14

6.4K 826 148
                                    

Nafas Jimin memburu, mata sipitnya terus mengelilingi sekitar dengan teliti. Tangannya mengepal begitu saja diikuti dengusan penuh emosi.

"Yak! dimana kau?! kau takkan bisa kabur dari kami, Taehyung!" Ia berlari kesana-kemari, mencoba memeriksa semak-semak maupun celah sempit yang memungkinkan Taehyung untuk bersembunyi disana.

"Aish, dimana anak itu..." bibir itu menggeram pelan. Ia terdiam beberapa saat, berniat untuk mengatur nafas yang acak-acakan karena kelelahan.

Tangannya ia letakkan pada pinggang, sembari terus memperhatikan sekitar. Lalu matanya beralih pada langit biru bertabur bintang diatas sana.

Sudah malam sekali, lebih baik aku pulang. batinnya. Ia membalikan tubuhnya yang sudah lemas, menggerakannya menuju dorm.

Ia mengumpat, menatap kakinya yang melangkah lebar melewati jalan. Berharap semoga tidak akan keram, atau bahkan tak bisa berjalan keesokan harinya.

Bukan, bukan karena latihan yang tadi ia jalani. Namun karena berjalan ke arah dorm yang---demi apapun, jauh sekali dari tempat ia sekarang berada.

Ini semua gara-gara Taehyung yang tiba-tiba kabur saat ia dan kawan-kawannya sedang menasihati si pengacau itu. Mereka jelas tak terima, dan berlari untuk mengejar Taehyung begitu saja. Berpencar.

Dan bodohnya, ia mengikuti emosi hingga tak sadar sudah menempuh jarak sangat jauh hanya untuk mencari Taehyung. Kakinya jadi korban. Ini semua karena Kim brengsek Taehyung.

Ia bersumpah akan memberikan bogem cuma-cuma kepada Taehyung saat mereka bertemu lagi. Bibirnya terus mendumel sebal, hingga matanya menangkap dua orang di kiri jalan sana.

"Oi, Jin-hyung! Hoseok-hyung!" teriaknya dari kejauhan. Tangan kecil itu membalas lambaian dari kedua kakaknya. Ia berlari cepat menuju Hoseok dan Jin yang juga sedang berjalan ke arahnya.

"Kami tidak menemukannya." jelas Hoseok sesaat setelah Jimin menghampiri mereka. Mereka berjalan bersama---dengan Jimin yang berada ditengah menuju dorm sembari berbincang-bincang.

"Bagaimana denganmu?"tanya Seokjin dengan wajah kusut.

Jimin menggeleng lemah, "Tidak. Mungkin yang lain sudah menemukannya." jawaban itu membuat Hoseok dan Seokjin mengangguk setuju.

"Pasti. Ia tidak akan bisa lari dari kita." ucap Hoseok santai diiringi kekehan itu membuat Jimin mengangguk setuju. Ia ikut terkekeh, "Tentu saja."

Tangan Jimin bergerak menopang belakang kepalanya, ia tersenyum tengil. Matanya menatap Hoseok yang sedang fokus menatap jalanan di hadapannya."Tumben sekali, kau tidak membelanya hm?"

Seokjin ikut menoleh, sembari tersenyum tipis. Tidak berniat untuk berbicara, hanya ingin mendengar jawaban dari Hoseok.

Hoseok menaikkan alisnya sembari melirik Jimin yang sedang menggodanya. Ia mendenguskan tawa kecil yang terdengar sedikit miris.

"Dia sendiri yang bilang kalau aku tak usah sok peduli. Huh.. tak tahu terimakasih." gerutuan Hoseok membuat ingatan Jimin kembali pada saat makan malam tadi.

Saat itu Taehyung menunjuk Hoseok dengan sendok seraya berkata, 'Tak usah sok peduli.'

"Hahaha! kau ditolak, hyung!" Ia tertawa sembari menepuk bahu Hoseok cukup keras. Seokjin yang mendengarnya ikut tertawa keras sembari bertepuk tangan. "pfft---hahaha!"

Hoseok menatap aneh keduanya, dengan tubuh yang mencoba menghindari tepukan itu. Alisnya menaik kala mendengar tawa Seokjin yang berlebihan."Selera humor kalian rendah sekali."

deepest [kth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang