Di satu sisi, ada pengalaman seru yang dirasakan Khadijah. Yaitu, mengajarkan cara memanah yang baik pada anak-anak murid mengajinya di taman kota Seoul yang luas. Anak-anak sangat antusias untuk belajar olahraga yang di anjurkan oleh Rasullulah tersebut. Bukan hanya anak-anak saja yang antusias, tetapi para orang tua mereka yang ikut hadir juga sangat antusias.
Dengan telaten dan penuh kesabaran, Khadijah mengajari satu per satu cara memanah dari mulai memegang panah yang baik, gestur tubuh hingga melatih fokus pada anak-anak. Alhasil, ada beberapa yang berhasil melesatkan anak panah, ada juga yang tidak. Termasuk Fatimah yang juga ikut belajar memanah, dan dia berhasil melesatkan anak panah tepat mengenai sasaran. Namun di tengah Khadijah mengawasi dan terus mengajar anak didiknya untuk bisa memanah, tiba-tiba ada sebuah pesan sms masuk dari Min Guk.
Khadijah, apa kabar? Mudah-mudahan kabarmu baik. Oh iya nanti siang kau punya waktu luang tidak? Aku ingin mengajakmu untuk makan siang di restauran milik kakakku. Tenang saja, semuanya aku yang traktir. Ini karena aku ingin merayakan keberhasilan kita dalam tugas Profesor David kemarin. Jadi please, kau datang ya. Kalau kau ajak Fatimah juga tidak apa-apa. Jadi kau mau datang, kan?
Khadijah membalas
Oke aku akan datang bersama Fatimah.
Send.
Gangwon, 11.30 AM KST.
Di sebuah apartemen mewah, didalamnya terdapat seorang pria penghuni apartemen tersebut seorang diri. Hanya sebuah alunan merdu musik biola yang ia mainkan dengan penuh penyayatan hati, membuatnya betah untuk memainkan musik favoritnya itu dengan lama sambil memejamkan kedua mata. Saat dirinya perlahan membuka mata, alunan musik biola yang ia mainkan juga ikut berhenti, seolah mengiringi perasaan yang tengah ia rasakan.Di taruhnya biola itu di samping piano besarnya. Lalu ia berjalan menuju gudang, diambilnya 1 buah kotak berukuran sedang yang menyimpan berbagai barang bekasnya terdahulu. Yang pertama ia ambil adalah sebuah album foto yang sudah berdebu. Dibukanya album foto tersebut dan menampilkan foto masa kecilnya bersama keluarga dan temannya. Tapi seketika, ia berhenti membolak balikan album fotonya tepat pada sebuah foto dirinya saat berusia 15 tahun bersama anak perempuan yang lebih kecil dari dirinya. Anak perempuan tersebut memegang sebuah mahkota bunga yang ternyata buatan dirinya. Ya, foto anak laki-laki tersebut adalah foto Jae Bum saat kecil. Jae Bum kembali mengenang masa lalunya yang terkubur, tetapi masih melekat dalam ingatannya, terutama tentang anak perempuan yang berfoto bersama dirinya. Lalu, diambilnya salah satu miniatur mainan sailor moon yang sudah kotor.
"Ini adalah salah satu mainan favoritmu yang kau berikan untukku waktu itu. Walaupun aku tidak suka mainan anak perempuan, tetap saja kau memberiku ini sebagai hadiah perpisahan kita," ujar Jae Bum sembari tersenyum hangat. "Lalu, apa kau juga masih menyimpan hadiah pemberianku padamu?" gumamnya yang menatap sayu ke arah mainan sailor moon.
Rupanya kenangan itu bukan lah sebuah kenangan biasa bagi Jae Bum. Ada sebuah harapan besar dari dalam dirinya mengenai anak perempuan tersebut.
Tiba-tiba Dae Han menelepon.
"Iya kenapa?"tanya Jae Bum
"Hari ini kau bisa menemaniku mewarnai rambutku tidak? Tempatnya di salon langganan kita. Kau mau, kan?"
"Sebenarnya aku sedang tidak mood hari ini," keluhnya lemas.
"Aish! Ayolah. Justru aku ingin mengajakmu keluar. Siapa tau moodmu menjadi lebih baik. Em atau ... bagaimana setelah kita ke salon, kau kutraktir minum kopi, bagaimana? Apa kau berubah pikiran? Atau kita bisa bermain bowling bersama? Itu olahraga kesukaanmu, kan?"
"Kau ini ada saja ya alasan untuk mengajakku. Heuh, ya sudah aku akan menemanimu," jawabnya dengan berat hati.
"Oke. Aku langsung menunggumu di depan apartemenmu. Aku akan jalan sekarang," ucap Dae Han lalu mengakhiri obrolan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUE LOVE [SUDAH TERBIT]
Fanfiction⚠️ BUKU SUDAH BISA DI PESAN VIA SHOPEE, TOKOPEDIA DAN INSTAGRAM @SEMESTA PUBLISHER Kisah seorang bintang idol Korea yang mencintai wanita bercadar asal Indonesia yang di dalamnya terdapat alur perjalanan cinta yang menuai konflik, dan pemfitnahan se...