Sementara itu, setelah berbicara dan makan ice cream bersama Min Guk, Fatimah mencoba untuk menelepon Hyun Sik di kantin rumah sakit sendirian.
"Assalamualaikum, kek," salamnya.
"Wa'alaikumsallam. Ada apa sayang? Tumben kau menelepon," jawab Hyun Sik.
"Iya maaf kek jika aku jarang meneleponmu. Tapi ... ada sesuatu hal yang ingin aku bicarakan padamu, kek."
"Apa itu?"
"Apa kakek bisa membantuku? Ada hal yang harus aku tuntaskan."
"Memang kau ingin menuntaskan hal apa sampai-sampai kau meminta bantuanku, hem?"
"Ini soal teror, kek," jawabnya sedikit berbisik.
"APA? Te-teror?" tanyanya shock, "Kau di teror sama siapa? Bilang pada kakek, siapa yang berani meneror cucu kepala polisi kota Seoul?! Katakan!" perintahnya tegas.
"Bu-bukan aku kek, tapi Khadijah."
"Kha-khadijah?"
"Iya. Kemarin saat aku liburan di pulau nami, ada seorang perempuan yang meracuni Khadijah lewat jarum pemintal. Dan itu baru ketahuan setelah ada pemeriksaan lab di rumah sakit. Kakek, aku mohon ya, kau bisa kan mengerahkan anak buahmu untuk segera mencari perempuan misterius itu? Kau bisa menyuruh anak buahmu untuk menjadi intel," sarannya.
"Hem, begitu ya. Aku kasihan mendengar berita itu."
"Jadi, kau mau, kan?"
"Iya sudah pasti. Karena Khadijah adalah sahabat terdekatmu, maka harus kutolong."
Fatimah tersenyum girang. "Wah, makasih banyak ya kek. Aku senang sekali mendengarnya."
"Iya sama-sama sayang. Serahkan saja semuanya pada kakekmu ini. Kau hanya duduk manis dan tunggu perkembangannya. Ketika ada yang mencurigakan sedikit, kakek pasti akan memberitahumu. Dan untuk memudahkan pencarian, aku butuh data pendukung," ucapnya meminta, "Data itu berupa waktu kejadian, lokasi yang paling tepat serta ciri-ciri pelaku."
"Oh, begitu ya," jawabnya pelan, "Kalau lokasi dan waktunya aku tidak tau percis kek. Yang pasti yang mencoba meracuni Khadijah itu adalah seorang perempuan yang menyamar. Mungkin setelah ini akan aku langsung tanyakan pada Khadijah. Aku matikan dulu teleponnya ya kek, nanti kusambung lagi."
"Oke baiklah, kakek tunggu ya sayang."
"Oke, assalamualaikum."
"Wa'alaikumsallam."
Fatimah segera menuju ke ruang perawatan Khadijah dengan setengah berlari. Hingga ia tak sadar bahwa ia menabrak sesuatu.
"Oh, ma-maaf, aku benar-benar tidak se..." ucapnya terhenti. Seketika kedua matanya membulat dan tubuhnya terasa kaku.
"Fatimah? Kau di sini? Kau mau ke mana?" tanya Jae Bum, yang tak lain adalah orang yang tak sengaja Fatimah tabrak.
Melihat arah Jae Bum pergi, sepertinya ia ingin pergi menuju kantin rumah sakit dengan balutan syal dan topi hitam.
Fatimah tersadar. "Oh, a-aku mau ke kamar Khadijah."
"Oh begitu," jawabnya agak canggung, "Oh iya ... aku belum sempat mengunjungi Khadijah. Nanti tolong sampaikan padanya bahwa aku ikut prihatin atas musibah yang menimpanya," pesannya.
"Iya. Tapi sepertinya kau sibuk sekali sampai tidak bisa menjenguk Khadikah. Memang kau sibuk apa?" tanyanya penasaran.
"Sibuk mengurusi Dae Han dan melacak siapa orang misterius yang menyebabkan Khadijah masuk rumah sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUE LOVE [SUDAH TERBIT]
Fanfiction⚠️ BUKU SUDAH BISA DI PESAN VIA SHOPEE, TOKOPEDIA DAN INSTAGRAM @SEMESTA PUBLISHER Kisah seorang bintang idol Korea yang mencintai wanita bercadar asal Indonesia yang di dalamnya terdapat alur perjalanan cinta yang menuai konflik, dan pemfitnahan se...