Pagar sudah terbuka, banyak siswa yang berserobotan untuk keluar lebih dulu, suara motor dan mobil berserta asab bercampur menjadi satu, menimbukan efek rumit untuk jalanan yang terbilang sempit. Semua sibuk dengan aktivitasnya sendiri sendiri, sibuk mencari siapa yang sudah menunggunya di balik gerbang, begitupun dengan gadis yang ia cari cari sedari tadi.
Matanya tak kunjung bertemu dengan tubuh mungil alice, mungkin kejepit di antara banyaknya manusia di muka bumi ini.
Raka bergumam kesal, bersiap mengepalkan tangan kala alice benar benar pulang dengan rama, yah tentu saja rama yang tadi siang mengirimkan pesan beralasan rindu agar bisa menculik gadis itu, hah memang dia siapa, raka lebih berhak atas alice karna status mereka bukan?
Untuk merebut dan menculik alice kembali, raka perlu ekstra sabar dalam menunggu gadis itu, raka tau alice akan pulang lebih akhir, kebiasaan sejak pertama kali ia mengenal alice nya, alasanya simple, ia tidak hobi mempersulit diri sendiri dengan mengantre untuk mengeluarkan motor, bergaul dengan asab yang hanya menambah sesak, belum lagi harus melihat cabe cabe an yang gonceng tiga dengan warna rambut berbeda beda.
Tepat pada detik terakhir ia melirik ke segala arah, ia menemukan sosok yang sedari tadi ia cari cari, tengah dirangkul oleh lelaki berubuh jangkung, lelaki itu memakai kemeja hitam, dengan mobil berwarna putih, dengan cepat raka berjalan menghampiri mereka, dan mencekal lengan alice yang masih berada di dekapan lelaki itu, yang tak lain adalah Rama.
" Barra_" alice menatap ke arah barra, lelaki itu menggenggam tanganya terlalu keras, dan semakin terasa sakit. Barra menyakitinya.
" Bar sakit_" alice berusaha melepaskan cengkraman barra, namun kekuatan nya tak sekuat lelaki itu." Jadi ini alasan lo gamau pulang bareng gue?"
" Bar tap_"
" Udah gue duga" barra melepaskan tanganya kasar, setengah melempar, alice masih meringis dan ia rasa pergelangan tanganya memerah seketika." Dia pasti gasuka kamu jalan sama aku" rama menatap alice, tatapan gadis itu kini masih fokus pada barra yang semakin menjauh, meninggalkan mereka.
Alice tersneyum, lalu menggeleng. " Nggak, ayok ram" ajaknya.
Alice maasuk ke dalam mobil, rasanya ada yang tidak terima, dulu tidak ada yang membuat alice menatap selain dirinya, tak ada ragu untuknya selalu bersama Rama, namun kini semuanya sudah berubah, tidak ada lagi yang se sumringah dahulu, raganya disini namun ia rasa pikiran dan hatinya pergi bersama jejak barra yang sudah menjauh sedari tadi.
***
" Tai tai tai anjing anjing anjing" barra memukul mukul mejanya dengan tangan yang masih mengepal, rasanya sakit, namun tidak sesakit perasaan nya kala melihat PACAR nya jalan bersama lelaki lain.
Kakak? Kakak apa yang bertemu saat sudah dewasa, lalu kakak dimasa kecil nya kemana? Kemana? Bukankah nyaman yang menjadikan mereka layaknya saudara, jika rasa nyaman itu sudah menjadi perasaan yang saling cinta, apakah hubungan tak akan pernah ada? Bodoh, bodoh sekali jika tidak bisa menghentikan mereka.
Berlebihan memang, namun barra tetap berat hati melihatnya, sesak, perih, kesal, bercampur padu, ia tak ingin membiarkan alice nyaman dengan selain dirinya, tak akan pernah, sayangnya ia tak bisa bergerak kemana mana, alice bukanlah anak kecil atau sebatas peliharaan yang bisa ia atur sesuka hati, namun jika sudah begini, barra sendiri yang menjadi uring uringan.
Berkali kali aluce menjelaskan, bahwa mereka ada hubungan darah, karna ayah mereka sama, satu orang yang tak berbeda. Barra tetap tidak rela, rama terlalu menyayangi gadis itu, sangat sangat menyayangi, bahkan perlakuan lelaki itu lebih manis dan membuat alana nya nyaman ketimbang bersama dengan dirinya.
Barra mengambil tas nya dan berniat pulang, motornya suda ia bawa ke depan kelas, karna dia datang lagi ke kelas hanya karna mengambil tas.
Seorang gadis dengan rambut terurai menghentikan langkah kakinya, gadis itu tersenyum begitu manis, dan menyodorkan sebuah es cup di tanganya, namun barra meninggalkan gadis itu begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBARA - (Jatuh Cinta Itu Lucu)
RandomGemercik air hujan itu menyembunyikan tawa yang menutupi samar nya luka. lentik nya jemari yang menyapa dinginya sepi. menyambut pagi dengan kecohan sang mentari. embun di ujung bumi,yang mengepul pesat perlahan pudar. beriring dengan air yang mengg...