26 (A)

6.3K 771 164
                                    

Semenjak apa yang dikatakan Taehyung malam itu, semua menjadi sedikit berbeda.

Dan jujur saja, terlalu cepat hingga terasa begitu risih dan menyebalkan.

Setidaknya itu yang Namjoon rasakan.

Perkataan Taehyung sepertinya memang benar adanya. Taehyung menjadi sibuk dan terasa jauh. Oke, Taehyung memang terasa jauh dari awal—tapi, yang kali ini berbeda.

Waktu Namjoon untuk bertemu Taehyung bahkan hanya ketika malam tiba. Dalam lubuk hati terdalam Namjoon bertanya-tanya, Apakah Taehyung sesibuk itu?

Setahunya Taehyung hanya ikut sebuah projek drama ternama—disamping kegiatan grup mereka yang memang sangat padat namun dapat terkendali dengan baik—dan seuntai kegiatan ringan lainnya.

Tapi dari yang ia lihat, Taehyung seperti dikejar-kejar waktu dan terlihat sedikit panik di berbagai kesempatan.

Belum lagi, teman-teman satu grupnya yang kentara sekali berubah—menjadi bukti nyata dari definisi 'tega' yang membuat Namjoon menggelengkan kepala.

Seakan tak punya belas kasihan, mereka tidak main-main jika sudah bertemu Taehyung. Umpatan, kepalan tangan, bahkan benda sebagai perantara seolah menjadi alat komunikasi mereka dengan Taehyung.

Kalian pasti paham apa maksudnya.

Tangan Namjoon mengusap mata yang berat karena memang sudah waktunya untuk tidur. Ia tidak dapat tidur dengan nyenyak, karena teman sekamarnya—Jungkook tidur di kamar Yoongi.

Ia sudah terbiasa untuk tidur bersama teman, maka saat ia terlelap dalam kesendirian, rasanya begitu kosong dan aneh.

Ya, salah dirinya sendiri memang.

Jujur saja, ia yang mengusir Jungkook dari kamar mereka. Tega? siapa peduli. Lebih tega lagi Jungkook yang berulang kali menyalahkan Taehyung sehingga dibenci teman-temannya.

Ia memang belum tahu pasti Jungkook berbohong atau tidak, tapi—sekali lagi, siapa peduli?

Namjoon melangkah dengan berat kearah dapur. Kerongkongannya kering, maka ia memutuskan untuk mengambil segelas air.

Langkahnya terhenti sesaat kala rungunya mendengar keributan di ruang bersantai. Dengan segera ia menghampiri sumber suara itu, lalu menghela nafas lelah sepersekian setik kemudian.

Dihadapannya, Taehyung dengan pakaian pergi—mungkin baru saja pulang dari kegiatannya—bertengkar dengan Jimin dan teman satu kamarnya Hoseok tepat di depan ruang bersantai.

"Bodoh!"

Namjoon langsung menyiapkan ancang-ancang, bersiap untuk menengahi pertengkaran yang mungkin akan terjadi beberapa menit kedepan.

Matanya memerhatikan Taehyung yang terdiam saat Jimin memakinya—sepertinya minuman Jimin tersenggol oleh Taehyung sehingga isinya tumpah.

Taehyung menatap Jimin kelewat datar, hanya diam walaupun kini pakaiannya sudah basah oleh air sialan milik Jimin yang tumpah kearahnya.

Makian yang dilayangkan Jimin kepada Taehyung membuat Namjoon berdecak emosi melihatnya.

Matanya melirik Hoseok yang memilih diam, bersedekap dada, memerhatikan tanpa ada niat masuk ke dalam pertengkaran.

Namjoon mengumpat dan bersyukur disaat bersamaan. Mengumpat karena Hoseok tidak menengahi, namun disisi lain bersyukur karena anak itu tidak ikut menyalahkan Taehyung.

Namjoon menggelengkan kepala, lalu kembali fokus memerhatikan Jimin yang mengumpati Taehyung tanpa rasa lelah.

"Jimin! berhenti!" Namjoon memutuskan untuk menengahi, membuat Jimin menoleh dengan marah. "Berhenti katamu, hyung?! Kau sudah gila ya membela orang tak tahu diri itu?!"

deepest [kth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang