Kematian

150 14 0
                                    

Aku masih setia dengan tangan yang terus menari-nari diatas Laptop.
Tenggelam dalam pikiranku sendiri yang sedari tadi tak berhenti berputar.
Entah hatiku terasa risau, gelisah dan yang Aku tau aku rindu dia.
Aku rindu dia yang berada disana.

Aku mengusap wajahku kasar, menatik nafas pelan lalu membuangnya dengan kasar.
Tanganku sudah berhenti menari-nari, Sekarang aku menyandarkan tubuhku dikursi, Menyesap pelan Chocolate panas dan menikmati pikiran yang tidak pernah searah dengan hati.

"Kalo Rindu suruh dia sholat"
Ya, kalimat itu yang baru saja terbesit dalam otakku, Aku mengangkat sudut bibirku perlahan. Ya aku tau apa yang harus kulakukan.
Aku memutuskan untuk berwudhu kemudian sholat sunnah dan membaca Al-Qur'an.
Setelah hatiku sedikit tenang, Aku hanya ingin bercerita dan menuangkan resah gelisah.

"Ya Allah, Ya muhaimin, Ya Rabbi, berilah hamba ketenangan, berilah hamba petunjukmu, dengan segala pelik permasalahan yang kualami, hanya engkau ya rabb yang mampu menolong hamba, hanya engkau yang mampu mengambulkan segala keinginan hamba, Ya rabb Aku rindu dia, Hambamu yang sedang mencari ilmu jauh disana, Aku rindu dia, dia yang selalu merdu ketika membaca ayatmu. Ya Allah jaga dia, berilah dia kemudahan, dan kembalikan dia dengan keadaan yang lebih dari kata baik" do'a ku.

Setelah hatiku sedikit tenang, mataku sudah mulai bisa diajak untuk terlelap.
Untuk hari ini kuharap dia merasakan apa yang sedang aku rasakan, kuharap dia tau bahwa disini aku merindukannya.

"Cepat kembali Arsyad" gumamku sebelum benar-benar terlelap

****
Aku baru selesai kelas, sekarang yang aku inginkan ke perpustakaan.
Tugas kampus akhir-akhir ini sangat banyak, kadang aku sampai sakit kepala karena kurang tidur, Kadang Aku berpikir anak Sastra Indonesia apa tugasnya serumit ini, ngerjain tugas apa-apa pake bahasa Arab, ya lagipula ini nasib anak Sastra Arab berkecimbung dengan Bahasa Al-Qur'an hampir setiap harinya.

Aku sedang sibuk membaca Biografi Khadijah, tapi getaran ponselku membuat fokus ku terpecah.

"Abram? Tumben nelepon" Gumamku pada diri sendiri.

Setelah telepon benar-benar tersambung Aku keluar dari perpustakaan agar tidak mengganggu yang lain.

"Assalamu'alaikum?" Tanyaku pada orang yang diseberang sana.

"..."

"Innalillahi Wa'innailaihi Rojiun"

"..."

"Nada balik sekarang"

Aku sudah tidak memiliki kekuatan apapun setelah medengar Abram, Perutku melilit seperti tidak ada lagi daya aku berdiri.
Aku kehabisan nafas, sesak rasanya, Aku ingin menangis tapi air mata tak mampu keluar, dengan kecepatan yang kumiliki sekarang Aku berlari sekuat tenaga untuk kembali ke Jakarta.

Hari yang buruk bagiku adalah hari ini, Sebelum semua kebahagiaan kumiliki kenapa harus kesedihan yang menghampiri, benar kata Ustadz tiga hari yang lalu, bahwa kebahagiaan didunia bersifat sementara begitupun kesedihan maka dari itu jangan berlebihan dalam menanggapi sesuatu, tapi manusia juga memiliki titik lemah dimana tidak ada satupun kekuatan selain kepercayaan dan iman kepada Sang Khalik, dan Aku berada di titik lemah itu.
Ada harapan yang pergi, ada mimpi yang tenggelam, ini lebih sakit ketika mendengar dia menikah dengan wanita lain, Ini lebih perih ketika Aku ditusuk pisau oleh preman jalanan ketika itu.

Aku kini berdiri menunggu pesawat yang akan kutunggangi take off.
Entah radanya Aku mau berlari saja jika pesawat kali ini Delay berapa menitpun.
Sedari tadi jantungku berdetak tak menentu, Aku berharap semoga Allah masih memberikan waktu untuk sekedar menatapnya setidaknya agar Aku ikhlas melepasnya.

The Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang