21

6.1K 770 162
                                    

mohon maaf part kemarin amat garing dan membosankan.

***

"Beruntung rumah sakit ini buka 24 jam." gumam Namjoon sembari memasukkan jemari panjangnya kedalam saku celana. Kakinya bergerak secara beriringan dengan milik Taehyung melewati koridor rumah sakit.

Namjoon memandangi sekeliling yang cukup sepi karena sudah tengah malam. Hanya dua atau tiga orang yang lewat, serta beberapa perawat yang mungkin kedapatan shift malam. Jujur saja, sedikit menyeramkan tahu.

"Hm."

Namjoon menoleh kearah Taehyung yang berdeham mengiyakan perkataan Namjoon, sedangkan tangannya sibuk membenarkan posisi masker yang berulang kali menyentuh luka di permukaan wajahnya dengan kasar.

"Tidak nyaman?" tebak Namjoon melihat pergerakan dari Taehyung. Taehyung yang masih mengatur posisi masker pun menganggukkan kepala untuk menjawab, "Ya."

Wajah memar Taehyung memang baru saja diberi salep, lalu setelahnya langsung dipakaikan masker. Bukan hal aneh jika terasa nyeri dan tidak nyaman. Tapi, bagaimana lagi? mereka harus memakai masker sekalipun keadaannya sepi.

Hari yang lalu sudah menjadi pelajaran bagi mereka untuk selalu berhati-hati dalam membuka identitas mereka di depan publik.

Namjoon terdiam beberapa saat sebelum menghentikan pergerakannya tepat disebelah kursi tunggu yang bersebrangan dengan apotek, membuat Taehyung pun ikut terdiam sembari menaikkan sebelah alisnya.

Namjoon menahan sudut bibirnya yang tertarik keatas akibat eskpresi Taehyung yang terlihat lucu. Telunjuknya mengarah ke tempat penuh obat-obatan itu, "Aku mau menebus salep dan pereda nyeri. Tunggu disini."

"Hm." balas Taehyung sekadarnya, membuat Namjoon mengangguk lalu perlahan menjauh. Taehyung mengendikkan bahu lalu mendudukkan diri di kursi tunggu. Nafas kasar dihembusnya sembari bersedekap dada.

Kedua pipinya berdenyut hebat, hingga kepalanya terasa linu. Ia terpejam sesaat berusaha menahan rasa nyeri yang terus menganggunya itu.

Walau begitu Taehyung bersyukur karena hanya pipi dan kepalanya yang terasa sakit. Beruntung, tamparan itu tidak membuat telinganya terus berdengung hebat ataupun membuat rahangnya berpindah posisi.

Ya, Sekiranya begitulah yang dikatakan dokter saat memeriksa keadaannya.

Mata Taehyung menatap lelah Namjoon yang sedang berbincang dengan apoteker dengan cukup lama. Kakinya mengetuk lantai berirama, melampiaskan kebosanan yang mulai mendera.

Ia menatap sekeliling dengan tak acuh, lalu setelahnya kembali menatap punggung tegap Namjoon yang mengalihkan perhatiannya. Seketika perlakuan Namjoon tadi memenuhi pikirannya.

"Ish---berhentilah memikirkan dia...!" Taehyung mengacak-acak rambutnya kesal. Ia menggerutu karena otaknya terus saja memikirkan perlakuan Namjoon---yang sialnya membuat Taehyung merasa hangat.

Taehyung merasa bahwa Namjoon selalu memberikan perhatian dan kekhawatiran walau ia sembunyikan dalam setiap sikap sok tak peduli itu.

Namun Taehyung ragu. Kemarin Namjoon baik, lalu setelahnya mendiamkan Taehyung dan berucap hal-hal aneh yang tidak Taehyung mengerti, dan hari ini berubah baik kembali. Taehyung hanya takut Namjoon berpura-pura mengkhawatirkan dirinya, sungguh.

"Masa bodoh..." Ia mengendikkan bahu tak peduli lalu mengalihkan pandangannya ke samping saat Namjoon datang dengan kantung plastik berisi salep didalamnya.

"Nih," tangan Namjoon mengulurkan benda yang disambut baik oleh jemari Taehyung. Taehyung menatap Namjoon dengan bibir yang terbuka lebar karena sedang menguap, "Pulang. Mengantuk."

deepest [kth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang