20

6.5K 762 221
                                    

AYO!






















































































---Hitman Bang introduces Hit It the second audition. Rap, Dance, noraero sangdaebangui giseoneul jeaphae.

***

Suara derap langkah terlampau pelan dan hati-hati mengisi keheningan di tengah malam. Ia mengendap-endap, matanya melirik kesana-kemari kelewat serius, sebelum menghela nafas dengan lega.

Kaki panjangnya bergerak menghampiri benda besar serta tinggi yang terletak beberapa meter dari posisinya sekarang. Desisan tertahan keluar saat tangannya memegang handle lemari pendingin itu dan menariknya.

Suhu dingin menyerebak keluar sesaat setelah pintu itu terbuka, lalu dengan perlahan ia meraih sekotak ice twist sebelum mendorong handle lemari pendingin tersebut hingga tertutup dengan sempurna.

"Sshh..." ia meringis ketika rasa nyeri di wajahnya semakin menggila. Kakinya bergerak gesit kearah meja makan, lalu menduduki salah satu kursi disana.

Ia menggerakan sekotak es itu dengan kasar hingga es-es tersebut berjatuhan diatas meja. Tak menunggu lebih lama, tangannya langsung meraih salah satu es dan menempelkannya diatas permukaan yang teramat nyeri.

Suhu dingin langsung mengenai kulit, teramat dingin hingga pusing menghantam kepala. Masa bodoh, yang penting rasa sakit sialan itu tertutupi dengan batu es yang kini ia gerakkan keseluruh wajah.

"Sshh... kok sakit sekali, sih?" gerutunya kesal. Sumpah, wajahnya terasa berat dan sangat ngilu. Bahkan untuk membuka mata pun ia paksakan setengah mati agar tetap terbuka.

Jarinya meraih es yang kedua, lalu kembali menempelkannya diatas wajah walau tangannya sudah mati rasa. Baju yang ia kenakan sudah basah karena lelehan es yang mengalir.

Tak jauh beda dengan meja makan yang dibasahi es yang sudah mencair hingga tumpah ke lantai---Sialan, harusnya ia meraih mangkuk dan menaruh es-es itu disana. Harusnya juga, ia meraih handuk lalu mengompres wajah dengan perlahan dan benar.

Tapi rasa nyeri itu memaksa dirinya untuk bergerak cepat mengompres wajah dengan es yang bodohnya tanpa perantara---hingga kini tangannya mati rasa.

Bodoh, memang.

Helaan nafas kasar keluar dari mulutnya, diikuti tangan yang terus menggerakan es keseluruh wajah. jujur saja, wajahnya tidak terasa membaik sama sekali. Masih berdenyut sakit, bahkan kini wajahnya pun tak bisa merasakan dinginnya es.

Sudah terlalu sering dipukuli hingga mati rasa, mungkin?

Semoga saja benar, pintanya dalam hati. Ia tahu doanya memang terdengar tak masuk akal, tapi serius, ia ingin sekali wajahnya mati rasa. Dengan begitu ia tak perlu merasakan sakit ketika wajahnya dipukuli ataupun ditampar.

Pasti keren, kan?

"Aishh..!" Tangannya melempar es yang digenggam dengan asal kala tak bisa merasakan kehadiran tangannya. Ia menggerakan jemarinya keras-keras, mencoba mengalirkan peredaran darah yang mungkin terhambat oleh suhu dingin es.

deepest [kth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang