CHAPTER 12-Liontin Masa Lalu

2.3K 139 7
                                    

Sinar mentari sudah mulai naik diperaduan. Menandakan awal mulanya aktivitas manusia di muka bumi. Begitu pula dengan warga kota Seoul di hari weekend. Mereka terbiasa keluar di pagi hari untuk berolahraga di beberapa titik kota Seoul. Namun, berbeda dengan Khadijah dan Fatimah. Mereka lebih memilih untuk mengawali kegiatan pagi mereka dengan pergi ke stasiun kereta bawah tanah Gangnam menuju Pulau Nami.

Suasana stasiun lumayan sepi, tidak begitu banyak aktivitas. Orang-orang yang berada di stasiun umumnya bukan ingin menuju ke sekolah ataupun kantor, melainkan menuju antar kota.

"Senang ya, akhirnya kita bisa berlibur berdua," sahut Fatimah yang duduk disamping Khadijah yang sudah didalam kereta.

"Iya alhamdulilah kita masih diberi kesempatan untuk berlibur berdua dan jauh dari masalah di perkotaan."

"Oh iya... aku bawa cemilan nih, kamu mau?" tawarnya yang menyodorkan snack cookies rasa cokelat.

"Wah, boleh," Khadijah mengambil beberapa cookies kemasan ditangan Fatimah dan segera mencicipinya.
"Oh iya, aku jadi inget jajanan yang ada di Indonesia deh."

"Oh iya? Apa itu?"

"Ada banyak. Tapi yang paling aku kangenin itu telor gulung sama rambut nenek. Kamu udah pernah nyoba?"

Fatimah menggeleng polos sembari terus memasukan cookies kedalam mulut. "Kaya gimana bentuk dan rasanya? Aku baru denger tuh."

"Enak kok. Itu jajanan favorit aku waktu SD. Telor gulung itu cuma telor goreng, terus digulung pakai tusukan sate, terus dicocol deh pakai saus. Hmm... pokoknya enak deh. Kalau kamu mau, nanti di penginapan aku mau nyoba bikin biar kamu ga penasaran."

"Bener? Wah makasiiiiiiihhh, aku seneng banget. Oh iya kalau yang rambut nenek itu apa? Masa ia rambut nenek kamu makan?" tanyanya serius.

Khadijah tertawa

"Kok kamu ketawa?" tanya Fatimah penuh heran.

"Habisnya ekspresi kamu itu lucu banget sih, Fatimah. Rambut nenek itu bukan rambut beneran kok. Itu cuma nama aja. Jadi makanan itu rasanya manis. Rambut nenek itu warnanya pink dan bentuknya seperti rambut. Rasanya mirip kaya gulali," jelasnya yang diselingi tawa kecil.

"Oh gitu. Kalau yang ini kamu bisa buat?"

"Sayangnya aku ga bisa buat, maaf ya."

"Iya ga apa-apa. Nih ambil lagi," menawarkan kembali cookies cokelat yang setengah habis.

Di sisi lain...

"Jadi yang kemarin itu adalah kakeknya Fatimah? Benar begitu?" tanya So Young dengan jelas pada Shin Dong, ayah tirinya di ruang tengah rumah milik ayahnya.

"Jadi kau baru tau, heoh? Cih! Aku kira kau selalu lebih cepat dariku, Nak," ucapnya dingin.

"Karena kalau soal itu aku tidak terlalu memperdulikannya,"jawabnya lebih dingin. "Lagipula, aku datang kesini untuk menjemput ibuku."

"Jinjja? Tapi aku tidak yakin kau datang kemari hanya ingin menjemput ibumu. Aku rasa, kau punya maksud lain, benar?" tanyanya serius.

So Young terdiam sejenak, nampaknya ia bingung dengan pilihan jawaban yang akan ia lontarkan.

"Aku bisa menyelesaikan urusanku sendiri tanpa bantuanmu."

Shin Dong tersenyum smirk. "Begitukah?"

"Hem... sekarang dimana ibuku? Aku ingin bertemu dengannya," desaknya.

"Silahkan kau jemput dia di kamarku. Mungkin dia tengah bersiap untuk kau jemput."

TRUE LOVE [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang