Chapter 18-Keputusan

1.6K 87 3
                                    

                               ***
Setelah berjam-jam belajar meresapi teori, kemudian di tuang dalam ujian praktikum, para mahasiswa gizi angkatan 33 sudah bisa bernafas dengan lega meski belum sepenuhnya, karena masih ada ujian tulisan yang menanti mereka minggu depan.

“Khadijah, kau sudah selesai ujian praktikum rupanya,” sahut Min Guk yang kebetulan bertemu Khadijah di dalam perpustakaan fakultas ketika hendak mengembalikan buku ke rak.

“Oh, iya Min Guk. Alhamdulilah.”

“Oh iya, biasanya kau bersama Rumaisha,” tuturnya.

“Iya. Dia pulang terlebih dahulu karena ada urusan yang harus ia selesaikan di rumah.”

“Urusan apa itu?” tanya Min Guk penasaran.

“Mungkin tentang persoalan dirinya dan calon suaminya.”

DEG!

Mata Min Guk seketika membulat, ia terlihat terkejut. “Apa?”. Kemudian Min Guk menunduk sejenak dan wajahnya terlihat sedikit murung. “Oh, jadi dia sudah ada calon, begitu?”

“Aku tidak tau pasti. Tapi akhir-akhir ini, hal itu yang membuatnya resah dan tertekan.”

“Jadi maksudmu, dia di jodohkan? Wah, masih zaman ya di jodohkan seperti itu?” jawabnya tak percaya.

“Ya, begitulah. Tapi aku hanya berdoa, semoga Rumaisha akan terus dalam kebahagiaan di tengah perjuangan.”

Ketika Min Guk ingin menjawab, tiba-tiba ponselnya berdering di dalam saku celana. Dan yang menelepon adalah Yoo Ra, ibunya.

“Halo bu, ada apa? Kakak belum pulang? Dia belum ketemu?” tanyanya semakin takut. “Ya-ya sudah, aku langsung bantu mencarinya ya, ibu jangan khawatir,” ucapnya tetap dalam keadaan tenang.
BIP!

“Min Guk, ada apa?” tanya Khadijah penasaran.

“Kakak … dia hilang,” jawabnya panik.

Khadijah membelalak.

“Dia hilang dari kemarin. Sudah ke beberapa tempat kami tanyakan ke rekan-rekannya, tapi dia tidak ada. Dan sekarang, aku akan bantu ibu dan ayah untuk mencarinya.”

“Boleh aku bantu?” ucap Khadijah lembut. “Akan aku bantu semampuku untuk mencari kakakmu.”

Min Guk tak bisa berkutik, tak bisa menjawab, ia tertegun mendengar jawaban dari Khadijah. “Ma-makasih Khadijah. Ayo, kita harus cepat mencarinya sebelum hari gelap,” ajaknya dan mendapat respon anggukan dari Khadijah.

Mereka mencari Dae Han dengan berpencar. Masing-masing mencari dengan berlari menyusuri kota Seoul terlebih dahulu. Di satu sisi, ada Jae Bum dan Fatimah yang juga mencari keberadaan Dae Han berdua, menggunakan mobil Jae Bum. Tak lupa, mereka juga di bantu oleh kepolisian kota Seoul, tentunya dengan atas perintah kakek Fatimah, Hyun Sik. Berita kehilangan Dae Han belum terkuak oleh media, karena keluarga tidak mau membocorkan berita itu kepada siapapun. Mereka dan manajer Dae Han menjaga rapat-rapat berita buruk itu, kecuali pada sahabat terdekat Dae Han yang membantu mencarinya.

Han River, 8 PM KST.
Khadijah berjalan pelan menuju bahu sungai han yang sudah ramai, dan langit yang sudah gelap. Nafasnya sedikit tersengal dan berkeringat. Ia menatap nanar ke arah sungai han yang luas. Suasana hatinya pun begitu kacau. Dan ia pun tak tau, mengapa ia bisa merasakannya. Kemudian, Khadijah menunduk pasrah.

“Aku harap, di mana pun kamu berada, kamu dalam keadaan baik-baik,” harapnya dalam gumaman yang sedikit menyayat hatinya.

Tiba-tiba dari arah kanan, ada seseorang yang datang menghampirinya.

TRUE LOVE [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang