaknya yang telah mendorongnya hingga jatuh seperti ini. Ia ingin sekali menangis karena kakinya terasa sakit, namun ia tahan sebisa mungkin.

Nafas sang kakak memburu karena emosi yang meluap. Bibirnya mengumpat, "Bodoh! Maksudku, jauhi eomma dan appa! Mereka adalah orang tua-ku! kau hanya anak aneh yang ditemukan mereka ditengah jal---"

PLAKKK!

Mata itu membulat merasakan sebuah tangan menamparnya hingga pipinya perih, perih sekali. Sedetik kemudian, air matanya jatuh tanpa aba-aba.

Ia menatap ibunya tak percaya, wajahnya terlihat sangat kecewa. Ibunya menamparnya dengan sangat kencang, demi membela anak pungut ini.

Ia terisak, pandangannya beralih ke yang lebih muda. Seketika wajah penuh emosi muncul, "Aku sa---ngat membencimu."

Dan yang lebih muda hanya bisa terdiam melihat punggung kecil yang berlari menjauh itu. Matanya membulat kaget, air matanya pun jatuh begitu saja.

Mianhae.

Jeongmal mianhae, hyung.

Jebal...

"Tae? Tae?!"

"Hey, bangunlah.. jangan buat kami khawatir!"

Bibir itu melenguh kecil merasakan sengatan linu di kepalanya. Kelopak matanya perlahan terbuka, menampakkan matanya yang hitam nan indah.

Ia sedikit mengernyit, bola matanya bergerak dari kanan ke kiri seolah sedang menatap hampir keseluruhan ruangan tersebut. Ia sedikit terkejut mendapati wajah-wajah familiar sedang menatapnya khawatir.

"Neon gwaenchanna?" orang itu---Bogum bertanya dengan wajah khawatir. Tangannya bergerak mengusap rambut Taehyung yang lepek karena keringat.

"N--ne." balasnya dengan serak. Ia memaksakan bibirnya untuk mengulas senyum tipis, berharap sang hyung berhenti mengkhawatirkannya.

"Jadi, menangis dan mengigau termasuk baik-baik saja?" tanya seseorang yang berada di samping Bogum---Minho. Ia emosi, terlihat dari caranya bersedekap dada dan nada suara yang datar.

deepest [kth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang