25

6.3K 794 406
                                    

serius, part ini dua kali lipat panjangnya dari yang sebelum2nya.

bisa jadi akan sangat membosankan, so bisa dicicil bacanya. kekeke.




***



"Aku tak tahu kali ini kau akan selamat atau tidak, Tae..."








Taehyung menggigit bibir bawahnya dalam diam—membiarkan keheningan dan deru mesin yang melaju membalas perkataan sang manager yang terdengar menyeramkan baginya.

Sejin yang tak mendapat balasan pun menoleh, lalu mendengus melihat Taehyung sedang menatap kosong jalanan di sisi kanannya yang cukup sepi karena tengah malam.

"Mengapa tidak menjawab? kau setuju jika nanti PD-nim mengeluarkanmu dari grup?" tanyanya perlahan sembari memutar stir ketika mobil yang dikendarainya hendak melewati simpangan.

Taehyung meghembuskan nafas kasar, terlihat tidak setuju mendengar pertanyaan sang manager. Ia menggelengkan kepalanya dua kali, "Aku—tidak mau..." lirihnya.


"Lantas, beri aku alasan agar aku dapat membantumu."


Taehyung melirik sang manager sekilas sebelum menunduk dalam. Ia meremas ujung baju yang dikenakannya—karena sungguh, ia benar-benar takut kali ini.

"Aku tidak melakukan apapun." ucapnya memberi pernyataan, namun Sejin menggeleng pelan dengan wajah serius. "Itu bukan alasan, Tae." sahut sang manager masih dalam keadaan fokus mengemudi.

Taehyung menarik nafas kasar sembari menoleh kearah Sejin dengan wajah kesalnya, "Lantas aku harus bagaimana, hyung?" ia seakan kehabisan akal untuk menjawab pertanyaan simpel itu.

Sang manager terdiam beberapa saat sebelum membalas pertanyaan Taehyung, "Aku sudah katakan, beritahu aku apa yang kau berikan pada Jungkook hingga ia bisa seperti ini?"

Taehyung menatap Sejin tak percaya, jelas-jelas sedari tadi ia berulangkali menyatakan bahwa ia tak melakukan apapun—tapi mengapa Sejin tak mau memercayainya?

"Aku hanya mengambil obat yang berada di mejanya saja, hanya itu!" jawab Taehyung penuh penekanan sembari mengepalkan tangan erat. Jika Sejin bukan managernya, pasti sudah ia cabik-cabik sejak tadi.

"Tae, lebih baik kau jujur."

Rahang Taehyung mengeras mendengar perkataan Sejin yang memojokannya untuk mengakui hal yang jelas-jelas tidak ia perbuat. "Hyung, aku harus jujur apa lagi?!"

Sejin mengerutkan dahi mendengar nada bicara Taehyung yang semakin meninggi, lalu ia menyahut. "Mengapa tidak mengakui saja jika kau yang mengganti obat Jungkook? mungkin yang lain akan lebih mudah memaklumi jika kau mengaku."

Taehyung menggertakan giginya keras-keras menahan emosi yang mulai mengepul di kepala. Matanya yang memanas ia alihkan ke jalanan, lebih memilih untuk tidak menjawab Sejin.

Sialan, bahkan tak seorangpun memercayaiku.

Sejin sendiri membiarkan Taehyung larut dalam pikirannya, berharap jika nanti Taehyung akan mengakui perbuatannya pada yang lain. Setidaknya masalah mereka tidak akan semakin rumit, pikirnya.

Deru mesin memenuhi keheningan yang mereka ciptakan, hingga Taehyung tak sadar waktu berlalu dengan cepat. Tahu-tahu sang manager sudah memakirkan mobil dan menyuruhnya untuk segera keluar.

Ia menarik nafas panjang sebelum keluar dari mobil dengan tangan membenarkan posisi masker, lalu mengikuti Sejin yang sudah berjalan lebih dulu.

deepest [kth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang