Suasana meja makan yang lumayan gaduh, semakin membebani benak nya akan satu hal, dimana rasa takut kehilangan sudah membuat nya pusing sendiri, ia takut harus kehilangan seseorang yang sudah mulai menjadi bagian dalam hidup nya, ditambah lagi saat ia mengingat kejadian tadi siang, dimana ia melihat barra dan nada asik bergurau di kantin dan mengabaikanya begitu saja di kelas, keduanya begitu asyik hingga lupa jika ada seseorang yang tengah terluka di sana.
Alice tidak menyentuh makananya, lamunan nya membuat kepalanya pening, penuh bahkan tak lagi sanggup untuk menopangnya.
Brian melempar sebuah anggur hingga mengenai kepala alice, namun serasa tak ada selera untuk sekedar membalas kejahilan kakaknya, brian yang menyadari alice seperti ini tidak ambil diam, ia berusaha menggoda alice ,namun nihil alice malas tertawa.
Mood nya hari ini benar benar hancur, sehancur dinding kokoh dalam hati yang ia namakan dengan kepercayaan.
"Kenapa sih? Kasian banget makananya di abai'in kayak gitu"
Alice tidak menjawab.
"Mau gue panggilin barra biar mood alice balik?" Tanya brian kembali.Alice dengan cepat menggeleng, matanya melotot, apa brian tidak cukup peka bahwa dirinya sperti ini karna barra, karna sikap barra yang terlalu baik pada semua wanita. Dan ia mulai tidak nyaman akan hal itu.
"Kakak apaan sih, aku gak laper"
" Makanan mama nggak enak ya sayang?" Tanya tirsa yang melihat putrinya kehilangan selera makan.
" Engg enggak ma, bukan kek gitu, alice cuma_"
"Cuma kepikiran bebeb barra" potong brian sembari cengingisan. Alice hanya membalasanya dengan wajah datar dan mata yang di lebar lebar kan, mirip dengan boneka panda kejepit pintu.
Sungguh, bukan karna itu alice tidak memakan masakan tirsa.
Namun ia malas menjelaskan kebenaranya.Seluruh ruas otak nya saat ini di penuhi oleh barra, kekawatiran, dan rasa cemas nya bisa di bilang berlebihan.
Apalagi seharian barra tidak mengabarinya, mungkin ngambek karna alice menolak di antar pulang, tapi apa tidak bisa setidaknya memberi kabar? Menyebalkan." Lagi marahan sama barra ya dek? Atau ngambek gak di beliin permen milkita hahaha"
" Paan sih"
" Udaa ngaku aja, atau ngambek barra godain cewek lain yang lebih semok dari kamu?" Bryan masih saja menggoda alice dengan wajah menyebalkan, sungguh ingin rasanya alice menyiram wajah kakak nya itu dengan air bekas kobokan.
"Makanya dek, makan yang banyakk, biar barra gak berpaling" godanya lagi."Bodo amat"
" Iyaaa dek ini tomat, gak ada yang bilang kalo ini pisang kok" balas brian menyodorkan sebuah tomat yang ada di meja.
Wajah alice merah padam, jika yang saat ini di depanya bukan lah kakak nya sendiri, ingin rasanya ia tenggelamkan saja, agar telinganya tidak panas dengan kalimat receh yang semakin membuat nya suntuk.
" Udah udah, pamali makan sambil debat, ini kan bukan rapat pilkada" ucap tirsa menengahi, ia tau putrinya paling tidak suka di ganggu saat sedang begini, ibarat kulit bayi, sensitiffff.
***
" Mau makan apa?" Tanya seorang laki laki dengan wajah setengah mengantuk, setelah sampai di sebuah restoran.
Kini rama dan alice sudah duduk di sebuah restoran jepang, rama yang memaksa agar alice mau ikut dengan nya, ia tau informasi dari bryan, ia yang tengah tertidur pulas mendapat telvon dari rama dan memberitahu bahwa alice badmod dan membiarkan perutnya kosong, padahal sedari tadi pagi ia tidak makan sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBARA - (Jatuh Cinta Itu Lucu)
De TodoGemercik air hujan itu menyembunyikan tawa yang menutupi samar nya luka. lentik nya jemari yang menyapa dinginya sepi. menyambut pagi dengan kecohan sang mentari. embun di ujung bumi,yang mengepul pesat perlahan pudar. beriring dengan air yang mengg...