ALBARA - berajalan mundur sejenak

186 4 0
                                    

Semilir angin dengan nuansa gerimis di luar selalu saja menambah kesan sendu.
Seluk beluk rindu memang berasal dari bayangan semu yang menjelma dan menguasai pikiran.
Begitupun alice, matanya tertegun sejenak, seolah waktu dapat berjalan mundur dan menyeretnya paksa untuk kembali mengingat kejadian kejadian itu.

Bagaimana bisa ia melupakan rama nya secepat itu, tanpa sadar membiarkan barra begitu saja masuk dan menggantikan sosok rama nya, meski tak sama namun kehadiran keduanya mampu membuatnya merasa tenang meski dalam cara dan waktu yang berbeda.

Flash back on.

" All..." Tatapan yang selalu berhasil membuatnya masuk semakin dalam. Telapak tangan sudah menempel di kedua pipinya, alice masih terdiam menatap mata indah itu dengan seksama.

" Nggak ada yang lebih indah dari tatapan kamu saat ini al" dadanya berdegub begitu kencang saat mendapati rama semakin mendekati wajahnya, hampir tak berjarak.

" Saat aku tau semua ini nggak akan mungkin bisa aku miliki, aku memilih untuk memberi jarak alana" ucapnya kembali.

Apa maksut dari perkataanya barusan, seolah olah apa yang ia lakukan sekarang hanya menjadi hari ini, tak ada lagi esok. Ataupun kembali mengorek kenangan indah bersama sama.

" Jangan pernah memberiku jarak rama, aku tidak suka"

" Kamu tau, kamu adiku, gadis terbaiku" alice menggeleng, bukan itu yang ingin ia dengar, sungguh.

Tak ada yang lebih menyakitkan dari pada berharap pada suatu hal yang sudah jelas jelas memberinya peringatan untuk tidak melanjutkan perasaanya, sayangnya semesta selalu membuatnya tak bisa berfikir, rasa dan sayang nya terhadap lelaki ini benar benar sudah mengalahkan ssgalanya.

Alice menjauhkan dirinya dari Rama, kakinya melangkah mundur sejengkal, membuat rama sontak langsung memegangi kedua tangan gadis itu, namun alice menepisnya.

" Sudahlah rama, aku ingin sendiri" ujarnya sebelum mengalihkan pandanganya.

Rama kembali meraih tangan alice." Tidak akan kubiarkan kamu sendirian al" ujarnya. Ia memeluk alice untuk kesekian kali, begitupun alice yang berusaha melepaskan pelukan itu berulang kali, agar tak terlalu dalam terjebur perasaan nya sendiri, perasaan yang tak kunjung diberi kepastian.

" Al, jangan seperti ini, aku menyayangimu, lebih lebih dari diriku sendiri" rama meneteskan air mata, alice yang menatap wajah rama sudah basah air mata menjadi sesak seketika.

Jangan menangis, karna hanya itu yang membuatku tidak lagi menjadi gadis kuat di muka bumi ini, jangan menangis rama. Batin alice.

" Kau tau aku pun begitu"

Rama mengusap pipi alice lembut. Raganya memang harus disini, tapi perasaanya sudah harus pergi sejak dari dahulu, ia benar benar merasa bersalah sudab membuat gadis ini jatuh dalam perasaanya sendirian.

Flash back off.

" Ngapain dek?" Tanya brian memasuki kamar alice tanpa permisi dengan mengetuk pintu terlebih dahulu, ia tau adiknya sedang memikirkan sesuatu, sesuatu yang bahkan bisa berasal dari masalalu.

" kak iyan" alice tersenyum kaku. " Udah pulang" ujarnya kembali.

" Udah" brian merebahkan tubuhnya di kasur, seraya meraih beberapa buku yang ada di sampingnya, ia rasa adiknya lebih senang membaca akhir akhir ini, terlihat dari beberapa buku yang dipinjam alice darinya. " Pantesan gue cariin gak ada, ternyata ada disini" gumam brian, alice menoleh.

" Aku ambil tiga hari yang lalu" alice menjawab jujur pertanyaan yang bahkan tidak ingin di katakan kakaknya tersebut.

" Sejak kapan kamu suka baca buku yang beginian" brian menyengir, buku romantis, tah tentu saja ia tau adiknya sedang mengalami fase jatuh cinta, maka tidak salah lagi. " Haduhh kok jadi bucin begini sih " brian menyentil pipi alice sangat keras, membuatnya meringis lalu mengelus elus pipinya.

ALBARA - (Jatuh Cinta Itu Lucu)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang