Tentang Rasa

174 11 0
                                    

Setelah penampilanku dan Akhdan malam ini, entah kenapa rasanya jadi canggung sekali, Aku jadi serba salah saja bawaanya.
Aku masih berada ditempat Acara reuni, Aku bahkan lupa ini sudah jam berapa, aku sibuk dengan lamunanku saja daritadi, sampai lupa ini sudah malam.
Aku melihat sekelilingku, sebagian orang masih sibuk menikmati acara Reuni yang ada sedangkan Aku sudah tidak nyaman sekali.
Aku menatap kearah Akhdan dia sednag asik bicara dengan teman-teman lamanya, ahh aku lupa fatah datang terlmbat, dia baru sampai saat Aku tampil tadi, Dan dia yang pertama kali tepuk tangan, tidak lebih tepatnya pria disebelahnya, Arsyad.
Aku melihat Fatah sedang hicara dengan Arsyad, pembicaraan yang tidak begitu serius menurutku, Sedangkan Aku berada dikerumunan teman-temanku yang sudah tidak melajang, Coret nama Raisya dia masih melajang, Karena tuntutan pekerjaan, sudah kubilang jadi Abdi negara tuh ribet mau nikah aja harus nunggu dulu, Aku sudha bilang begitu tapi dia malah membalikkan perkataanku.
"Mending jomblo karena tuntutan pekerjaan, daripada jomblo karena ga punya calon"
Aku hanya manyun mendengar ucapannya, dia itu lho kadang omongannya suka bener dan ngjleb banget.

"Mil, Gimana? Udah ada impian buat nerbitin buku kedua?"
Aku tersentak kaget, Karena Ka selni tiba-tiba saja bertanya padaku.

"Ah, iya ka, InsyaAllah ka, masih dipikirin sih, soalnya Aku juga belum ada inspirasi buat cerita" jawabku seadanya

"Masa sih ngga ada inspirasi? Toh inspirasimu sudah ada didekatmu lagi" ucap Raisya tiba-tiba, Aku menatapnya kesal, menginjak kakinya sambil tersenyum samar.

"Apaan sih sya, Inspirasi datangnya dari Allah, bukan dari dia, Ada-ada aja kamu mah" jelasku sambil memukul pindak Raisya pelan.

Kak Selni jadi diam sejak ucapan raisya dan Aku mengarah ke Dia, yang tepatnya Akhdan, aku jadi tidak enak dengan keadaan seperti ini, Salah Raisya juga yang sepertinya sengaja membawa kalimat dia dihapadan kak Selni.

Mataku kini menatap kearah Arsyad, Yang terlihat mulai tidak nyaman, dan berkali-kali melihat jam tangan yang melingkar sempurna ditangannya.
Aku berpikir untuk menghampiri mereka, Ya Arsyad dan Fatah, tidak enak juga Aku meninggalkan Arsyad sendiri dan jadi seperti orang yang tidak tau apa-apa, Apa dia sependiam itu? Biasanya kalo pria itu bisa gampang akrab ternyata dia bukan pria yang seperti itu, Ahhh Akhdan juga dulu seperti itu susah untuk mengenal orang baru.
Aku jadi tidak fokus, Aku jadi banyak diam karena pikiranku sedari tadi dipenuhi dengan kedua pria itu saja.

Sebelum Aku gabung dengan Arsyad dan Fatah aku ingin meminta izin dulu dengan teman-temanku tapi ini keadaanya Awkward banget, jadi serasa ngga bisa kemana-mana, Ya ampun kenapa rumit gini sih jadinya

"Nada" Aku menoleh mendengar seseorang memanggil namaku lembut, ya ampun kenapa jantungku jadi berdenar tak karuan seperti ini, Apa karena suasana yang tiba-tiba jadi canggung atau karena sebuah sebuah tangan pria menempel dipundakku., Biasanya Fatah tapi kenapa jantungku berdebar seperti orang abis maraton.
Benar saja setelah Aku melihat siapa pria itu, Aku tiba-tiba saja kehilangan kewarasanku.

"Ikut Saya sebentar" ucapnya lagi, Aku hanya mengangguk mengiyakan, Dia itu peka atau gimana? Dia tau kalau Aku amu menghampirinya, Arsyad dia menghampiriku dan membawaku menjauh darti teman-temanku.

"Kenapa Syad?" Tanyaku

"Ini udah jam 11:30 Nad, Kita pulang duluan aja, biarin Akhdan nanti nyusul sama Fatah, Aku ngga enak sama abang kamu, udah malam gini, Kamu kan perempuan" jelasnya, Ahh iya Aku baru sadar, kalau ini sudah larut malam, Tapi Bang Hanafi tak pernah masalah Aku pergi kemana dan jam berapa asal dia tau tempatnya dan dengan siapa.

"Tapi..."

"Saya ngga suka perempuan malam-malam gini masih diluar rumah, saya ngerasa jadi pria yang tidak bertanggung jawab, jadi pulang sekarang saja" jelasnya padahal Aku belum bicara tadi dia sudah memotong ucapanku, tidak sopan.

The Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang