Seoul Central Mosque, Itaewon 8 PM KST.
Di ruang rapat masjid, Khadijah sedang mengoreksi tugas anak muridnya, sementara Cae Young sedang menyelesaikan beberapa laporan untuk rencana wisata study islam bagi anak-anak yang mengaji di masjid."Khadijah."
Khadijah menoleh. "Iya?"
"Tadi laki-laki yang bersamamu itu siapa?"
"Oh, dia Min Guk. Dia teman sekelasku dan satu kelompok penelitian denganku. Kebetulan tugas kami itu tentang daur hidup Gizi anak dan balita. Jadi, kami mengambil sampel penelitian dari murid-muridku," jelas Khadijah.
"Oh begitu, aku kira ada apa. Em, tapi Khadijah ... apa kau tidak pernah terpikirkan untuk mencari dan mendapatkan jodoh di negara ini?" tanya Cae Young yang membuat tangan Khadijah berhenti untuk mengoreksi.
"Ke-kenapa Kakak bertanya hal itu padaku?" tanya Khadijah gugup.
"Aku hanya membayangkan kau saat menjadi seorang Istri dan Ibu, Khadijah. Aku penasaran, siapa yang akan menjadi suamimu nanti. Pasti calon suamimu nanti, akan beruntung mendapatkan wanita soleha seperti dirimu," ungkap Cae Young yang berhasil membuat Khadijah tersenyum.
"Kakak ini bisa saja ya," ucapnya yang tak lepas dari senyuman. "Kakak, untuk sekarang ini aku sama sekali belum terpikirkan soal pernikahan. Aku hanya ingin fokus menempuh pendidikanku di sini dan mensejahterakan murid-muridku juga. Dan untuk soal mendapatkan jodoh di Korea, aku serahkan semuanya pada Allah. DIA lebih tau mana jodoh yang terbaik untukku. Jika jodohku adalah orang Korea muslim, maka Insha Allah aku terima."
"Tapi seandainya saja ada laki-laki Korea yang mapan dan juga tampan, tapi dia bukan seorang muslim, lalu laki-laki itu menyukaimu, bagaimana? Apa yang harus kau lakukan?"
Pertanyaan Cae Young, membuat Khadijah terdiam sejenak.
"Ka, kau tau kan jika jodoh itu adalah cerminan dari diri kita. Jika kita baik, insha Allah akan mendapatkan jodoh yang baik, begitu pula sebaliknya. Kalau memang laki-laki yang menyukaiku itu adalah jodohku, nanti dengan berjalannya waktu, Allah beri ia hidayah, lalu dia bisa masuk Islam dengan hati yang ikhlas tanpa paksaan apa pun, dan aku terima itu. Tapi, jika dia bukan jodohku dan bukan yang terbaik untukku, pasti ada berbagai jalan dan cara untuk memisahkanku dengannya. Bukankah pernikahan beda agama itu, hukumnya adalah haram?" ucap Khadijah meyakinkan.
"Lalu, bagaimana kau bisa yakin dia jodohmu?"
"Ka, semua yang kita jalani di kehidupan ini adalah skenario dari Allah, kan. Allah pasti kasih scenario terbaik menurut NYA. Nanti, Allah pasti akan memberikan suatu peristiwa apa pun itu yang menyadarkan hati kita. Jika dia jodoh kita, mungkin kita akan menerima suatu informasi yang baik dari dia, atau jalannya untuk kita menikah di mudahkan sampai hari akad. Sebaliknya, justru kalau dari awal sudah di temukan kejanggalan, hal-hal atau informasi yang kurang baik dan itu membuat hati kita tidak nyaman, kita harus peka untuk itu. Bisa saja itu cara Allah untuk menyadarkan kita bahwa dia bukan yang terbaik. Tapi kembali lagi, kita tidak tau apa yang Allah rencanakan untuk hidup kita. Tugas kita adalah ikhtiar, doa, dan tawakal," jelas Khadijah yang membuat Cae Young merasa bangga akan jawaban dari Khadijah.
"Kau memang pintar Khadijah. Tidak salah jika orang tuamu memilih nama Khadijah untukmu," ujar Cae Young.
Khadijah kembali tersenyum.
"Oh iya, Kakak juga menamakan calon anak Kakak nanti dengan nama-nama islami dengan sisi karakter yang baik. Insha Allah akan menjadi anak yang memiliki sifat yang tak jauh dari nama tersebut," ucap Khadijah memberi saran.
"Iya, Khadijah. Rencana anak pertamaku ini ingin kuberi nama Aisyah," balas Cae Young sambil mengusap perutnya yang membuncit.
"Wah, bagus sekali," pujinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUE LOVE [SUDAH TERBIT]
Fanfiction⚠️ BUKU SUDAH BISA DI PESAN VIA SHOPEE, TOKOPEDIA DAN INSTAGRAM @SEMESTA PUBLISHER Kisah seorang bintang idol Korea yang mencintai wanita bercadar asal Indonesia yang di dalamnya terdapat alur perjalanan cinta yang menuai konflik, dan pemfitnahan se...