20 Rayuan

4.3K 362 3
                                    

Aku ingin kita berdamai. Melepaskan kebiasaan palsu yang membuat kita berpura-pura bahagia ---Bintang----


"Ren aku boleh gak ikut sama kamu ke sekolah? Karena di sekitar sini gak ada angkot" Tanya Fika pada Rena yang saat ini sedang mengikat tali sepatunya. Mereka sedang bersiap ke sekolah.

Fika sepertinya sudah sangat sehat, karena sudah bisa membuat mood Rena rusak lagi. Harus kah dia merusak nya sepagi ini? Tidak bisa kah dia memberi kesempatan Rena untuk mengatur nafas dulu?

Rena menatap sinis pada Fika "Lo pikir gue peduli ama lo? Gue gak sudih ya mobil mahal gue di sentuh anak dari wanita murahan kayak lo" Caci Rena pada Fika dengan tatapan sinis, dia bahkan menjadi tidak karuan mengikat tali sepatunya. Harusnya cara menyimpul nya mudah, tapi karena syaraf nya kacau, ikatan sepatu jadi sekacau syaraf nya.

Bintang yang baru menuruni tangga memperhatikan gerakan tak karuan Rena mengikat tali sepatu nya sendiri, dia kemudian menaruh tas yang di pegang nya lalu berlutut di depan Rena, membantu gadis sinis itu mengikatkan tali sepatu nya "Ren Fika kan cuma mau numpang, karena hari ini pak Mamang lagi antar oma, gak ada salahnya kan dia ikut kamu, kan kalian searah" Sahut Bintang memberi saran yang semakin merusak hari Rena.

"GUE GAK MAU" Kata Rena singkat dan tegas langsung berdiri setelah tali sepatunya selesai di ikat kan, dia tidak ingin lagi memulai perdebatan panjang atau mendengar Bintang membela Fika yang pada akhirnya akan merusak semangat paginya yang memang sudah sangat menipis.

Setibanya di sekolah Rena langsung ke lapangan basket, Rena hanya bermain santai sendiri, ini memang masih terlalu pagi untuk bermain basket, bahkan siswa yang lain nya baru saja tiba.

Lagi lagi Mood Rena menjadi semakin gelap dan suram saat melihat mobil Bintang masuk di parkiran dan Fika turun dari mobil tersebut.

"Jadi dia yang mengantar Fika, hebat banget anak sialan itu" Decak tak suka Rena sambil tersenyum kecut. Dia sangat muak melihat adegan itu membuatnya refleks melempar bola basket yang di tangan nya ke arah mobil Bintang, dan bola itu mendarat tepat di kaca depan mobil hampir mengenai Bintang yang baru saja turun dari mobil.

Tentu saja bola itu membuat Bintang dan Fika terkejut. Lebih terkejut lagi saat Bintang menoleh ke arah datangnya boleh dan dia melihat Rena sedang berdiri di tengah lapangan, tak perlu di jelaskan dengan tatapan horornya pun Bintang sudah paham kalau Rena sedang protes keras.

"Rena" Panggil Bintang, sepertinya dia mulai berfikir bagaimana cara merayu mahluk indah dengan tatapan horor itu.

"Dia pasti marah kak melihat kakak mengantar Fika"Ujar Fika mulai merasa takut dengan yang akan terjadi selanjutnya.

Bintang memugut bola yang tadi hampir menimpanya kemudian berjalan ke arah Rena "Ring nya ada di sana" Kata nya sambil menunjuk ring basket dengan dagu nya.

Rena memutar matanya, dia semakin gerah dengan sikap Bintang yang seolah-olah tidak ada masalah. Gadis langsung merampas kasar bola dari tangan Bintang "Kalo lo memang sangat peduli padanya, kenapa gak sekalian lo nikah nya sama dia ajah" Ketus Rena

"Aku ke sini bukan untuk sengaja mengantar Fika, hanya kebetulan karena kepala sekolah memohon untuk aku datang dan Fika belum dapat tumpangan jadi bareng" Bintang mencoba untuk menjelaskan jika masih ada satu syaraf Rena yang normal ingin menerima penjelasan itu dan tidak lagi marah.

Tapi tentu saja tidak ada syaraf yang normal saat ini, semua nya lumpuh di balik gelap nya emosi "Bodoh amat. Lo mau sengaja, gak sengaja, gue gak peduli" Cacar Rena melempar kembali bola basket nya kearah Bintang kemudian beranjak dari lapangan setelah berhasil membekukan seluruh suasana dengan tatapan dingin nya.

JELAGA HATI (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang