ALBARA -Ular! (New)

155 7 0
                                    


"Begitulah ular, jika lawan nya lengah"

______________________________________
Diam diam memperhatikan.

Hanya itulah yang mampu di lakukan nada di setiap hari nya.
Tak punya hak melebihi teman untuk memberi perhatian atau sikap berbeda pada barra yang masih berstatus teman nya, bahkan pacar sahabatnya.

Menjadi seseorang yang mengagumi seseorang dalam diam, bukanlah keinginanya. Sudah dari awal teman teman nya mengingatkan, bahwa barra hanya berniat iseng padanya, bahkan barra sendiri sudah bilang tidak akan menanggung semua jika dirinya benar benar terperangkap.

Iseng?? Knapa harus padanya, apa alice juga menjadi bahan isengan nya? Jika benar, ia tidak akan terima, lebih baik dirinya yang terluka dari pada alice sahabatnya.

Terlalu banyak pengorbanan yang di lakukan alice untuk nya, hingga kata penghianatan saja tak sanggup ia ucapkan saat bersama denganya.

Alice baik, benar benar baik.

Dulu ia juga yang membantu nya melabrak adik kelas yang berusaha menjadi pelakor dalam hubungan nya dengan fiki mantan pacarnya.

Alice juga yang memberi laki laki jalang itu dengan sebuah hadiah,berupa pukulan tepat di wajah nya. Mampu kah ia menghianati alice jika sudah ingat akan semua hal yang pernah di lakukannya.

Ini sulit, antara perasaan dan persahabatan.

Nada menatap cermin di hadapanya, ia benci melihat bayangan wajah nya,kenapa harus wajah ini yang ia miliki, ingin rasanya ia buang jauh jauh akan wajah yang di anggap nya membawa sial ini.

Ponsel nya berdering, sudah ada sepuluh penggilan tak terjawab dari salah satu kontak di layar ponsel nya yang ia beri nama "Penghianat!!"

Dengan malas ia memgangkat telfon itu, sudah ada suara laki laki di kejauhan sana.

" Jadi kan?" Tanya fiki yang sudah siap menunggu nya di depan rumah.

Kemarin ia ditawari berangkat bareng, sudah seribu kali penolakan ia berikan, namun rasanya percuma saja. Mama nya sudah terhipnotis dengan rayuan laki laki jalang itu.

"Hmm"

" Gausa buru buru, masih pagi, sarapan aja dulu, aku tunggu ya nad"

" Hmm"

" Kok gitu banget sih suaranya? Gasuka ya berangkat bareng aku?"

" Tu tau"

" Ga masalah, yang penting aku suka"

"Dari dulu lo emang kayak gitu, egoiss!"

" Iya terserah, yaudah buruan sarapan, aku tungguin"

Nada buru buru memutus sambungan telepon nya sepihak, malas sekali berlama lama mendengar suara laki laki ini, jika tidak karna paksaan mama nya, ia lebih memilih naik angkot sama bapak bapak yang bau nya kayak pemain jaran kepang dari pada boncengan sama penghianat.

Jampel apek kata barra.

***

Senyum gusar yang ia tunjukan, sebagai balasan dari senyum sumringah di wajah fiki, muak lama lama melihat nya.

Nada keluar rumah dengan langkah kaki seberat berat nya, ingin bolos namun terlanjur pake seragam.
Alasan sakit tidak mungkin.
Apalah daya.

"Makin hari makin cantik, jangan bikin aku semakin nyesel nad"

" Bacott" fiki tersenyum, lalu menyodorkan helm pada nada.

" Gimana sama barra? Udah sejauh mana" tanya nya pada nada yang masih sibuk membenahkan kancing helm nya, sedikit kesulitan.

ALBARA - (Jatuh Cinta Itu Lucu)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang