ALBARA- jatuhlah, tapi di pelukanku

202 4 0
                                    

" Gak tau apa apa, makanya ceritain biar tau barrraaa" rengek alice yang tidak terlihat seperti biasanya.

" Paan sih al, mendingan lo pergi, daripada gue garap disini" bara mengusap wajahnya frustasi. .

" Seberat apapun masalah lo, gue bakal denger dan bantu bar" barra menatap gadis itu sesaat, ia rasa tak perlu menceritakan apa yang membuatnya uring uringan pada hari ini.

" Gue lagi ngantuk" jawabnya singkat.

" Ngantuk ya tidur, kalo laper ya makan, gaperlu uring uringan kayak gini lah"

" Gak semua cerita harus gue bagi sama orang lain, termasuk loh, kutil kuda" bara terkekeh sendiri. Barra tidak bermaksut melawak, namun  jika sudaj bersama dengan alana , semuanya terasa baik, tidak seburuk sebelumnya.

Ingin sekali ia memeluk alice, dan melampiaskan rasa kesalnya di pelukan gadis itu, sesekali merasakan pelukan hangat daru alice, namun ia tak akan mendapatkan hal itu jika tidak memaksa.
alice tidak suka dipaksa, jadi lebih baik barra diam, membiarkan alice duduk di dekatnya saja barra sudah merasa tenang.Setidaknya emosinya sudah tidak terlalu memuncak seperti pagi tadi, saat ia harus melihat papa nya.


" Enak aja ngatain gue kutil kuda" alice menangkap tatapan itu.

Tatapan yang tak pernah ia lihat sbelumnya,
B

arra menatapnya lekat, semburat wajah yang berubah ubah, sebelumnya mata Barra terlihat begitu menegang, namun kini berubah menjadi tatapan barra seperti biasa, dimana laki laki ini selalu membuatnya kesal.

" Lo pasti pernah ngerasa sendirian, meskipun lo lagi di tempat yang rame" barra menatap awan biru yang mulai memudar, terik matahari sudah samar samar menyentuh wajahnya.

Seandainya alice mengerti, ia merindukan sosok ibu yang sudah terlalu lama membuatya merasa kesepian, baginya tak perlu memperlihatkan kerinduanya pada semua orang, tak perlu membuatya merasa di kasihani, Barra hanya ingin memperlihat kan sisi jenakanya untuk menutupi luka.

" Pernah, saat itu gue dipaksa buat berdiri sendiri, dipaksa membiasakan diri buat jaga diri gue sendiri, dipaksa ketawa yah padahal, gue bener bener lagi ambruk"

Memang benar, alice pernah merasakan hal itu, dipaksa berdiri sendiri dari yang biasanya selalu beriringan dengan rama, menjalani hari hari dengam lelaki itu, entah bagaimana caranya alice hanya bisa tertawa hambar kala rama memaksanya tersenyum saat itu juga, saat seharusnya ia harus menangis, menangisi kepergian ramanya.

" lo pernah rindu sama seseorang? Rindu banget sampe kebawa mimpi"

" Pernah, tapi nggak sampe uring uringan kaya elo"

Barra tertawa hambar.
" Ikatan batin gue terlalu kuat mungkin, sayangnya sebesar apapun amarah gue karena lagi kangen sama seseorang, nggak bakal berujung temu"

"

ALBARA - (Jatuh Cinta Itu Lucu)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang