Taehyung mengerjapkan kelopak lentiknya pelan, berusaha menyesuaikan cahaya yang menembus masuk kedalam kornea matanya.
Semua yang mata Taehyung tangkap adalah putih, dan putih. Selimut, infus, bau obat-obatan. Oke, ini sudah pasti rumah sakit. Ia memajukan bibirnya, kala mengingat ucapan Minho yang akan menyeretnya ke rumah sakit.
Omo... Jadi Minho hyung benar-benar serius dengan ucapannya?
Anak ini lupa bahwa ia yang membawa dirinya sendiri ke gedung berbau obat-obatan ini. Ia malah mengira Minho benar-benar menepati ucapannya dengan membawa Taehyung ke rumah sakit.
Ia mengaduh saat merasakan kepalanya berputar-putar, membuat tangannya bergerak meremas rambutnya sedikit kasar. Ia memejamkan matanya cukup lama, mencoba menghilangkan rasa pusing yang ada.
Bibirnya menghembuskan nafas panjang diikuti kelopak mata yang kembali terbuka. Kemudian ia mengedarkan pandangannya ke sekitar sembari mencoba merubah posisinya menjadi duduk.
"Adu---duh!"
Bibirnya melenguh merakan nyeri yang teramat sangat di bagian perut, membuatnya diam sejenak karena cukup kaget dengan rasa sakit yang menyengat.
"Ah---lebih baik aku tidak duduk. ya... tiduran saja." ucapnya cukup cepat sembari menidurkan tubuhnya yang berdenyut sakit. Tak lupa selimut ia tarik hingga diatas dada.
"Hm?" Kepalanya menoleh ke arah kanan, sedikit tersentak menyadari kehadiran orang lain disana.
Orang itu duduk terlelap diatas sofa dengan wajah yang menunduk dalam, membuat Taehyung tidak bisa melihatnya. Kaus biru yang terasa sangat familiar mengalihkan perhatian Taehyung.
Sepertinya aku pernah lihat baju itu. Bogum hyung kah? tapi postur tubuhnya sedikit berbeda. Siapa ya?
Taehyung menelan ludah kasar, lalu mencoba memanggil perlahan orang misterius itu. "Hei. Bangun." setelahnya hanya terdengar dengkuran halus disana.
Taehyung memutar bola matanya malas, tanpa tunggu lama lagi ia berteriak." Heii, bangun!" beruntung, orang itu akhirnya bangun walaupun tubuhnya sedikit terjengit---mungkin kaget.
Entah mengapa Taehyung merasa panik saat kepala itu mulai mendongak, perasaannya seperti tidak enak. Gila, bahkan tubuh Taehyung tanpa sadar bergetar karenanya.
"Tae? Kau sudah sadar?" Namjoon mengucek matanya perlahan, bola matanya membalas tatapan Taehyung yang sudah melotot tidak percaya.
NAMJOON HYUNG?!
Taehyung menganga amat lebar untuk beberapa menit. Ia mengabaikan suara Namjoon yang terus menghampiri indra pendengarannya. Matanya bergerak kesana-kemari dengan panik, dengan jantung berdegup kencang.
Tangannya bergerak menarik selimut hingga menutupi wajahnya. Ia melotot, bibirnya meracau. 'What the fuck?! apa yang dia lakukan disini?!'
Kepalanya ia paksa untuk befikir keras. Berusaha mengingat apa yang telah ia lewati hingga Namjoon bisa berada disini, disebelah brankar yang ia tempati.
Ia tercekat mengingat kejadian malam tadi. Saat itu ia merasakan perutnya berdarah, lalu ia berlari secepat mungkin. Terjatuh di samping jalan, lalu tidak ingat apa yang terjadi setelahnya.
Secepat kilat ia membuka selimut itu dan mengangkat baju yang dikenakannya. Perutnya sudah terlilit perban dengan rapi dan bersih---tidak ada darah disana. Ia menghela nafas laga.
"Aku sudah panggil Minho-hyung, ia akan datang sebentar lagi. Tadi dia titip pesan agar aku memanggilnya saat kau sadar." Taehyung menoleh ke arah Namjoon yang tersenyum tipis---sepertinya telah menekan tombol merah di alat aneh yang Taehyung tidak tahu namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
deepest [kth]
FanfictionSeharusnya tidak akan terasa sakit, sama sekali tidak bagi seorang Kim Taehyung yang nampaknya hanya tahu bagaimana cara menjadi brengsek di hadapan member grupnya. Seharusnya tidak akan terasa menyakitkan, karena walau orang-orang tak pernah tahu...