CHAPTER 2-Sahabat & Suasana baru.

3.8K 191 2
                                    

                               ***
Incheon Airport, 12 AM KST.
Khadijah sampai di bandara yang termasuk salah satu bandara tersibuk di dunia. Dirinya masih tidak percaya bahwa sekarang ia bisa mengijakan kaki di negeri yang belum pernah terpikirkan sebelumnya.

Khadijah mulai mencari orang yang dimaksud oleh wakil dekannya untuk memandunya selama hari pertama di Korea.

"Bu Fenty bilang yang memanduku itu adalah seorang wanita korea berhijab? Aku yakin pasti dia memegang banner bertuliskan namaku, kan?"

Di satu sisi, tepatnya di pintu keluar bandara, seorang wanita berhijab tengah menunggu seseorang yang namanya sudah ia tulis di banner berukuran sedang, bertuliskan : "KHADIJAH INDONESIA"

Sesekali wanita tersebut melihat kearah jam tangan untuk memastikan bahwa orang yang ia cari sudah tiba sembari matanya terus mengawasi.

"KHADIJAAAHHH, KHADIJAAAHHH," panggilnya seraya melambai-lambaikan tangan.

Khadijah menoleh, menunjuk dirinya sendiri dan menghampiri wanita yang baru saja memanggilnya dengan suara lantang.

"Anyeonghaseyeo, kamu Khadijah Abdullah, benar?"

"Di-dia bisa bahasa Indonesia ya?"

"Iya benar. Kamu yang diutus Bu Fenty untuk memanduku?"

"Iya benar sekali. Perkenalkan, namaku Fatimah," ujarnya tersenyum hangat seraya mengulurkan tangan pada Khadijah.

"Fatimah?" Tanyanya ragu.

"Kenapa? Kamu terkejut? Sebenarnya nama asliku, Jung Hye Rim. Aku memakai nama Fatimah sebagai nama muslimku sekarang. Nama yang bagus bukan?"

"Ah, iya, iya. Oh iya senang berkenalan denganmu Fatimah," balas Khadijah dengan membalas uluran tangan Fatimah.

"Iya Khadijah. Aku juga ga nyangka akan dikirim oleh atasanku untuk memandumu. Oh iya, apa dosenmu itu udah memberitahu bahwa kamu akan tinggal satu atap denganku, di kontrakanku?"

"Iya, aku sudah diberitahu. Aku merasa jauh lebih aman rasanya."

"Syukurlah." Lalu Fatimah melihat kembali ke arah jam tangannya. "Oh iya Khadijah, sudah masuk waktu solat dzuhur. Ayo kita solat. Aku ajak kamu solat di masjid tertua yang ada di Korea."

"Waahh kedengarannya bagus. Kalau begitu, Ayo."

Selama perjalanan dengan menggunakan taksi, mereka berdua berbicara banyak. Mulai dari membahas tentang wisata korea, makanannya, hingga kisah Fatimah yang memutuskan untuk menjadi mualaf.

"Fatimah aku senang banget ternyata orang yang memanduku itu adalah seorang wanita dan dia muslimah sekaligus menjadi teman pertamaku di Korea. Tapi, aku penasaran, sejak kapan kamu mulai memutuskan untuk menjadi mualaf?"

"Aku memutuskan menjadi mualaf sejak 2 tahun lalu. Kamu tau, sebenarnya aku ada ketertarikan tersendiri dengan Islam sejak aku kecil. Karena dari kecil, aku sering berkeliling ke luar negeri karena pekerjaan ayahku yang juga seorang translator dan pemandu wisata di berbagai negara. Waktu itu, aku mengunjungi negara Turki. Di sana aku takjub banget dengan orang-orang yang solat berjamaah dalam satu tempat, lalu takjub saat aku mendengarkan orang-orang membaca Al-qur'an bersama-sama, membuatku semakin jatuh cinta dengan Islam. Semua itu aku lalui bukan tanpa hambatan, Khadijah...."
Fatimah hentikan sejenak pembicaraannya itu pada Khadijah, kemudian menghela nafas panjang. "Aku sempat di kekang oleh kedua orangtuaku soal keinginanku untuk pindah agama. Mereka sangat keras untuk melarangku. Tapi, aku bersikeras dan mempertahankan keyakinanku selama ini. Dan sekarang, aku menjadi minoritas di tengah keluargaku sendiri. Kemungkinan mereka masih marah padaku atas keputusan yang sudah aku ambil. Bahkan, mereka tambah marah ketika aku memakai nama keduaku sebagai Fatimah. Dan kamu harus tahu, bahwa setiap harinya aku berdoa agar orang tuaku perlahan mau menerimaku dengan ikhlas, dan harapan terbesarku adalah ... agar mereka masuk Islam."

TRUE LOVE [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang