Aku sedih beberapa hari ini. Masalahnya aku tidak mendapatkan jalur undangan untuk masuk kuliah. Randy juga. Tapi separuh kelasku mendapatkan jalur emas itu. Pantas saja kan aku kecewa? Aku tidak tau apa yang ditunjukkan Allah padaku. Tapi, sepertinya ini yang terbaik. Akan kucobai jalur non sarjana, seperti politeknik, poltekkes dan kedinasan. Ayah berkata kepadaku, bahwa undangan bukanlah akhir bagiku, namun awal. Aku harus lebih fokus masuk kedinasan. Doakan saja.
Sebenarnya, pengumuman datang kemarin siang. Seharian suntuk aku menangis, ibu dan ayahku berlomba menenangkan. Tapi tidak akan ada yang bisa menghentikan aku menangis selain diri sendiri. Malam itu juga Randy datang kerumah. Membawa nasi goreng kesukaanku, stmj, dan martabak manis untuk ayah dan ibu. Namun, mataku terlalu bengkak, dan aku sama sekali tidak keluar kamar. Meneruskan tangis sambil berselimut rapat. Sayup kudengar suara ayah, beliau menyuruh Randy dan ibu berhenti membujukku. Aku hanya butuh ruang sendiri.
Benar saja.
Aku hanya membutuhkan diriku sendiri yang terendam dalam selimut dengan tangan membawa surat Cinta darimu. Entah, surat cintamu tiba-tiba menjadi obat dalam tangisku. Surat cintamu, adalah apa-apa yang membuatku bangkit untuk membaca.
Buat gadisku yang aku Cinta.
Duh, aku sudah ngomong cinta-cintaan. Padahal, kau suka saja belum tentu. Eh, apa? Kok tiba-tiba ngomongin Cinta, suka? Kamu mau menembakku -ujar gadisku yang sedang membaca sambil senyum senyum didalam hati.
Sayang,
Lho, panggil-panggil sayang -batinmu. Iya, aku akan memanggilmu sayang, atau yang, supaya kamu biasa. Oke kita ulang paragraf ini.Sayang,
Ingat waktu kita berkenalan hari itu? Saat kamu memegang rokok ditangan? Aku langsung melindungimu dari benda haram itu seperti superman! Eh, tapi, kau lebih suka superman atau batman? Atau hulk? Atau.. Kau lebih suka aku? Hehehe. Oke kita lanjut. Hari itu kamu kuantarkan kesekolah, lantas ternyata, kita masuk dikelas yang sama. Aku yang berstatus siswa pindahan, dan kamu yang berstatus pentolan kelas bersama dirga. Kita kenal dengan cepat. Lalu, kau ternyata asyik. Ingat yang, kamu selalu kuajak kemana-mana. Ke desa Ranu Pane untuk bersih desa, makan pecel lele dipinggir jalan, minun stmj dipinggiran, nasi kucing cuma duaribu limaratus diemperan malam, kopi-kopi di stasiun, kaya sedikit, kita jalan ke warung kopi sungguhan. Menikmati aceh gayo, arabian, torabika, papua wamena, java ijen, banyak. Awalnya aku kira aku mencintai kopi dan waktu yang kita habiskan. Ternyata aku mencintai kamu.Kalau nyatanya pada hari ini kamu bingung. Untuk apa surat ini aku kirimkan bersama seikat bunga lewat kawan sekelasmu. Ketahuilah sayang, ini namanya surat Cinta. Ketika jaman dahulu, sukar sekali untuk menjalin kabar, menjalin cerita, mereka menggunakan surat dan bunga untuk berkirim kabar. Romantis. Dari pada kutembak kau lewat telepon, atau pistol. Tidak-tidak bercanda.
Kalau nyatanya, teman-temanmu berkata 'halah pengecut, lelaki mana yang menembak gadis idamannya lewat surat bukan bertatap mata secara langsung' kamu jangan terkecoh dan kecewa denganku. Lanjutkan membaca saja. Jangan dengarkan bawelan mereka.
Sayang,
Seperti yang kau tau, atau baru tau. Aku sungguh mencintaimu. Entah dari kapan perasaan itu muncul, yang jelas, Cinta itu datang. Jantungku berdebar, pipiku panas, dan mataku lekat pada gerak-gerikmu.
Kata orang, mencintai air harus menjadi ricik. Tapi itu merepotkan sayang, itu hanya membuatku tidak menjadi diriku sendiri. Oleh karena itu, aku memutuskan, mencintaimu dengan diriku sendiri. Dengan begitu, kau juga bisa menjadi dirimu sendiri. Cinta terlalu suci untuk kepura-puraan dalam rangka menjalin Cinta sempurna.
Aku ingin mencintaimu sediri sendiriku. Dan kamu, balaslah aku sediri sendirimu.
Aku mencintaimu.
Tertanda, kau tau aku siapa. Lelakimu di desa Ranu Pane.
Nb : hari ini hari pertama kita. Sekarang keluar kelaslah, ada aku menunggu.
Hari itu aku berlari kecil keluar kelas. Kau ternyata sudah menantiku. Tanganmu terbuka lebar tiba-tiba. Aku tiba-tiba terhenti dan malu.
Ini benar hari pertama kita?
"Kenapa? Maumu ini tahun pertama kita?"
Aku menggeleng dan masih malu menatapmu.
"Aku mencintaimu."
Aku lebih.
"Kok lebih?"
Kalau hidup soal kompetisi, maka aku harus lebih darimu. Aku mencintaimu lebih dan selalu lebih.
Malam ini, kenangan bodoh itu menyeruak kembali. Anehnya, kenangan itu membuat tangisku berhenti. Aku hanya tersenyum bahagia dengan mata penuh tertuju kertas surat.
Bagiku, kenangan adalah pisau bermata dua. Kadang menyakiti dan menyembuhkan. Tergantung apa dan bagaimana keadaannya.
Untukmu, kekasih, sayangku, dan yang pertamaku. Terimakasih, disituasi serba kurang beruntung -versiku yang tidak pandai ikhlas dan kurang bersyukur ini kau membuatku tenang. Membuatku kembali berani memupuk harapan dan cita-cita masa depan. Terimakasih. Aku masih mencintaimu. Lebih. Dan, aku menang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepada, [TAMAT]
أدب المراهقينDi hadapan Ranu Kumbolo gadis itu kembali menatap kabut yang mulai turun. Dibelakangnya dua sosok manusia sedang berpelukan melawan suhu dingin yang menerpa. Salah satu diantara mereka bertiga menunggunya mulai menulis. "Ta, sudahlah." Aku akan men...