Di sebuah rumah sederhana berlantai kayu dan tidak terlalu luas di desa Gowon, daerah Mokpo, ada pemandangan dan kondisi yang tak biasa di dalamnya. Terdengar jelas suara merdu bak paduan suara dari beberapa anak di dalamnya yang menyanyikan lagu selamat ulang tahun bagi anak pemilik rumah.
Setelah menyanyikan lagu selamat ulang tahun, sang anak laki-laki bernama Lee Jae Bum meniup lilin di atas kue buatan ibunya. Lilin itu berjumlah sesuai usianya, yakni 15 tahun.
"Selamat ulang tahun sayaaaaaang," ucap sang ibu, Mi Rae yang mencium kening serta kedua pipi anak yang tingginya hampir sama dengan Mi Rae.
"Selamat ulang tahun, Jae Bum," ucap sang ayah, Lee Hyuk Jae dengan lembut sambil mencium kening dan kedua pipi Jae Bum. "Tidak terasa jagoan ayah sudah berusia 15 tahun dan sudah mau beranjak dewasa ya," tambahnya dengan mencubit pipi Jae Bum.
Ruang tamu dan ruang makan di sulap menjadi ruang pesta bagi Jae Bum yang di hadiri oleh teman-teman sekolahnya yang berjumlah 15 orang. Sisanya, mereka menyaksikan moment tersebut dari luar karena ruangan tersebut sedikit sempit.
Hyuk Jae dan Mi Rae memberikan hadiah ulang tahun pada Jae Bum. Mirae yang menghadiahkan berupa tas dengan warna kesukaan Jae Bum, hitam. Sedangkan Hyuk Jae, menghadiahkan sepatu bola berwarna hitam.
"Wah, terimakasih ayah, ibu. Aku senang sekali," jawabnya sumringah.
"Iya sayang sama," jawab Mi Rae.
"Em tapi ..." Jae Bum tiba-tiba murung dan menundukan kepalanya.
"Tapi kenapa?" Tanya Mi Rae khawatir. "Em ... semuanya, silahkan jika ingin memberi kado bisa di taruh saja di atas meja sana dan selamat menikmati hidangan kecil yang sudah kusiapkan di meja makan teras rumah ya. Maaf jika menghidangkan makanan di luar karena tidak cukup ruangan untuk menampung," jelas Mi Rae agar teman-teman Jae Bum mengerti.
"Iya tidak apa-apa bi. Yang penting masakan bibi enak," sahut Somi yang berwajah blasteran itu dengan malu-malu.
"Syukurlah," ucap Mi Rae lega.
Semua teman-teman Jae Bum menaruh hadiah, lalu pergi keluar untuk menikmati makanan sederhana buatan Mi Rae berupa tteokboki, jjapchae, mandu goreng dan rebus, dan Mochi.
"Sayang, kenapa hem?" Tanya Mi Rae dengan tatapan sayu sambil mengelus rambut Jae Bum.
"Hye Rim ..."
"Apa?"
"Hye-hye Rim. Dia tidak datang," ucapnya dengan raut wajah sedih.
Mi Rae dan Hyuk Jae kemudian saling melempar tatapan bingung.
"Dia pasti datang, Nak," ucap Hyuk Jae, berusaha untuk menenangkan Jae Bum.
"Mana? Buktinya sampai pesta selesai, dia tidak datang," keluhnya.
"Ka Jae Bum," panggil sebuah suara mungil dari arah belakang Jae Bum.
"Hye Rim?" Ucapnya terkejut.
Hye Rim yang setengah berlari itu tengah membawa 1 buah kado berukuran sedang yang di bungkus kertas kado berwarna merah. Gadis berusia 7 tahun itu terlihat sangat anggun dengan balutan dress putih selutut serta rambut panjangnya yang dikuncir 2.
"Ini aku bawakan kado untuk kakak," ucapnya yang menyodorkan kado yang ia bawa.
"Tuh kan, apa ayah bilang ... Hye Rim pasti datang," sahut Hyuk Jae.
"Kadonya langsung aku buka ya?"
Hye Rim mengangguk dengan senyum yang masih terus terpancar.
Saat Jae Bum membuka kado dari Hye Rim, raut wajahnya menjadi bingung. "Ini kan Sailor Moon. Ini mainan anak perempuan," ucapnya memberitahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUE LOVE [SUDAH TERBIT]
Fanfiction⚠️ BUKU SUDAH BISA DI PESAN VIA SHOPEE, TOKOPEDIA DAN INSTAGRAM @SEMESTA PUBLISHER Kisah seorang bintang idol Korea yang mencintai wanita bercadar asal Indonesia yang di dalamnya terdapat alur perjalanan cinta yang menuai konflik, dan pemfitnahan se...