28 Koma

5.6K 434 25
                                    

Menyerah 
coba jelaskan apa semudah itu untuk menyerah??
seperti mengangkat tangan ke camera atau melambaikan bendera putih??
nyatanya menyerah pun tidak semudah itu

"

"Tentang kemotherapy itu, aku mau melakukan nya dok" Ujar Rena pada dokter Hendra, ekpresi nya seolah yakin namun takut. Bukan takut akan kemotherapy nya tapi takut akan semua kata terlambat yang kini mengekang batin nya.

Sejenak perkataan itu membuat dokter Hendra tertegung, berulang kali dia gemerjap hanya untuk meyakinkan dirinya tidak salah mendengar atau melihat orang yang mengatakan itu.

"Aku akan mencoba kemungkinan apapun itu asalkan aku bisa bertahan lebih lama sambil menunggu donor yang pas?"Sambung Rena, mata nya berkaca-kaca.

"Saya sudah menanti kamu mengatakan ini sejak lama Ren, tentu saja semua kemungkinan itu ada Ren, dan aku akan mengusahakan kesembuhan untuk mu. Asal kamu mau berjuang bersama ku" dokter Hendra sangat semangat untuk hal ini, setelah sekian lama dia melihat tatapan kosong tanpa harapan di mata Rena, akhirnya ada sedikit keinginan untuk sembuh disana.

"Tolong jaga aku baik-baik dok, karena aku ingin hidup lebih lama, jangan biarkan aku mati"Baik, boleh kah Rena tidak memohon itu, karena tanpa memohon pun dokter Hendra pasti mengusahakan yang terbaik untuk nya.

Entah proses apa pun yang telah mengubah pikiran gadis ini dokter Hendra tidak penasaran yang pasti saat ini dia memiliki kesempatan untuk melakukan yang terbaik.

"Apa Bintang dan oma Ratna tau?" tanya dokter Hendra

Rena menggeleng pelan "Mereka tidak tau apa-apa dan saya tidak ingin mereka tau, jangan buat mereka khawatir, dan saya janji akan bertahan sesulit apapun itu"

"Apa kamu tidak ingin mencoba donor dari Fika?" Dokter Hendra ingin mencoba kemungkinan yang lebih baik andai saja Rena mau.

"Jangan Fika dok, saya akan menahan sakitnya kemo, tapi jangan Fika, karena saya tidak akan bisa memaafkan diri saya kalau sata menerima donor dari Fika, Sayang tidak bisa hidup dengan terus-terusan merasa menghianati ibu saya jika saya hidup dari bantuan Fika" Rena sangat yakin meminta hal ini.

"Baik lah, hari ini kita mulai kemo tahap pertama, bertahan lah meskipun itu sakit, saya akan menjagamu"  

Bertahan atau meyerah itu hanyalah pilihan, tentu saja setiap orang memiliki kesmepatan yang sama dalam setiap pilihan. Hanya kadang ada alasan lain untuk tidak memilih di mana seseorang membiarkan dirinya menjadi patung dalam takdir nya sendiri. Rena pernah menjadi itu, bahkan dengan lancang menatang kematian itu sendiri hanya karena membenci kehidupan nya sendiri.

Namun Tuhan maha baik, dia selalu bernegosiasi dengan cara yang halus. Seperti Tuhan mengirim Bintang untuk Rena untuk membuat Rena mengerti bahwa dia tidak pernah sendirian dan kasih sayang yang dia rindukan itu ada di sisi nya. Hanya perlu beberapa scene dari takdir untuk membuat nya yakin.

Rena akhirnya memiliki setitik kenyakinan bahwa dia mampu bertahan dan sembuh dari penyakitnya. Sebut saja itu bukan keyakinan, tapi itu adalah harapan.

Meskipun tak pasti apakah dia bisa mendapatkan donor yang cocok untuknya dalam waktu dekat namun kemotheraphy dia berharap akan membuatnya mampu bertahan lebih lama, setidaknya begitulah perkiraan medis dan itu lah harapan Rena

Mengenai Fika, Rena sama sekali tidak ingin membahas tentang donor dari Fika meskipun kemungkinan cocoknya 90% karena mereka adalah saudara. Rena tidak ingin dan tidak akan menerima itu dari Fika.

Ini bukan tentang karena Rena sangat membenci Fika tapi ini juga tentang kesetiaan Rena kepada ibunya. Dia tidak akan menghianati ibunya dengan menerima bantuan dari seseorang yang telah menyebabkan ibunya menderita dan meninggal dunia.

Rena benar-benar memilih tetap merahasiakan ini. Selain karena Rena sudah terlanjur merahasiakannya Rena juga tidak ingin membuat mereka khawatir. Dan yang paling penting adalah Rena tidak ingin mereka merasa kasihan padanya, Rena tidak ingin seseorang menatapnya dengan rasa ibah, sekuat tenaga Rena membangun tembok egonya agar dia terlihat kuat selama 5 tahun ini dia tidak ingin merusaknya.

Atau alasan lain nya, dia tidak ingin Bintang melihat nya kesakitan.

Bintang paham itu, sangat memahami semua alasan itu. Dan itu lah yang membuat nya memilih diam-diam merayu Tuhan untuk membuka harapan di hati Rena. Seperti saat dia merayu Tuhan untuk sepakat dengan nya menjadikan Rena sebagai takdir nya maka kali ini dia juga merayu Tuhan untuk sepakat dengan nya memberi semangat hidup pada Rena.

Jika Rena memilih menyembunyikan tentang penyakit nya itu, maka Bintang juga berhak untuk memilih pura-pura tidak tau akan semua itu. Bukan untuk berpasrah begitu saja, namun ini adalah cara terbaik untuk merayu Rena. Merayu nya dengan kehidupan yang lebih indah yang akan dia dapatkan jika bertahan hidup lebih lama lagi.
  
Dia, si pemilik bola mata indah indah itu, mengintip dari balik tirai menatap istri nya yang sedang mengumpulkan segenap keyakinan untuk menjalani kemotheraphy. Bola mata yang mulai berkaca-kaca memandang perih pada tubuh kurus itu.  Hanya tatapan itu yang mampu memeluk Rena.

Seperti semalam dia yang berpura-pura tidur agar Rena tidak melanjutkan kalimat tanpa harapan nya

"Bintang, bagaimana kalau umur ku tidak lama lagi?" Tanya Rena dengan suara lirih dan sangat pelan, sebagian dari dirinya berharap Bintang tidang mendengar nya, sebagian lagi berharap Bintang sudah tidur dan benar-benar tidak mendengarnya.

Bintang tidak merespon kalimat itu, dia hanya diam, kedua bola mata indah itu sudah tertutup rapat. Terdengar dengkuran halus yang semakin meyakini Rena bahwa Bintang benar-benar telah tertidur. Lega! ya! sebut saja Rena lega karena memang tidak seharusnya dia mengucapkan kalimat itu.

Jangan melihat ke sudut mata itu Ren, please jangan. Karena ada butiran air mata di sana yang susah paya Bintang sembunyikan untuk untuk melihat kelegaan itu dari mu. 

Pelukan itu adalah isyarat Ren, Bintang tak akan akan merelakan kepasrahan mu untuk segera pergi. Tak akan.

Dokter Hendra didampingi dokter Bintang secara diam-diam melakukan tindakan kemotherapy pertama Rena dengan penuh harap Rena bisa lebih baik, melihat semangat yang ada di mata Rena dan harapan yang mulai kuncup membuat dokter Hendra optimis Rena bisa melaui tahap-tahap kemotherapy dan beratahan selama mungkin sampai mereka menemukan cangkok sumsum tulang belakang yang cocok untuk Rena.

Tak ada yang terlewatkan dalam setiap pemeriksaan yang Rena lakukan. Semua yang di lakukan adalah yang terbaik,  baik itu Bintang atau pun dokter Hendra.  Namun tubuh Rena memang sudah terlalu lemah, dan alkohol yang selalu di minum Rena berpengaruh lebih buruk pada kondisi tubuhnya.

Rena tidak mampu menahan sakitnya kemotherapy dan langsung kolaps. Dia tidak sadarkan diri sesaat setelah kemotheraphy. Tak ada respon verbal ataupun motorik. dari hasil pemeriksaan GCS (glassglow coma scale) Rena menunjukan kondisi Koma.

Dia Koma

JELAGA HATI (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang