Kejadian ini terjadi karena,
Hari ini Randy mengajakku menonton film romansa SMA di Bioskop. Wah, sudah lama sekali aku tidak pergi kemari. Terakhir kali aku kemari, 3 setengah tahun yang lalu -bersamamu. Kau ingat, awal kita berkenalan? Kau dengan gayamu itu menghampiriku dan berkata "Nonton apa yang menggembirakan?" tanyamu, aku hanya mengerutkan kening "Nonton sama kamu." ujarmu tanpa tertawa. Aku sampai sekarang masih belum mengerti, apakah kau ingin bercanda denganku tapi kau tak dapat menyampaikannya atau kau benar serius namun kuanggap guyonan?
Ah, terserahlah.
Tapi hari itu, kelas mendadak hening. Seluruh mata mengacu pada kita. Kau dan aku. "Kalau mau, besok aku bawain helm. Habis sholat jumat." aku masih mencerna kata-katamu, "Kalau kamu mau sih." baru pertama kali aku melihatmu se kikuk itu. Padahal, kau punggawa geng sekolah. Tapi, kau bisa juga bersikap seperti itu didepanku. "Kalau kamu nggak mau, aku besok nggak bawa helm"
Iya aku mau. Habis jumatan ya?
Wajahmu gembira sekali. Tapi buru-Buru kau tutupi saat teman-teman kelas kita menyoraki seenaknya. Ah sungguh, waktu itu, saat kita singgah di bioskop. Kau memilah-milah film mana yang akan kita tonton. Kau berdiri lama di meja kasir, menatapi satu persatu judul yang terpampang.
Kau belum tau kita nonton apa?
Kau menatapku kaget, lalu buru-buru menggeleng dan memamerkan lesung pipi. "Kamu takut nggak nonton film hantu?"
Aku sebenarnya takut menonton film hantu, ku yakin kamu pun membacanya dari mimik wajahku yang akan menggeleng secepat kubisa. Namun buru-buru kamu berkata "Katanya, punggung ku tempat yang baik buat bersembunyi kalau kamu takut."
Kata siapa?
"Aku," kau menjeda "Barusan."
Sebenarnya, menjadi diriku itu sesedih ini. Dalam hal sekecil apapun yang kulakukan, sungguh mencabik, dan membuatku kembali mengingatmu. Ah, aku rindu. Aku merindukanmu di bioskop, tersanjunglah kamu. Karena ditempat yang jarang kudatangi sekalipun, namamu yang teringat.
"Kamu sama dia jarang kan kemari?" tanya randy yang kusambut dengan anggukan cepat. "Aku hebat ya, bisa ngajak orang hutan nonton bioskop, padahal sehari-hari dia nontonin gunung, coban, ataupun pantai bersama senja-nya." Randy jail sekali menggodaku.
Sepanjang pemutaran film ini, kenanganmu kembali mengacak-acak pikiranku. Waktu dulu didalam bioskop, kau tidak merebahkan punggung mu barang sejenak "Kalau kamu takut, sembunyi dibelakang punggungku ya, aman kok." aku hanya senyum-senyum menatap wajahmu yang berlesung.
Kalau kamu takut, sembunyi dimana coba?
"Dimatamu, karena cuma matamu yang membuat aku seberani ini. Mengajakmu menonton bioskop, film hantu, dan mengantarmu pulang nanti. Aku harus siap-siap bertemu orang tuamu, ingin berterimakasih kepada ibumu pula. Karena ibumu melahirkan kamu ditahun yang sama denganku."
Sepanjang film kamu terus melirikku yang menutupi wajah dengan kedua telapak tangan, "Kenapa nggak sembunyi?"
Aku mau ikut kamu aja, sembunyi dimata kamu. Cuma matamu yang membuat aku seberani ini menonton film hantu.
"Jangan bicara lagi sama aku." ujarmu tiba-tiba, punggungmu akhirnya kau rebahkan setelah sekian lama. Dudukmu miring kanan membelakangiku.
Kenapa?
"Jangan bicara lagi, aku jantungan."
Randy berdehem disebelahku, "Kau benar-benar menonton filmnya kan? Tidak menonton kenangan lamamu?"
Tidak, aku menonton.
Randy tidak menjawab, dia hanya tersenyum singkat. "Boleh pinjam tangannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepada, [TAMAT]
Teen FictionDi hadapan Ranu Kumbolo gadis itu kembali menatap kabut yang mulai turun. Dibelakangnya dua sosok manusia sedang berpelukan melawan suhu dingin yang menerpa. Salah satu diantara mereka bertiga menunggunya mulai menulis. "Ta, sudahlah." Aku akan men...