ALBARA - RUN

194 7 0
                                    

   Kilau cahaya karna pantulan  kaca kini membuat matanya menyipit, keringat pagi menyapa sekujur wajah dan badan nya, harum bunga dengan campuran permen karet itu kini berganti menjadi bau soto favoritnya,sedikit masam dan sedap.
Ia tidak mengeluh meski sudah melangkahkan kakinya mengelilingi lapangan beberapa kali.
Ditengah sibuknya menjelajah lapangan dengan iringan sinar yang menyatu dengan kulit, langkahnya tiba tiba berhenti saat seseorang berusaha mensejajarkan langkah kakinya dengan dirinya. Matanya masih terpaku dan sedikit menampilkan senyum manis dengan lesung di sebelah pipinya.
Kini ia sudah berlari beriringan, dan melawan terik matahari dengan semangat 45 nya.

"Semangat banget sih, udah jangan cepet cepet larinya,lagian ngejar siapa sih?" Goda barra sembari mengacak rambut alice yang sudah di kuncir kuda.

"Ngejar masa depan lah" balas alice singkat sembari melirik ke arah barra yang sudah tersenyum jahil.
" lagian Kalo pelan nungguin siapa?" Sambung nya kembali.

"Masa lalu lah" sahut nada dari belakang yang sudah siap dengan lari cantik nya, kipas di tangan kiri dan tisyu di tangan kananya kini sudah melengkapi pelajaran penjasnya kali ini.

Sontak teriaknya membuat alice dan barra reflek mendongakan kepala ke arahnya.
"Mong pa si lu" balas alice sengit sembari memutarkan bola matanya malas.
Sedangkan rafel hanya terseyum kecil lalu melanjutkan larinya mendahului alice dan lala.

"Nyamber aja kayak gledek"
Ucap al sembari menyentil dahi mulus nada yang terlihat ada sedikit keringat tepat di keningnya.

"Awh, sakit pinter!" Balasnya reflek sembari mengusap dahinya yang memerah karna sentilan alice.
"Mending gua nyamberan,la elu gak jelas banget, pakek ngomong ama gua bahasa alien segala lagi, mana ngarti gua" sambungnya kembali.

Kini perkataan nada berhasil mengocak perut alice yang tadinya sebal kini menjadi memerah karna menahan tawa.
" loh yang telmi, semut aja ngarti apa yang gua omongin" balas alice sinis sembari melirik ke arah sarang semut di bawah batu yang baru saja ia lewati.

" Bisa beneran al? Seriusan?" sahut nada kini mulai mengesalkan yang hanya di balas dengan anggukan.

"Coba jelasin". Ucap nada menantang.

"Jadi, sebelum adanya semut, alien itu udah ada, dan semut diciptain itu supaya bisa membantu anak dari alien alien itu tumbuh dan berkembang, maka dari itu semut di les in bahasa alien, ngarti deh jadinya" jelas barra panjang lebar, melihat alice yang sudah mulai berkeringat ia mengulurkan sapu tangan biru dongker dan langsung di sambut semangan oleh alice.

"La kalo pas les semutnya tidur,kan jadinya kagak ngarti bahasa alien, kenapa ini bisa?" Balas lala sedikit membuat kepala alice dan barra yang tidak bermasalah kini merasa panas.

" waktu itu semutnya kagak jadi tidur gara gara gue tampol pakek gagang panci, kan jadinya ngarti sampe sekarang, lo mau juga" balas alice mulai emosi dan kesal.

"Gajelas lu berdua"

Teriak seorang perempuan yang kini sedang melangkahkan kakinya untuk berlari mendahului nada dan alice dengan perdebatan-perdebatan tidak berfaedahnya itu.
Kedua tanganya mengepal siap untuk melaju,dan lengkap dengan seragam ketat yang mungkin sudah melanggar peraturan di sekolahnya.

"Nyamber mulu kayak gledek" balas nada jutek.
Sedangkan alice hanya memalingkan bola matanya, merasa malas untuk meladeni virus seperti n🤗🤗🤗🤗🤗 ini.

"Orang cantik mah bebas" sahut nana sembari mengibaskan ramputnya yang dibiarkan terurai, ingin rasanya menjambak rambut nya yang sudah mirip dengan kuntilanak, dan dengan tisyu di tanganya, ia berlari mendahului alice dan nada yang masih sibuk menatap dirinya entah dengan tatapan apa.

ALBARA - (Jatuh Cinta Itu Lucu)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang