Sayangnya, aku harus benar benar menari lagi. Iya, menari. Ingat tidak kejadian dua tahun lalu, dibulan yang sama, desember. Kau marah besar, cemburu buta, tidak pernah aku melihatmu seanak anak tempo itu. Kau benar benar seperti muak kepadaku, menatapku dengan jijik, seperti kau, aku, tidak akan ada hubungan lagi.
Iya, jika diingat. Waktu itu aku kembali menari. Setelah sekian lama aku menutup aurat, berpindah kejalan yang benar, menuruti nasehatmu tentang berpakaian dan akhlak, aku kembali lagi ke dunia tarian. Setelah dua tahun aku absen dari dunia menari, iya, saat aku benar bersamamu. Desember itu aku diminta menari dilomba ajang seni adu bakat setiap kelas.
Waktu itu, saat latihan, aku tak menyangka kau datang untuk memberikan kejutan. Membawakan minuman dan ayam goreng kesukaanku, kamu tau aku belum makan. Kau datang mengunjungiku, yang saat itu sedang mengambil posisi. Aku berlagak sebagai penari sirkus.
Awal aku bercerita bahwa aku akan menari, kau tak terlalu mempermasalahkan. "Iya, tapi narinya gak boleh aneh-aneh lo yang, gak ada couple-couple segala."
Tapi kau tak terlalu paham konsep kelasku, lalu datang mengetahui peranku. Di konsepku tidak ada couple atau menari berpasangan. Aku sebagai penari sirkus, bersamaku ada seseorang laki-laki yang sama-sama berlagak sebagai penari sirkus, dia hanya meletakkan tangannya melingkar di pinggang hingga perutku. Itupun bertujuan, untuk mempercantik tarian sirkus. Tanganku digenggamnya diatas kepala, tangannya melingkariku dan memutarkanku agar terangkat. Mekanismenya. Hanya sebegitu saja.
Tapi kau datang, duduk diantara teman-temanku yang menyaksikan pertunjukan klimaks sirkus, bercakap satu dua dengan sahabatku, lalu sejurus menatapku.
"Apa-apa an kamu ini?" Tanyamu agak kencang, sampai anginpun sungkan hanya sekedar untuk bertiup. Tangan laki-laki dibadanku buru-buru dilepaskan. Waktu itu aku bodoh, aku mengumbar senyum lalu berlarian kecil dan kemudian jongkok tepat dihadapanmu.
"Siapa yang menyuruh dia melingkarkan tangan dibadanmu?" Tanyamu sambil menatapku tajam. Tatapan yang tidak pernah ku dapat sebelumnya.
"Dan kamu," Kamu mencengkram pergelangan tanganku, "Bagaimana bisa kamu mau melakukan itu." Lalu kamu menghentak tanganku, membantingnya kasar-kasar. Berdiri sambil tanganmu sedikit mengepal, teman-temanku berbisik, sahabatku menatapku penuh ketakutan.
Aku bawa badanku berdiri, Aku hanya menari. Ujarku bodoh. Sangat.
Emosimu makin memuncak, aku melihat kau bergetar, "Bagaimana bisa kamu mau disuruh melakukan tarian seperti itu?" Tanyamu sambil mengatur nada. Wajahmu merah padam.
Aku menyentuh tanganmu yang mengepal, aku hanya menari, tak lebih dari itu. Sungguh, aku takut tak kepalang.
"Iya, kau menari, dengan gerakan seperti itu, apa? Sirkus? Kau wanita sirkus? Bagaimana bisa kamu mau disuruh melakukannya?" Kau masih mengatur nadamu, ada emosi yang tertahan disetiap sudutnya.
Sayang, aku hanya menari, tak lebih daripada apa.
"Aku bahkan tak peduli kau menari!" Bentakmu, tanganku kau hentak jauh-jauh, semua pergerakan mata terhenti pada kita. "Aku bahkan tidak peduli dengan siapa kau menari! Atau bahkan jika kau menari dalam api aku lebih tidak peduli!" Kau menatapku penuh amarah, "Tapi bagaimana? Bagaimana kau semurah itu? Dengan gampangnya kau mau disentuh oleh laki-laki!"
Sayang, menepilah, kau sedang larut dalam emosi. Dengarkan aku dulu.
"Apa? Kau ingin aku mendengar penjelasanmu, bahwa ini kebutuhan kamera? Lalu haruskah kau?tidak berfikirkah kau bahwa ada hati yang harus kau jaga?"
Sayang. Tidak. Memang aku yang bersalah, namun tak sepenuhnya kamu menghakimi ku seperti ini. Aku salah, memang, tapi bisakah kau mengerti keadaanku? Mengerti situasi yang sedang kamu marahi ini? Aku dan apa apaku, apa yang kau lihat juga, tidak seperti itu. Kau jangan terlalu cemburu seperti itu, sayang.
"Bagaimana bisa kau semurah itu?" Bisikmu, sambil kau cengkeram erat bahuku, "Bagaimana kau semurah itu!"
Hentikan! Bagaimana bisa kau bertanya seberapa murahku. Baiklah, semurahnya aku, kau tak akan pernah mampu membayarnya. Bagaimana bisa akal sehatmu berkata seperti itu?
"Wah, kau sungguh pintar memutarkan masalah, menimbulkan yang ada dan juga tidak ada." Kau mengejekku, lalu sejurus itu kau pergi, dan secepat itu sekelilingku menghampiri. Mereka khawatir keadaanku, atau hanya sekedar mencari tau.
Malam itu juga aku bertamu dirumahmu. Wajahku kutegarkan. Kau dihadapanku, kita hanya diam, berkutat dengan apa-apa yang dipikirkan.
Maafkan aku.
"Kita akhiri saja,"
Semudah itu?
"Itu sungguh susah, sukar, sulit. Tapi aku tak paham bagaimana hancurnya hatiku melihatmu hanya sekedar dilingkari tangan."
Sayang, berikan aku kesempatan untuk berkata-kata. Lalu, aku akan menghargai apa-apa yang akan kau putuskan. Kau diam.
Aku adalah penari sirkus disana. Lagi pula, basic dance, aku mempunyai nya. Koreograferku tau itu, menempatkan aku sebagai wanita sirkus yang rela dilingkari tangannya dan diputar untuk terlempar keatas. Jika aku dilingkari seperti itu demi kenyamanan, atau apa-apa yang pikiranmu tuduhkan, percayalah padaku itu salah. Aku hanya ingin kau tau itu. Lagi, jangan bertanya seberapa murahku, tapi tanyalah pada dirimu, seberapa mahal kau bisa sanggup membayarku.
"Aku hanya cemburu."
Tapi kau sedikit berlebihan sayang. Mungkin jika diposisimu aku akan seperti itu. Tapi tolong, jangan marah seperti ini, aku mohon.
"Aku hanya cemburu, tolong kau juga harus tau." Kau menggengam tanganku, "Maafkan aku, aku terlalu kanak soal ini. Pencemburu handal. Maafkan aku."
***
"Kau selalu melamun, ada apa?" Randy, laki-laki yang menemaniku di senja tebing breksi.Aku akan menari lagi.
"Untuk ajang unjuk bakat kelasmu?"
Aku mengangguk.
"Lalu? Tidak salah bukan? Toh kamu juga pintar menari, lincah seperti itu. Aku melihatmu waktu itu, waktu tahun pertama masuk sekolah. Kau Bagus."
Dulu dia sempat marah karena aku menari dan kawan laki-lakiku melingkarkan tangannya untuk sebuah pertujukan. Dan dia marah waktu itu.
"Lalu? Apakah tahun ini ada seperti itu?"
Ada, tarian berpasangan pula, aku akan menari berpasangan. Tapi, Ran, kenapa harus aku memikirkannya hingga melamun? Toh tak ada lagi hati yang harus aku jaga kan?
Randy diam, mungkin dia mengerti suasana hatiku.
Tapi, jika aku bersamanya hingga detik ini, tentu dia akan marah besar, dan lebih besar dari waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepada, [TAMAT]
Teen FictionDi hadapan Ranu Kumbolo gadis itu kembali menatap kabut yang mulai turun. Dibelakangnya dua sosok manusia sedang berpelukan melawan suhu dingin yang menerpa. Salah satu diantara mereka bertiga menunggunya mulai menulis. "Ta, sudahlah." Aku akan men...