19 Tangisan

4.1K 363 6
                                    


Yang menetes itu hanyalah butiran air mata, tapi membawa debu terperih yang berserakan menjadi jelaga, yang terdengar hanyalah suara terseduh tapi mengalunkan nada-nada kelelahan dari jiwa yang runtuh dalam peluh. Hati dan jiwa yang selama ini saling merangkul dalam kedinginan, dalam relung yang begitu dalam dan temaram.

TANGISAN

Cowo ganteng dan anak sekolahan yang sedang dalam masa pubertas adalah dua hal epic yang sulit yang sulit di pisahkan di masa remaja. Semua siswa menyukai cowo ganteng, baik itu dia yang dalam kadar bad boy atau dia yang dalam kadar smart.

Bintang berada di kadar smart, wajah ganteng nya yang selalu menolak tua membuat para murid berfikiran dia masih anak SMA. Belum lagi pembawaan yang begitu kalem, meleleh lah mereka di siang panas ini.

"Dia lagi, si malaikat ganteng" Celetuk salah satu siswa saat melihat Bintang memasuki pintu gerbang. Kemudian kerumunan mulai memadati koridor di mana Bintang berjalan, mereka berbaris seperti pagar ayu.

Sefa dan Dinda sebagai orang yang sangat mengenal Bintang saat ini tidak akan melewatkan kesempatan terbaik untuk pamer teman terbaik. Anggap saja mereka memang teman.

"Hai kak Bintang" Sapa Sefa dari kejauhan dengan suara yang penuh semangat, hingga semua orang mendengar suara nya dan tau kalau Sefa mengenal lelaki berwajah tampan itu.

Sefa dan Dinda berlari kea rah Bintang, melesat dengan cepat melewati kerumunan siswi yang hanya bisa kagum dengan menelan air ludah.

"Hai Sef, Din" Sapa Bintang.

"Tumben ke sini kak, ada urusan ya?" Tanya Dinda

"Rena mana?" Bintang bertanya balik untuk menjawab pertanyaan Dindan.

Sefa dan Dindan saling bertatapan heran "Rena tidak ada di sekolah" Jawab Sefa polos.

Bintang mengerutkan kening, perasaan pagi tadi Rena berpakaian sekolah dan pergi dalam keadaan marah, kalau dia tidak ada di sekolah dan kedua sahabat nya ada di sekolah maka bisa di pastikan dia keluyuran sendiri dalam keadaan hati yang tidak enak,

"Dia tidak ngomong sama kalian mau ke mana?" Tanya Bintang lagi.

"Tadi pagi sih dia ada kok, tapi kerena mood nya gak enak gitu jadi cabut, ngomong mau ke mana" Jelas Dinda.

"Iya kak, karena Rendy datang ngasih bubur kacang ijo dia jadi semakin gak mood" Sefa keceplosan di kode tatapan tajam dari Dinda karena hal itu.

"Rendy teman masa kecil Rena" Tanya Bintang, ternyata dia sudah tau tentang Rendy "Jadi dia masih membenci nya?" Sambung Bintang lagi.

"Benci banget kak, pokok nya setiap melihat Rendy mmood Rena jadi angker" Dinda menjawab dengan cepat.

Bintang tertengun, Bahkan dengan kehadiran Rendy tidak berhasil membuat Rena berdamai dengan masa lalu nya "Ya sudah, Terimakasih ya. Aku mau cari Rena dulu. Kalau kalian ketemu kabari aku ya"

"Oke kak"

****

Rena menonaktifkan hp nya, dia sengaja tidak ingin di ganggu oleh siapapun saat ini. Dia benar-benar ingin menyendiri di tempat yang sunyi tanpa suara apapaun dan tanpa siapapun yang menganggu. Bukan clubbing bukan alkohol, yang dicari Rena saat ini adalah tempat yang tenang.

Dia teringat akan satu tempat yang bisa memberinya ruang untuk sendiri. Tempat itu adalah tempat di mana Bintang pernah membawanya , sebuah bukit yang sunyi di pinggiran kota Jakarta satu-satunya tempat yang menjadi tujuan nya saat ini.

Bukit itu memang sangat sepi, Rena duduk sendirian di atas bukit beralaskan alang-alang diselimuti cuaca dingin di temani Pemandangan kota dari kejauhan dan langit mendung. Tapi kali ini Rena tidak peduli itu, dia hanya duduk terdiam, pandanganya kosong ke depan, matanya berkaca-kaca.

JELAGA HATI (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang