Di satu sisi, Khadijah sedang menerima telepon dari Ka Chae Young yang berencana ingin menyusulnya ke Pulau Nami.
"Kapan kakak sampai?"
"Siang ini aku dan anak-anak sampai. Anak-anak tidak sabar ingin bertemu denganmu dan Fatimah," ujar Chae Young.
"Benarkah? Wah aku senang sekali mendengarnya," jawabnya antusias. "Aku dan Fatimah akan menyambut kalian di tempat penginapan kami."
"Sebenarnya tidak perlu repot-repot, Khadijah."
"Ah, tidak sama sekali kok. Aku malah senang menyambut mereka, apalagi aku akan menyambut mereka dengan membuat kue cokelat. Mereka pasti suka," ujarnya yakin.
"Iya tentu. Ya sudah aku tutup teleponnya ya, maaf sudah mengganggu."
"Iya tidak apa-apa kok."
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Khadijah menutup telepon dengan perasaan bahagia. Dirinya bersiap untuk membeli bahan kue di supermarket terdekat. Sebelum Chae Young menelepon, Khadijah sudah beberapa kali menelepon Fatimah, namun tak kunjung terangkat, bahkan sms pun tak kunjung di balas. Mungkin dia sedang sibuk memotret pemandangan di sekitar sini, pikir Khadijah.
Beberapa detik kemudian, ponselnya bergetar.
"Fatimah?" gumamnya.
"Assalamualaikum Khadijah. Kamu sekarang ada di mana?"
"Wa'alaikumussalam. Aku masih di penginapan. Kamu di mana? Kenapa baru menelepon?"
"Maaf panggilan kamu ga begitu terdengar olehku karena aku lagi sibuk memotret. Terus kamu mau ke mana?"
"Aku mau ke supermarket, mau belanja bahan kue. Aku akan masak kue cokelat untuk anak-anak."
"Oh begitu ... em, tapi sebelum ke supermarket, bisa ga kita ketemu dulu? Kita ketemu di pinggir danau, bagaimana? Kamu tau tempatnya, kan?"
"Yang di depan penginapan kita?"
"Iya. Aku tunggu di bangku kayu pinggir danau ya. Ada hal yang ingin aku omongin sama kamu."
"Ya udah, aku ke sana sekarang ya. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsallam."
Khadijah cukup berjalan kaki untuk sampai ke tepi danau yang lumayan sepi pengunjung. Pengunjung biasanya mengunjungi spot wisata yang kental dengan nuansa drama Winter Sonata atau mengunjungi spot yang banyak daun berguguran di tengah pohon-pohon yang berjajar tinggi menjulang.
Sekitar 5 menit, Khadijah sampai. Ia sudah melihat Fatimah yang tengah menyeruput kopi hangat di tengah bangku kayu sembari memandangi danau yang tenang.
"Assalamualaikum," salam Khadijah dengan ramah.
"Wa'alaikumsallam. Ini aku bawa kopi buat kamu. Kita ngobrol sambil ngopi aja," ujarnya yang menyodorkan kopi hangat.
"Wah, terimakasih," balasnya
dengan menyeruput kopi hitam manis. "Oh iya, kamu mau ngomongin apa, Fatimah?"Fatimah mengambil posisi yang pas untuk mengobrol dan wajahnya berubah agak serius.
"Sebelumnya aku mau kasih tau kamu kalau Ka Jae Bum itu adalah sahabat masa kecilku."
Khadijah membelalak. "Benarkah? Wah aku agak shock dengernya. Tapi, kenapa kamu ga kasih tau aku di awal?"
"Karena aku ga inget sama sekali kalau Ka Jae Bum adalah sahabat kecilku, Khadijah. Aku ngerasa, dia itu adalah orang yang aku lupakan dan ga bisa aku inget," jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUE LOVE [SUDAH TERBIT]
Fanfiction⚠️ BUKU SUDAH BISA DI PESAN VIA SHOPEE, TOKOPEDIA DAN INSTAGRAM @SEMESTA PUBLISHER Kisah seorang bintang idol Korea yang mencintai wanita bercadar asal Indonesia yang di dalamnya terdapat alur perjalanan cinta yang menuai konflik, dan pemfitnahan se...