Perasaan

172 11 0
                                    

Aku kini hanya bersenandung ria dibawah lampu taman duduk di kursi panjang bercat putih, memang sengaja disediakan untuk masyarakat yang ingin istirahat ditaman ini.
Angin terus bernafas bahagia, dedaunan menari indah, bahkan jilbab kupun ikut melambai meskipun aku sudah menahannya dengan tanganku sendiri,
Langit tampak indah dengan sinar rembulan yang dihiasi bintang, membuatku berkali-kali berdecak kagum
Aku tidak sendiri tentunya, aku bersama Akhdan, Ya pria itu mengajakku untuk bertemu disini.

"Assalamu'allaikum"
Aku menoleh kesumber suara, dan memastikan bahwa itu benar-benar Akhdan

"Wa'alaikumussalam" jawabku dengan memamerkan senyumku.

"Cieee, yang nungguin Saya" katanya lalu duduk berjarak denganku, Sambil memberikan sebotol susu dingin ,dia tau saja kalau Aku haus.

"Aku baru kok disini"

"Ngga mungkin"

"Yaudah kalo ngga percaya"

"Percaya kok" katanya, Aku tak merespon ucapannya lagi, dalam beberapa detik kami sama-sama diam
"Nada" panggilnya setelah menarik nafas pelan.

"Iya?" Tanyaku. Dia terlihat menggaruk punggungnya canggung, Aku sendiri malah keheranan melihat raut wajahnya yang seperti itu.

"Afra, udah cerita ke kamu kan?" Tanyanya
Aku yang menyadari kearah mana ceritanya langsung mengangguk

"Arsyad" katanya lagi, Dia tampak menarik napas

"Kenapa Arsyad?" Tanyaku

"Gapapa, Ngga jadi, tapi kamu harus tau satu hal dariku hari ini"
Aku hanya meliriknya tidak berkata apapun, membiarkan dia melanjutkan ucapannya
"Arsyad, yang suruh saya jaga kamu, Arsyad yang beliin kamu bubur, Ini juga Arsyad yang suruh kasih, Arsyad yang paling panik saat kamu pingsan sehabis liat dia berantem, dia yang nyuruh Aku setiap Aku ngelakuin berbagai hal kekamu"
Aku diam, Menarik nafas pelan lalu lagi-lagi tersenyum

"Dia selalu begitu, caranya membuatku Jatuh cinta sangat elegan" kataku pelan, tanpa sadar senyum sudah terbit begitu saja

"Kamu Rindu dia?" Tanya Akhdan

"Pasti" kataku sambil terkekeh pelan

"Tapi kenapa ketika denganku tidak?" Tanyanya lagi
Akhdan selalu begitu, slalu membahas apa-apa yang menjurus kearah sana, Aku tak menyukai hal itu, sedikitpun, Akunbenci membahas masa laku yang harusnya sudah kulupakan jauh sebelum di hadir kembali.

"Karena Kamu tidak izin terlebih dahulu" sahutku dengan kepercaya dirian yang penuh

"Bahkan, Kamu tidak mengizinkan saya sekedar bicara" katanya lagi, Ada nada kecewa disana, yapi Aku tetap tenang, biasa saja.

"Karena sebelum aku menjauh kamu mengatakan hal yang menyakitiku, bahkan sangat amat menyakitiku" kataku dengan yakin, suaraku sedikit bergetar, Aku benci ketika dia bicara hal yang menyakitiku. Membuatku terlihat lemah dan cengeng

"Maaf Nada, Bisa aku cabut kata-kata itu? Aku hanya menyesal tidak menganggapmu dan melihat kearahmu sedari dulu" katanya, dengan suara yang sangat pelan, bahkan hampir tidak terdengar olehku.
Aku hanya tersenyum menanggapinya

"Kamu tau? Sesuatu yang pecah tidak akan pernah bisa kembali kesemula Akhdan" sahutku

"Aku tau"

"Nada Akhdan"
Kami berdua menoleh ke arah sumber suara, Kami menemukan Afra disana, Afra dan Hafadz
Lagi-lagi aku berusaha tenang, entah melihat Hafadz rasanya aku seperti Dejavu, aku tidak suka melihatnya, melihatnya hanya membuatku mengingat hal yang dia lakukan dengan dua orang yang menempati posisi dihatiku.

The Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang