Rena memicinkan mata, hp dengan casing hitam legam di atas mejanya adalah hal yang asing di matanya.
“ini hp nya siapa?” Rena mengambil hp tersebut kemudian menekan tombol on
Dari wallpapernya Rena sudah bisa menebak sang pemilik Hp tersebut
“ooh… hp nya om Bintang” Rena tertawa geli, bahkan dengan menyebut nama Bintang pun dia merasa seluruh tubuhnya tergelitik. Bagaimana tidak, Rena bahkan tidak dapat berhenti menjilat bibir nya hanya untuk sekedar merasakan kembali sensasi kecupan dari Bintang.
Tidak peduli lagi tentang istri Bintang atau tentang Fika, yang pasti saat ini Rena merasa bahagia. Lupakan dulu tentang hal itu sejenak, biarkan Rena menikmati perasaan girangnya.
Terlintas kembali kejadian 10 menit yang lalu
“dengarkan aku, kebenaran pertama yang ingin ku beritahu adalah aku mencintaimu sebelum atau pun setelah kamu koma” Ucap Bintang setelah mengakhiri kecupan
Rena masih terpaku, tak ada kata yang mampu dia ucapkan. Merasakan kecupan dari Bintang pun sudah membuatnya terasa tidak berpijak di bumi. Di tambah dengan ucapan yang barusan. Rena sudah berada di langit ketujuh saat ini
“untuk selanjutnya aku akan menjelaskan semuanya secara perlahan, jadi aku mohon sampai aku selesai jangan dengarkan apapun dari siapapun” Bintang memegang kedua pipi Rena kemudian menyentuh hidung Rena dengan ujung hidungnya
Rena mengangguk. Hanya bisa mengangguk.
“istirahatlah, aku akan menjelaskan nya lagi besok”
“have a nice dream my angel”
Rena senyum-senyum lagi mengingat itu. Tapi untuk saat ini Rena harus mengembalikan hpnya Bintang.
Bintang memasuki kamarnya, dengan senyum mengembang yang membuat seluruh bidadari penghuni surga akan meleleh melihatnya.
Tidak merasa curiga terhadap apa pun perubahan di kamarnya, termasuk lampu yang sekarang sudah mati. Bintang hanya langsung membuka baju kemudian membuang tubuhnya di tempat tidur.
Barulah dia terkejut saat merasakan bukan hanya ada dia di tempat tidur nya. Bintang langsung bangun kemudian menyalakan lampu.
“Fika, kamu ngapain di sini?” Tanya Bintang, dia mengepal kedua tangan nya, menahan dirinya untuk tidak memukul perempuan itu sekarang
Fika hanya diam, menutupi badan nya sampai di dada dengan selimut
“om hp lo ketinggalan di kamar gue..” kata Rena yang langsung membuka pintu kamar Bintang, namun sedetik kemudian raut wajahnya berubah total
Melihat Fika diatas tempat tidur, tanpa pakaian. Dan Bintang yang juga saat ini tidak memakai baju. Bagaimana mereka akan menjelaskannya?.
Tapi Bintang tidak punya kesempatan untuk menjelaskan karena Rena sudah membuang hpnya begitu saja dan berlari keluar.
Bintang segera memasang bajunya dan mengejar Rena
Entah apa yang ada di pikiran Rena saat ini, dirinya hanya ingin berlari kencang meninggalkan rumah itu sekarang.
Terbang setinggi mungkin kemudian terjatuh rasanya sakit, sangat sakit.
Rena mengendarai mobilnya dan pergi dalam kegelapan malam di tengah hujan deras. Rena teriak kencang di dalam mobil yang melaju kencang namun teredam oleh suara hujan dan petir yang juga semakin besar.
Bintang mengikuti Rena, tapi dengan kondisi hujan lebat membuat Bintang kesulitan mengejar mobil Rena yang melaju seperti tanpa rem.
Mobil Rena melaju terlalu kencang di jalan yang licin membuat Rena kesulitan saat berpapasan dengan truck, Rena tidak dapat mengendalikan mobilnya sehingga tabrakan tidak terhindari.
Mobil Ferrari putih milik Rena terpental sejauh 10 meter dan Rena yang tidak memakai sabuk pengaman terlempar keluar dari mobil.
Rena terlentang di atas aspal, bersimpah darah. Bagian yang paling parah adalah perutnya yang tertusuk beling kaca mobil, kepalanya yang terbentur keras, dan darah yang berceceran larut bersama air hujan
Rena menatap langit yang gelap, sesekali mengeluarkan kilat dan petir. terlintas dalam ingatan nya kecelakaan yang menimpanya bersama ibunya lima tahun yang lalu. Kemudian terlintas juga bagaimana dia menjalani hidupnya setelah kecelakaan itu, bagaimana dia bertemu Bintang, bagaimana Fika bisa ada, bagaimana dia benci sama Fika dan Rendy dan masih banyak lagi.
Rena mengingat semuanya dengan nafasnya tersengal-sengal dan terasa sudah berada di ujung tengorokan, Rena mengerang kesakitan dan sempat tersenyum sebentar.
“Ma.. Rena datang”
Akhirnya keinginan Rena untuk segera menyusul mama nya terkabulkan, ini adalah saatnya. Rena benar-benar akan datang kepada mama dan papa.
“Bintang” lirih Rena sebelum akhirnya dia menutup mata dan tak merasakan apa-apa lagi
Butiran air hujan yang turun terasa membunuh setiap sel darah Bintang, membekukan seluruh nafasnya.
Menatap Rena tak bergerak di atas aspal.Seperti seluruh air hujan yang mengalir berubah menjadi darah. Menghilangkan seluruh cahaya dan meruntuhkan langit tepat di atas kepala Bintang.
Kegelapan datang seperti menelan mereka berdua.
Bintang memeluk erat tubuh dingin Rena.
Tuhan telah menyelamatkan Rena dua kali, apa mungkin Tuhan masih mau berbaik hati untuk ketiga kalinya.
***
Bintang memegang bunga mawar putih di tangan nya. Memandang sendu pada batu nisan abu-abu yang ada di depannya. Bunga yang kemarin dia bawa belum layu, namun Bintang tetap meletakkan lagi bunga yang baru.
Ini adalah kali ke seratus dia datang ke makam itu, semenjak kejadian malam itu makam ini menjadi tempat yang selalu di datangi Bintang setiap hari, dan sekarang hari ke seratus orang yang Bintang sayangi terbujur kaku di dalam makam dengan nisan abu-abu itu.
“Bintang pamit” Ujar Bintang lalu mencium batu nisa abu-abu tersebut.
Bintang melangkah mundur sambil terus menatapi makan tersebut. Air matanya jatuh tidak dapat mengalihkan pandangan dari sana. Sulit rasanya bila mengingat kembali malam itu, sangat sulit.
***
Bintang berjalan lambat dari dalam kamarnya keluar rumah. Setiap langkah yang dia ambil mengingatkan nya pada kenangan di rumah itu. Saat ini rumah itu terasa sangat sepi, rumah sebesar itu hanya ada dia dan pembantu bi minah.
Di setiap sudut rumah terlihat bayangan Rena, yang kini tidak ada lagi. Tak ada lagi senyum Rena di sana, tak ada lagi tingkah manja Rena di sana, tak ada lagi amarah Rena di sana, tak ada lagi kenakalan Rena di sana. Yang tertinggal hanyalah kenangan.
“Bi tolong jaga rumah baik-baik ya, aku belum tau akan kembali kapan” Pamit Bintang pada Bi minah
“Iya den, rumah ini sekarang sangat sepi den, saya juga sangat merindukan non Rena dan madam” Bi minah meneteskan air mata mengingat kembali Rena dan oma Ratna
“saya merasa seperti akan mati merindukan mereka” Ujar Bintang
Tak ingin tinggal lebih lama lagi di rumah besar itu, kesunyian terasa mecekiknya. Bintang segera keluar membawa koper besar nya. Tujuan nya adalah inggris, pergi ke Negara impian Rena mungkin akan membuatnya baik-baik saja di sana. Meninggalkan semua kesedihan di tempat ini.
***
THE END???
Iya kah...???
Belum lah..

KAMU SEDANG MEMBACA
JELAGA HATI (REVISI)
RomantizmRena itu troublemaker banget, belum lagi kebiasaan nya yang suka dugem, mabuk-mabukan, temperament dan terlibat dalam masalah. Pokok nya dia adalah paket complete pemberontakan anak remaja. Wajar jika oma nya memaksa dia menikah untuk bisa memperba...